Part 29. Hello, I am Lee Jinwoo

14 5 0
                                    

Helloo, jumpa lagi dengan aku. Masih ingat kah? Sebelum baca, vote dan komen dulu ya. 
Happy reading ya..


Daniel tidak menyangka kehadiran Jinwoo dapat membuat kumpulannya semakin ramai. Kehadiran Jinwoo disambut baik oleh teman-temannya.

Awalnya Daniel cemas kalau kehadiran Jinwoo tidak diterima mengingat status lelaki itu yang sebagai teman Jacky. Segala hal yang berkaitan dengan Jacky tidak pernah lagi diterima dengan baik oleh mereka.

"Mengingat kalau kita berteman membuatku terbayang masa lalu," Jaehwan. "Ingat saat kita bolos sekolah dulu? Kau yang menampung kami di rumahmu, Jinwoo."

"Benar. Karena kalian ketahuan bolos sekolah membuat orang tua kalian mengamuk," sahut Jinwoo.

"Dan akhirnya kami dilarang pulang ke rumah."

"Lalu aku menampung kalian seperti pengemis yang tidak punya rumah."

"Mengingat masa lalu membuatku ingin tertawa. Kita sangat konyol saat itu," sahut Seongwoo.

"Menyedihkan," ucap Daniel. "Pergi dari rumah tanpa membawa sepeser pun uang."

"Benar-benar seperti gelandangan."

Dengan angkuhnya Minhyun menyela, "Aku tidak. Aku bukan kalian."

Jaehwan melirik sinis selagi berkata, "Sialan. Kau memang yang terbaik."

"Benar juga. Kau tidak ikut mengungsi ke rumahku," sahut Jinwoo. "Kupikir—"

"Karena dia tidak membolos," sela Seongwoo.

Dengan kekesalan Daniel ikut menambahkan, "Anak baik-baik."

Dengan angkuhnya Minhyun tersenyum bangga. Salah satu kelebihan yang bisa dia andalkan. Ia adalah anak baik-baik.

"Tidak berniat untuk mengubahnya menjadi bukan lagi anak baik?" tanya Jinwoo.

Daniel menggeleng cepat. "Tidak akan mempan. Sepertinya ketika dia lahir orang tuanya sudah memberinya mantra agar tumbuh menjadi anak baik-baik."

Keempat laki-laki itu tertawa terbahak-bahak menanggapi Daniel. Masih tertawa meskipun Minhyun merasa bosan atas ejekan teman-temannya. Hingga akhirnya tawa itu terhenti saat Jaehwan mengumpat pelan.

Laki-laki itu menggerutu menatap ponselnya. "Ibuku membuat ulah lagi."

"Ulah apa?" tanya Seongwoo.

"Aku harus pergi sekarang," ucapnya yang sudah bersiap-siap. "Menjemput sepupuku di bandara."

Perginya Jaehwan menjadi percakapan terakhir mereka. Mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Lagipula hari sudah siang. Merasa lelah karena sepulang sekolah mereka langsung pergi main.

***

Gadis berpotongan rambut pendek sabahu itu mengerucutkan bibirnya saat melihat laki-laki yang berstatus sebagai kakak sepupunya sedang berjalan menuju ke arahnya dengan tampang malas dan kaki yang diseret-seret. Diam-diam gadis itu mendengus kesal. "Jadi, dia terpaksa menjemputku?"

Walaupun bermonolog sendiri, dia berharap sindirannya itu sampai ke sepupunya. Andai saja dia punya keberanian untuk membunuh saat ini juga, mungkin dia benar-benar akan melaksanakan niatnya dan akan mencobanya pada laki-laki itu.

"Kau sudah besar."

"Lalu?"

"Pulang sendiri. Kenapa harus kujemput?"

"Aku lupa jalanan Seoul."

"Kau bisa naik taksi."

"Aku tidak tahu alamat rumahmu."

The Hidden (Kang Daniel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang