Se Ri dan Jiyeon tiba di rumah ketika matahari sebentar lagi terbenam. Keduanya segera berselonjor di sofa.
"Lelah, aku merasa sangat lelah," ucap Se Ri. "Tetapi, rasanya aku senang."
Jiyeon mengangguk setuju. "Aku juga. Tubuhku terasa sangat lelah. Tetapi, aku merasa sangat puas."
"Puas karena sudah bersenang-senang?" tanya Se Ri.
Jiyeon mengangguk senang. "Yah, begitu. Kau pintar sekali."
Tiba-tiba mama Jiyeon berlari dari arah dapur sambil tersenyum lebar. Wanita yang berstatus sebagai seorang ibu itu tampak sedang bahagia.
"Mama?"
"Bagaimana dengan kencan kalian? Apakah berjalan dengan baik?" tanya mama Jiyeon dengan semangat.
Se Ri dan Jiyeon mengernyit bingung. Keduanya saling berpandangan dengan kernyitan masing-masing.
"Maksud mama?" tanya Jiyeon.
"Kencan. Bagaimana dengan kencan kalian? Kenapa balik bertanya?"
"Siapa yang pergi berkencan? Sebenarnya apa maksud mama?"
Mama Jiyeon mengernyit bingung. "Jadi, kalian tidak pergi kencan?"
Jiyeon menggelengkan kepalanya. "Kami tidak pergi kencan."
"Mama mengira kalian pergi kencan."
"Kenapa mama bisa berpikir seperti itu? Kami tidak pamit akan pergi berkencan bukan?"
Mama Jiyeon mengangguk pelan. "Ya... Memang tidak, tetapi mama kira kalian pergi kencan. Tidak biasanya kalian pergi beramai-ramai."
"Beramai-ramai?"
"Kau pergi bersama teman-temanmu. Padahal kau baru saja sembuh. Mama kira kalian pergi karena ada hal penting, dan mama mengira hal penting itu ada kencan."
Jiyeon menarik napasnya dalam-dalam. "Sekarang mama sudah tahu bukan? Aku dan Se Ri tidak pergi kencan. Kami hanya pergh makan bersama di luar."
Mama Jiyeon mengangguk. "Baiklah. Kalau begitu, mama kembali ke dapur."
"Hm, baiklah."
"Kalian sudah lapar bukan?"
Jiyeon dan Se Ri mengangguk pelan.
"Tunggu sebentar lagi. Makanan akan segera mama hidangkan."
Jiyeon dan Se Ri mengangguk lagi.
Se Ri menghela napas panjang. "Padahal perutku sudah penuh," keluhnya. "Jadi, aku harus makan lagi?"
Jiyeon mengangkat bahunya pelan. "Sepertinya memang harus."
"Hm, baiklah."
"Ayo kita masuk ke kamar. Aku harus mandi. Dan aku butuh mandi."
Se Ri mengangguk setuju.
***
Jiyeon mengetuk pintu kamar Se Ri. "Keluarlah, mama memanggil kita."
"Ok!" balas Se Ri dari dalam kamar.
Sebelum menuju ke luar kamar, Se Ri lebih dulu memerhatikan penampilannya di depan cermin.
Sesaat sebelum dia sampai di depan pintu, Se Ri mengernyit bingung. Tiba-tiba pintu kamar dibuka secara kasar, dan Se Han muncul dari balik pintu.
"Nuna, kau tega sekali."
Adiknya itu tampak berkeringat. Dan, Se Han sedikit kusam. Sepertinya laki-laki menuju remaja itu belum mandi.
"Kau sedang apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden (Kang Daniel)
Fanfiction👉LENGKAP👈 Judul awal Daniel Is My Namja Chingu Memiliki seorang kekasih yang tampan, baik hati, disenangi banyak orang dan juga populer membuat Se Ri merasa gelisah, kesal dan juga cemburu. Namun, bukan itu yang membuat Se Ri merasa takut. Meliha...