Part 20. Hospital 2

21 6 0
                                    

Se Ri dan Jiyeon keluar dari dalam ruang rawat Se Han. Setelah mendengar langsung penuturan dokter mengenai kondisi Se Han, Se Ri baru bisa bernapas lega.

Jiyeon membawa Se Ri duduk di kursi tunggu yang sebelumnya mereka tempati. "Sudah kubilang, Se Han baik-baik saja."

Se Ri mengangguk. "Syukurlah, Se Han baik-baik saja."

"Se Han bahkan sudah sadar, Se Ri. Hal itu menunjukkan bahwa Se Han baik-baik saja. Seperti kata dokter tadi, Se Han hanya tertidur."

Se Ri memasang wajah sedih. "Kau tahu perasaanku ketika aku mencoba membangunkan Se Han tadi?"

Jiyeon mengangguk. "Kau pasti sangat merasa cemas."

Se Ri tersenyum tipis. "Perasaanku lebih dari sekadar cemas, Jiyeon. Aku takut, aku marah, aku merasa tidak berdaya."

"Se Ri, aku mengerti perasaanmu saat tadi. Aku juga akan merasakan hal yang sama sepertimu kalau adikku sendiri sakit dan tidak bisa bangun."

"Sebelumnya bibi mengatakan kalau Se Han sudah membaik. Aku percaya, karena itulah aku bisa bernapas lega. Tetapi, setelah aku mencoba untuk membangunkannya, dia tidak juga bangun."

"Kau pasti berpikir kalau Se Han pingsan bukan?"

Se Ri mengangguk.

"Aku juga berpikir demikian."

"Tiba-tiba paman mengatakan kalau Se Han harus dibawa ke rumah sakit. Paman mengatakan hal itu karena suhu tubuh Se Han benar-benar panas."

"Papaku hanya refleks mengatakan hal itu. Sepertinya papa sudah sangat merasa cemas terhadap Se Han."

Se Ri tersenyum. "Orang tuamu membuatku hampir jantungan, kau tahu?"

Jiyeon mengangguk setuju. "Papa memang mudah cemas, sedangkan mama memang sedikit berlebihan."

"Bagaimanapun juga, aku mengucapkan rasa terima kasihku. Kalau bukan karena mereka, paman dan bibi, mungkin Se Han tidak bisa ditangani dokter secepatnya."

"Jangan mengatakan itu. Aku merasa bersalah, kau tahu?"

Se Ri mengernyit. "Kenapa?"

Jiyeon menunduk sedih. "Sepertinya Se Han jatuh sakit hingga harus dirawat di rumah sakit karena kami. Karena aku dan orang tuaku yang tidak bisa menjaganya."

Se Ri menyentuh pelan bahu Jiyeon. "Semua yang terjadi, sudah menjadi takdir yang diberikan Tuhan. Jangan menyalahkan diri sendiri seperti itu."

Jiyeon menggeleng. "Tapi...."

"Sebelumnya kau mengatakan kepadaku untuk tidak menyalahkan diri sendiri bukan?"

Jiyeon tersenyum tipis. "Ya, kau benar. Maafkan aku, Se Ri."

"Aku juga meminta maaf kepadamu dan orang tuamu. Aku dan Se Han sudah sering merepotkan kalian."

"Itu tidak benar, Se Ri."

"Sebaiknya kita berhenti saling menyalahkan diri dan meminta maaf."

Jiyeon tertawa pelan. "Kau benar."

"Hm."

Keduanya terdiam. Se Ri menyerahkan sebungkus cokelat kepada Jiyeon. "Aku cemas. Jadi, aku memakan ini."

Jiyeon tertawa pelan. Kemudian, ia menerima cokelat pemberian Se Ri. Tiba-tiba, Jiyeon mengernyit ketika melihat Minhyun di depan lift.

"Minhyun sunbae?"

***

"Oppa?"

Daniel tersentak mendengar suara Se Ri serta sentuhan gadis itu di lengannya. Daniel menggerutu kecil karena Se Ri datang disaat yang tidak tepat.

The Hidden (Kang Daniel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang