“Aisyah ada?” Tanyaku pada Odan receptionis yang di perkenalkan Aisyah kepadaku kemarin saat akan aku mengerjainya dan dia tetap terima dengan senyum manis
“Aisya hari ini tidak masuk, dia libur” jawab odan
“libur?” aku kebingungan. Ini adalah hari selasa dan dia libur. Kemarin aku bersama nya dan dia tidak mengatakan padaku bahwa hari ini dia libur.
Kalau tau dia libur aku pasti sudah menganggunya semenjak pagi. Bukan nya menunggu jam 12 siang di saat jam istirahat.
“iya bapak Aisyah liburnya setiap hari selasa” Odan kembali menjelaskan
“ya udah trimakasih ya”
Aku segera berlalu dari hotel tempat Aisyah bekerja, tujuan ku ingin ke rumah Aisyah. Dia pasti ada di rumah, gadis itu pernah bilang bahwa rutenya hanya rumah dan kantor.
Aku menjadi bersemangat, mungkin hari ini aku juga akan libur dan mengisi waktu ku bersama Aisyah. Ada banyak hal yang ingin ku lakukan bersamanya. Beruntung kemarin aku sempat mengantarnya pulang maka sekarang aku tidak perlu bersusah mencari di mana gadis itu berada.
“Aisyah” aku bersemangat mengetuk pintu rumah Aisyah. Ini adalah ketukan yang ketiga kali tapi belum ada jawaban dari dalam rumah.
Tidak mungkin dia tidak mendengarnya karena rumah itu tidak terlalu besar, malah mungkin saja suara ku terdengar satu kompleks. Tapi kenapa dia belum membuka pintu?
“assalamu alaikum Aisyah” teriak ku lagi
“dia sepertinya tidak sedang di rumah, tapi pagi saya lihat dia keluar dan belum kembali” kata ibu-ibu tetangga Aisyah yang mungkin sudah merasa terganggu dengan suara teriakan ku
“ibu tau dia kemana?” Tanya ku
“tidak tau, lah orangnya jarang ngomong” jawab itu itu.
“bukan cuma sama ibu, sama saya juga jarang ngomong” kataku sambil mendengus, nyatanya Aisyah memang sangat pendiam.
Ku coba mencari nomornya yang mungkin saja ada di group WA kelas A. aku memang berhasil menemukan nomor itu tapi tidak aktif. Bahkan saat aku WA pun chat ku undelivery. Kemana anak itu. Aku mulai merasa snewon dia tidak ada kabar dan bahkan sekarang tidak ada di rumah. Padahalkan katanya jarang keluar.
Aku menunggu nya seperti setahun di sini, aku mulai merasa jenggot ku tumbuh dan memutih. Dan dia belum balik. Nomornya belum aktif, WA nya belum online. Kemana dia, aku bahkan berfikri mungkin saja saat ini dia sedang quality time bersama pacarnya dan tidak mau di ganggu makanya handphone nya di matikan.
Tapi tunggu dulu, kalau dia memang punya pacar kenapa dia mau memberiku waktu dan ruang untuk kita bersama. Aku benci ini, aku benci di penuhi dengan rasa curiga dan amarah yang tak kunjung terjawab.
Sudah 3 kali aku mondar mandir mushallah dekat kompleks Aisyah, itu artinya sudah 3 waktu sholat yang ku lewati menunggunya dan dia belum datang. Kalau jenazah aku sudah harus di kubur sekarang.
“kamu orang baru di kompleks ini ya?” Tanya seorang ustads kepadaku, mungkin dia penasaran karena baru melihatku hari ini dan sholat berjamaah di tiga waktu
“saya cuma berkunjung aja ustadz, saya menunggu teman saya pulang dari tadi siang tapi sepertinya dia masih ada urusan di luar” jawab kusambil duduk bersila di depan ustadz separuh baya itu
“teman kamu siapa?” Tanya ustadz itu lagi, dia cukup kepo juga untuk seorang ustadz.. hehe.. maaf. Astagfirullah
“teman saya namanya Aisyah, dia teman kuliah saya” jawabku

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future Husband (Complete)
RomanceAku Aisyah Kehidupan karirku di umur 26 tahun tampak sempurna, sebelum aku bangun dari koma dan sadar ternyata aku masih berumur 20 tahun dan masih kuliah Bukan itu masalahnya, mimpi yang aku lihat saat koma seperti memperlihatkan masa depan ku 6 t...