31. Hope

2.7K 397 47
                                    

HAPPY 5th YEARS WITH BANGTAN!!

I PURPLE YOU ♥♥


















Kim Taehyung merasa kosong.

Merasa dirinya mati walau nyatanya jasadnya masih terlihat hidup.

Jika diibaratkan, setelah Taeyeon pergi, Kim Taehyung hanya hidup dengan setengah nyawa, yaitu Cha Hyemi.

Namun sekarang, bahkan Hyemi pun telah pergi meninggalkannya. Lalu untuk apa dia hidup?

Taehyung tidak menyalahkan Hyemi. Sama sekali tidak marah padanya walau Hyemi pernah berjanji tak akan meninggalkannya, namun nyatanya Hyemi malah pergi. Memang Hyemi tidak salah. Taehyung yang terlalu lemah. Tak kuasa menahan dan melindungi orang-orang yang ia sayangi.

Namun apa dayanya? Taehyung hanya pemuda kuliahan yang bahkan belum menginjak usia 20 tahun. Dia tidak sanggup melawan dunia hanya supaya Hyemi berada di sampingnya. Tidak perlu dunia, bahkan melawan ayahnya saja Taehyung tidak berkuasa sama sekali.

Taehyung tahu, sangat tahu kalau tidak seharusnya ia membenci, mengumpati, bahkan berniat untuk membunuh ayahnya. Itu dosa besar. Dan itu akan membuat pelakunya dilempar ke neraka tanpa harus melalui perhitungan amal.

Tapi kembali, apa kau bisa menyalahkan Taehyung atas kelakuannya selama ini? Apa pemberian hukuman yang Taehyung lakukan pada ayahnya itu suatu yang salah?

Maka Taehyung sendiri akan menjadi egois sekarang. Apa yang dilakukannya tidak salah sama sekali. Hanya mungkin beberapa cara yang ia tempuh memang kurang baik.

Namun kembali, apa gunanya semua itu sekarang? Sekarang hidupnya hanya sendiri. Taehyung sudah tidak punya keluarga lagi dan ia juga tidak berniat untuk mengusik Bae Joohyun. Taehyung yakin gadis itu sudah hidup bahagia di sana.

Hanya Jimin.

Sekarang hanya tinggal Park Jimin. Lelaki yang selalu menjauhkan semua benda tajam di kamarnya. Lelaki yang setiap minggu selalu rutin membuang botol racun yang coba ditenggak Taehyung. Lelaki yang seminggu lalu memutus tali yang menjadi alat bunuh diri Taehyung. Lelaki yang setiap hari membereskan pecahan kaca penuh darah milik Taehyung.

Hanya Park Jimin.

Lelaki itu juga yang berani memasukkan makanan dengan paksa ke dalam mulut Taehyung. Yang menyingkirkan semua alkohol dan rokok milik Taehyung.

Sekali lagi, hanya Jimin.

Hanya tinggal pria itu yang tersisa.

"Jim, kau lebih baik pulang saja." Taehyung membeo.

Jimin menghela napasnya kasar. "Dan membiarkanmu menghabiskan dua bungkus rokok sendirian, lagi? Jangan gila, Kim!"

Taehyung tidak menjawab. Pria itu hanya menenggelamkan kepala di lipatan lutut. Duduk di pojok gelap ruangan seperti gembel.

Benar-benar seperti gembel mengingat Taehyung belum mandi dua hari ini dan pria itu juga belum tidur.

"Hei, kalau terus seperti ini, ketampananmu bisa berkurang. Bisa-bisa aku menjadi satu-satunya manusia tampan di muka bumi ini," kata Jimin.

"Itu terdengar bagus, kau memang tampan, kok," jawab Taehyung tanpa mengangkat kepalanya.

Jimin kembali menghela napas. Ia membuka gorden besar yang menutupi cahaya matahari. Sesaat kemudian, terlihatlah kamar super berantakan milik Taehyung.

Beberapa pigura sudah miring dan ada yang jatuh. Cermin besar di lemari yang pecah, satu lampu tidur sudah tergeletak mengenaskan di lantai, juga beberapa bekas putung rokok dan alkohol.

"Wah, Kim. Kamarmu adalah contoh paling sempurna untuk menjelaskan keadaan rumah pasca gempa bumi ditambah angin topan." Jimin berdecak sambil menyingkirkan beberapa pecahan kaca dengan ujung kakinya.

