Kelimabelas

4.6K 337 7
                                    


Aku melepas penat dalam kamar sendirian. Mereka semua sedang bersantap malam bersama. Aku tidak ikut gabung. Aku merasa cukup lelah, terlebih karena kaki ku masih terasa sakit jadi kupilih beristirahat dan tidak makan.

Tak lama Widia masuk ke dalam kamar membawa sepiring nasi dan lauk.

“Hani ini kamu makan, aku bawain kamu, ntar habis kamu gak kebagian makan malam” Kata Widia ambil meletakkan piring itu di atas meja

“makasih ya, sebenarnya aku gak lapar. Tapi terimakasih sudah bawain makanan”

“Makan sekarang hani, abis itu minum obat. Ini Fahri titip obat buat kamu” Widia mengulurkan beberapa obat yang di titip Fahri. Ada antibiotic dan anti nyeri.

Aku tersenyum malas meraih obat itu. Perhatian Fahri terasa berlebihan bagiku. Membuatku merasa berutang budi padanya. Aku tidak suka utang budi, karena itu sangat sulit untuk bisa di bayar.

“Fahri sangat perhatian sama kamu ya, tadi ajah pas kamu belum pulang dia gelisa. Kalian pacaran ya?” Tanya Widia

“eh gak kok, dia memang baik kan oranganya. Bukan Cuma sama aku” Jawabku menyangkal

“Tapi ke kamu beda, kayak ada manis-manisnya gitu” Widia berusaha menggodaku membuatku mendengus.

Hijra membuka pintu kamar dan masuk, membuat perhatianku dan Widia teralihkan. Bukan karena kedatangan Hijra, tapi suara rebut di luar kamar yang membuat kami menatap heran

“Diluar kok ribut?” Tanya Widia pada Hijra

“Itu, si Ria sama Yusuf bertengkar. Udah kayak suami istri aja” Jawab Hijra dengan nada sebel

Ku pasang terlinga dengan signal tertinggi untuk mendengarkan percakapan Ria dan Yusuf yang berada tak jauh dari depan kamar.

“kamu pasti seharian keluar cari cewe kan, ngaku deh” Tuduh Ria dengan nada suara tinggi membuatku tidak kesulitan mendengarnya

“aku dari rumah warga Ria, rumah keluarga binaan aku” samar-samar ku dengar jawaban Yusuf. Dia terdengar lebih tenang dari Ria. Suarannya lembut dengan nada teratur

“bohong, aku gak percaya. Cowo macam kamu pasti keluar sana Cuma untuk cari gebetan baru. Gak mungkin ke rumah keluarga binaan sampe lama begitu” Ria tidak menurunkan nada bicaranya

“udah tau playboy masih di pacari juga, yang salah siapa coba” Komentar Hijra dan ku benarkan dalam hati

“ayo jawab kenapa diam aja” Ria terdengar semakin emosi karena sepertinya Yusuf tidak mengubris tuduhan nya

“kita udahan ya, dari pada aku nyakitin kamu lebih jauh lagi”

Kata-kata Yusuf yang itu mungkin membuat Ria merasa di kubur hidup-hidup sekarang. Saat marah seperti ini bukan nya di yakinkan malah diputusin. Di depan teman-teman yang lain lagi. Aku mengerti perasaan itu tidak mudah untuk di tolerir.

Tak lama Ria masuk ke dalam kamar dengan cucuran air mata. Tanpa memperdulikan aku yang sedang berbaring dia langsung melepar tubuhnya di tempat tidur dan menindis kaki ku yang sakit

“aah” aku memekik kesakitan

“minggir” Ria mendorong kasar kaki ku yang dia tindis

“eh Ria…” Hijra sepertinya ingin membelaku namun segera kutahan

“mengertilah, dia sedang terpukul” Kataku pada hijra menahan dia membuat suasana semakin panas

“tapi ini bukan kamarnya, kamarnya di sebelah. Mana dia kasar banget” Hijra masih belum bisa berdamai

Dear Future Husband (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang