Suara pintu yang diketuk membuat gadis manis berponi yang tengah bercermin itu sedikit menolehkan kepalanya ke arah pintu.
Kemudian ia kembali menatap bayangan dirinya di benda datar tersebut. Bibirnya sedikit melengkung menampilkan senyuman manis yang sangat disukai banyak orang. Lesung pipi yang tercetak juga menambah kesan manis gadis itu.
"Sayang, kau sedang apa?" Pintu kamar terbuka. Seorang wanita yang baru menginjak usia kepala empat itu mengamati putri sulungnya.
"Mama?"
"Belum selesai? Daniel sudah lama menunggumu. Cepat keluar."
Gadis berpakaian serba kuning itu menghadap ke arah ibunya. "Bagaimana penampilan ku? Daniel tidak akan kecewa, bukan?"
"Putriku ini akan selalu cantik dalam keadaan apa pun."
"Benarkah? Mama sedang tidak berbohong, bukan?"
"Lihatlah dirimu di cermin. Apakah mama berbohong?"
Gadis itu menggeleng. Kemudian, ia tersenyum ketika ibunya tersenyum.
"Se Ri percaya. Mama selalu berkata jujur."
Wanita dengan senyum keibuan itu mengangguk. Kemudian, ia membelai kepala putrinya. "Se Ri sudah besar. Jika papa masih hidup, papa pasti akan bangga."
"Se Ri juga bangga memiliki mama dan papa. Meskipun papa tidak ada lagi."
***
Daniel menggandeng tangan kekasihnya. Sesekali tangannya merangkul gadis manis itu.
"Chagi, jalanlah dengan perlahan. Jangan terburu-buru."
"Bagaimana jika toko es krim itu sudah tutup? Aku sangat ingin makan es krim. Kita harus cepat."
"Memangnya siapa yang membuat kita terlambat datang ke toko es krim itu?" sindir Daniel.
Se Ri terdiam. Kemudian, ia menatap lekat laki-laki yang usianya dua tahun lebih tua darinya. "Maaf."
Daniel menghela napasnya perlahan, lelaki tampan itu tersenyum. "Aku hanya bercanda. Jangan kau anggap serius."
"Sungguh?"
Daniel mengangguk.
Se Ri kembali tersenyum. "Ayo."
Daniel kembali menggandeng tangan kekasihnya dengan lembut. Malam ini adalah malam kencan mereka yang spesial. Daniel akan mengajak Se Ri makan di restoran milik pamannya.
Selama ini memang mereka selalu melakukan kencan yang sederhana.
Se Ri selalu menolak kencan yang formal. Bukan hanya karena mereka masih SMA. Se Ri memang belum terbiasa kencan formal seperti pergi ke restoran."Malam ini kau terlihat cantik. Sangat cantik. Sangat-sangat cantik."
Se Ri tersenyum malu, Daniel memang sering memujinya. Tetapi, Se Ri selalu merasa tersipu dan tersanjung seakan ini adalah pujian pertama yang dia dengar dari kekasihnya yang kelewat tampan itu.
Daniel terkekeh. "Ada apa? Kenapa pipimu memerah? "
"Haruskah kau bertanya padahal kau tahu penyebabnya?" tanya Se Ri.
"Baiklah. Aku mengerti."
***
"Kau ingin makan apa malam ini?"
Se Ri terdiam, kemudian menggeleng. "Pesankan saja makanan yang menurutmu lezat."
Daniel mengangguk. "Tidak pedas dan bukan sejenis mie?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden (Kang Daniel)
Fanfiction👉LENGKAP👈 Judul awal Daniel Is My Namja Chingu Memiliki seorang kekasih yang tampan, baik hati, disenangi banyak orang dan juga populer membuat Se Ri merasa gelisah, kesal dan juga cemburu. Namun, bukan itu yang membuat Se Ri merasa takut. Meliha...