Taehyung terkekeh kecil. "Benarkah? Baguslah."

"Apanya yang bagus, sialan!"

"Kalau terkena gempa bumi dan angin topan sekaligus, kemungkinan tewas semakin besar, bukan? Itu berarti mungkin sebentar lagi aku akan mati."

Jimin sontak bungkam. Tidak mengerti jalan pikiran pemuda yang masih meringkuk di pojok sana. Ia menghela napas kasar lalu berjalan ke arah Taehyung dengan langkah lebar.

Pria Park itu dengan tanpa peri kemanusiaan, menarik tangan Taehyung hingga pemuda itu berdiri. "Tidak. Tidak boleh seperti ini. Cepat mandi dan bersiaplah ke kantor." Jimin berkata sambil menarik Taehyung menuju kamar mandi.

"Lepas, Jim!" Taehyung menyentak pergelangan tangannya yang digenggam Jimin. "Tinggalkan aku sendiri!"

"Kau gila? Kau sudah tidak waras?! Hidupmu tidak boleh berhenti sampai di sini! Demi Tuhan, Kim. Ini sudah dua bulan lamanya! Lihat tubuh mengerikanmu itu! Makan hanya seminggu sekali, jarang minum, maumu apa sebenarnya?!"

"Bukankah mati terdengar menyenangkan, Jim?"

"Bangsat!" Jimin telak memukul rahang kiri Taehyung hingga si pemuda jatuh ke atas ranjang. "Sadarkan dirimu, bajingan! Apa tidak terpikir di otak sebesar biji kenarimu itu untuk mencari Hyemi? Mungkin kau bisa menemukannya dan membujuknya untuk pulang dengan menjelaskan apa yang terjadi."

"Tidak. Dia tidak akan mau percaya padaku, dia sudah meninggalkanku," Taehyung berujar lirih.

"Sialan!" desis Jimin. "Kutanya padamu, kau sebenarnya mencintai Hyemi atau tidak?! Kenapa sepertinya kau sama sekali tidak ingin memperjuangkan cintamu?!"

"Aku mencintainya, sangat cinta."

"Kalau begitu kau harus memperjuangkannya. Cinta itu harus diperjuangkan. Mungkin saja di sana Hyemi sedang menunggumu untuk menjelaskan semuanya. Kau akan menyakitinya jika tidak datang padanya dan menjelaskan apa yang terjadi. Kau tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, kan? Apa kau tidak ingin tahu alasan sebenarnya kenapa Hyemi meninggalkanmu? Terlebih lagi dengan membawa serta Jungkook, Yoongi, dan Namjoon." Jimin bicara panjang lebar.

Taehyung hanya diam. Pemuda itu mencoba bangkit sambil meringis menahan ngilu di rahangnya.

"Kau harus melanjutkan hidupmu dengan baik. Siapa tahu di masa depan nanti, Hyemi akan berubah pikiran dan kembali padamu. Kau harus tetap hidup untuk bisa bertemu dengannya," Jimin menepuk pelan lengan Taehyung.

"Begitukah? Apa aku harus melakukan itu?" tanya Taehyung.

"Tentu saja! Jadi sekarang lebih baik kau pergi ke perusahaanmu, bangun perusahaanmu menjadi lebih baik lagi, supaya kau bisa berdiri di hadapannya nanti dengan percaya diri."

"Baiklah. Aku akan hidup untuk mencarinya. Aku akan hidup dengan harapan untuk bertemu kembali dengannya di masa depan. Aku akan meneruskan kisahku dan kupastikan akan berakhir bahagia."


***

Ya, aku bertekad akan membuat kisahku berakhir indah!

***






Note :
Happy 5 tahun ya, Army....
Apa pengalaman paling berkesan kalian selama jadi Army? Kalo gue sih banyak banget, kalo dijelasin dari awal bisa sampe satu book :"")

Dan untuk tetetQ
Yang sabar ye mas, jangan suka nyebat btw. Istrimu yang satu ini alergi asap rokok :'v

Hepi ending atau sad ending?

Btw kok gue merasa ini cerita tambah membosankan ya?? Jadi sedih :(((

Makasih udh meluangkan waktu untuk mampir :")

Boy Meets EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang