Seorang lelaki muda tengah berada di balik kemudi mobil sportnya. Ia sedang dalam kompetisi balap liar yang sudah rutin ia lakoni.
Gila memang.
Jika membayangkan kemungkinan masa depannya bisa hancur karena kecelakaan di lintasan.
Namun nyatanya pria itu tidak terlalu peduli. Ia malah menyunggingkan seringaian sambil menginjak pedal gas. Suara mobil yang di gas dengan kuat langsung memenuhi tempat itu.
Beberapa gadis dengan pakaian minim yang berperan sebagai pemandu sorak pun mengerjakan tugas mereka dengan baik. Berteriak lantang untuk mendukung jagoan mereka masing-masing.
Tapi dibalik semua suara dukungan itu, ada satu nama yang menjadi jagoan hampir seluruh orang yang menonton pertandingan itu.
"Kim Taehyung!! Kau pasti bisa!!"
"Taehyung!"
"Ayo, Taehyung!"
Kim Taehyung.
Nama yang sangat bagus. Nama yang pas untuk visualisasi pria berwajah sempurna.
Namun jangan tertipu dulu. Karena nyatanya, pemilik nama itu tidak lebih dari seorang berandal gila.
Lihat saja bagaimana sekarang ia dengan santainya menjalankan mobil dengan kecepatan penuh. Tidak ada rasa takut sama sekali. Ia menyukai hal ini. Sangat.
Melihat bagaimana lawannya kesal setengah mati saat dirinya yang menjadi juara untuk kesekian kalinya. Kim Taehyung hanya akan menyeringai untuk merendahkan semua musuhnya.
"Sudah ku bilang, jangan bangunkan macan yang tidur," kata pria Kim itu. "Aku tadinya hanya ingin menonton, tapi berhubung kau mencari masalah, maka aku terpaksa harus ikut."
Pria yang menjadi lawan bicara pun hanya bisa menatap tajam ke arah pria Kim.
Sedang Taehyung dengan satai meninggalkan tempat itu.
"Mau kemana, Tae?"
Itu Park Jimin, sahabat karibnya. Taehyung pun tersenyum simpul. "Mau pulang."
"Tumben, tidak ikut perayaan?"
"Malas. Mau tidur."
Dan tiga kata itu menjadi penutup perbincangan mereka. Kim Taehyung masuk ke dalam mobil mewahnya yang berwarna biru gelap dan segera tancap gas menuju rumahnya.
Ah, yang ia ingat ayahnya akan pulang malam ini. Ia harus membeli beberapa obat untuk berjaga-jaga barangkali ayahnya kelepasan dan memukuli wajah tampannya.
Kim Taehyung pun sampai ke rumahnya yang mewah bak istana. Ia menenteng satu kresek kecil berisi beberapa obat.
Iya, dia tidak bercanda saat berpikir untuk membeli beberapa obat.
Di sana, Tuan besar Kim tengah duduk dengan gagahnya. Pria itu masih terlihat bewibawa bahkan saat umurnya sudah setengah abad.
Taehyung meneruskan jalannya menuju tangga untuk naik ke kamar tanpa menyapa ayahnya sama sekali.
"Kim Taehyung,"
Satu panggilan itu membuat kaki Taehyung berhenti melangkah. Pria itu membalikkan tubuhnya. "Kenapa?"
"Kenapa baru pulang? Ikut balap liar lagi?" tanya ayahnya.
Taehyung mengangguk santai. "Tadinya tidak mau, tapi ada yang cari masalah, ya sudah aku ikut."
Tuan Kim menghela napas panjang. Ia memijit pangkal hidungnya. "Kau yang selalu cari masalah, Tae. Tidak bisakah hanya diam di rumah?"
"Tidak."
"Kenapa? Sebentar lagi kau akan mulai masuk semester baru, kan? Kenapa tidak persiapkan kuliahmu saja?"
"Kuliah tidak penting."
"Kim Taehyung!"
Hilang sudah kesabaran yang coba dikumpulkan sejak satu jam sebelum anaknya ini datang. "Ayah sudah tidak bisa mentolerir segala kelakuan burukmu, Tae. Ingat terakhir kali kau hampir membunuh orang, kan?"
"Aku ingat. Lalu?"
"Tae,"
"Apa ayah berencana akan mengusirku dari sini? Baiklah, aku terima."
"Tidak. Itu adalah hukuman yang sangat ingin kau terima, kan? Tapi ayah tidak akan mengusirmu dari sini."
Taehyung memutar mata. "Lalu ayah ingin apa? Memukulku? Silahkan. Bunuh aku sekalian juga tidak apa-apa."
"Apa sebegitu inginnya kau membuat ayahmu ini menjadi ayah yang buruk?"
"Ayah memang sudah jadi ayah yang buruk. Sangat buruk sampai rasanya rumah ini menjadi sesak karena menampung semua keburukan ayah."
Tuan Kim hanya bisa menghela napasnya berat. "Oke, terserah padamu mau menilai ayah bagaimana. Tapi kali ini, kau benar-benar-benar harus dihukum."
"Baik. Aku akan pergi dari rumah sekarang."
"Sudah ayah bilang ayah tidak akan mengusirmu!"
"Lalu apa maumu?!" Kim Taehyung menaikkan nada bicaranya.
"Kau akan tetap tinggal di sini. Bersama orang yang sudah ayah tunjuk untuk mendidik dan mengawasimu. Segala fasilitasmu akan ayah tarik. Kau tidak akan boleh keluar rumah kecuali untuk kuliah."
"APA?" Kim Taehyung memekik. "Ayah tidak adil! Kenapa tidak usir saja aku dari sini, hah!"
"Perhatikan kesopananmu saat bicara pada ayah, Kim Taehyung!"
"Persetan! Aku membencimu!"
"Terserah apa katamu. Ayah akan pergi ke luar negeri selama beberapa bulan. Dan selama itu, kau akan tinggal di sini bersama beberapa bodyguard yang sudah ayah pilih khusus untukmu," ujar Tuan Kim. "Aku berharap perubahan perilakumu saat aku pulang, Kim Taehyung."
"Kau tidak bisa lakukan ini padaku!"
"Aku bisa. Dan selalu bisa melakukan apapun untuk mengembalikanmu ke jalan yang benar."
"Jalan yang benar kau bilang? Berkacalah dulu!"
Tuan Kim tidak menjawab. Beliau memilih bangkit dan meninggalkan Taehyung yang masih murka karena keputusannya.
"Ayah yang membuatku jadi seperti ini! Semuanya bukan salahku, tapi salah ayah sendiri!"
***
Aku menjadi seperti ini karena keadaan memaksaku. Jadi jangan salahkan diriku.
***
Note :
Jumlah kata di tiap chapternya akan lebih sedikit dari buku-buku yang lain. Tidak akan sampai 900 words. Sudah malas menulis yang terlalu panjang :)
Gue nggak tahu kalian bakal suka apa nggak, tapi semoga aja suka.
Terima kasih sudah membaca. Tolong tingalkan suara dan komentarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Meets Evil
FanfictionWas #1 bodyguard Was #381 friendship Taehyung itu pemuda 19 tahun dengan perangai terlampau buruk. Suatu hari, kebebasannya harus di renggut oleh seorang bodyguard yang ditugaskan untuk mendidik dan mengawasinya. Taehyung jelas menolak. Namun setela...