3. Boy Meets Evil

5.6K 747 66
                                    

Taehyung dengan wajah tertekuk pun mengikuti perintah para bodyguard-nya.

Sial! Jika bukan karena panggilan Jimin yang menyuruhnya berangkat kuliah, dia tidak akan sudi untuk mengikuti perintah orang-orang ini.

Taehyung juga bingung, sejak kapan Jimin menjadi pria rajin? Yang Taehyung ingat, Jimin bahkan lebih parah dari dirinya.

"Setelah ini, Anda harus langsung pulang. Kami akan menjemput tepat pukul dua belas siang," kata Yoongi yang tengah menyetir.

Namjoon yang duduk di sebelahnya pun mengamini. "Kami akan tepat waktu, Anda jangan khawatir."

Taehyung mendengus. "Akan lebih baik jika kalian tidak menjemputku."

Hyemi yang duduk di belakang mendengus kecil. "Dasar bocah gila, pantas saja ayahnya angkat tangan," ujar gadis itu lirih.

Taehyung melotot. Ia membalik badan dan menatap tajam ke arah gadis Cha. "Kau bilang apa tadi?" tanyanya dengan wajah memerah karena kesal.

Baru saja Hyemi akan buka mulut, Jungkook sudah menyela, "Dia tidak bilang apa-apa, kok," kata Jungkook.

Taehyung memicing. Ia mendengus dan membalik badan. "Kalian ini sebenarnya apa? Kenapa mengekangku seperti ini, sialan!"

Namjoon tersenyum. "Kami hanya mengawasimu dan mendidikmu."

"Mendidik? Apa kalian pikir kalian guru? Lalu pengawasan macam apa ini? Kalian lebih seperti memenjarakanku!" protes Taehyung.

Namjoon tidak menjawab. Pria itu hanya memusatkan perhatian ke jalan di depan sana. Untuk yang kesekian kalinya, Kim Taehyung mendengus kasar.

Hidupnya sungguh miris. Belum tepat dua jam mereka bertemu, keadaannya sudah menyedihkan seperti ini. Bagaimana jika mereka harus bertemu selama dua bulan? Bisa mati muda Taehyung.

***

"Mereka iblis, Jim."

Taehyung mendesah pelan sambil menyembunyikan wajah di atas meja. Ia frustasi sungguh. Kuliah dua jam saja sudah membuat dia bosan setengah mati.

Sedangkan Park Jimin hanya terkekeh melihat keadaan sahabatnya yang begitu mengenaskan. "Apa semengerikan itu?"

Taehyung mengangguk. "Seluruh fasilitasku di ambil. Kunci mobil, black card, bahkan kartu kredit ku yang biasa saja sudah raib. Ayahku memang gila."

"Wah, Paman Kim sungguh berniat menghukummu, Tae. Apa sebenarnya yang kau lakukan?"

Taehyung mengendik. Ia mengangkat kepalanya. "Aku hanya menyerempet salah satu waria di depan klub. Ck, aku kira dia sungguh wanita kerena ia menangis begitu keras. Tapi setelah ku dekati …"

Park Jimin langsung tertawa terbahak-bahak mendengar penjelasan sahabatnya. "Ternyata zonk!"

"Sialan kau, Park!" umpat Taehyung. "Dan bangsatnya, ayahku menuduhku hampir membunuh orang. Entah bagaimana dia bisa tahu masalah itu. Yang jelas aku frustasi sekarang, Jim!"

"Sabarlah, bro."

Taehyung mendengus. "Apalagi penyihir itu, rasanya aku ingin membakarnya hidup-hidup!"

"Penyihir?"

"Hm. Satu-satunya perempuan di kelompok bodyguard-ku."

"Apa dia cantik?"

Taehyung tidak langsung menjawab. Ia kembali mengingat wajah Hyemi. Kalau Taehyung boleh jujur, Hyemi itu cantik. Sangat cantik malah.

"Tidak juga," jawab Taehyung. "Biasa saja, tuh."

Jimin memicing. "Eyy, jangan berbohong." Pria itu meninju lengan Taehyung. "Pasti cantik, kan?"

"Ck, lumayan."

"Wah, enak sekali kau bisa cuci mata. Setidaknya masih ada pemandangan indah di rumah."

Dalam hati sebenarnya Taehyung mengamini perkataan Jimin. Sahabatnya ini benar juga. Rasa-rasanya sedikit menggoda bodyguard nya yang satu itu tidak masalah, kan.

Taehyung tersenyum penuh arti. Ia menepuk pundak Jimin dan bangkit dari duduknya. "Aku pulang, Jim."

Jimin mengerut. "Sekarang?"

"Hm. Mungkin para penjagaku sudah menunggu di depan gerbang. Tidak sopan membuat orang menunggu, kan?" ujar Taehyung dengan senyuman aneh yang terus ia tampilkan.

Jimin kembali memicing. "Kau tidak sedang merencanakan sesuatu, kan?"

Taehyung melebarkan senyumannya. "Tidak, kok. Aku hanya akan bermain dengan pemandangan indah di rumahku."

Jimin sontak melotot. "Bajingan kau! Jangan cari masalah lagi, keparat! Bisa-bisa ayahmu mengurungmu di kamar dan tidak memberimu makan sebulan!"

Taehyung hanya terkekeh kecil. "Aku tidak peduli, tuh."

Pria Kim langsung melesat meninggalkan kelas. Jimin mendengus kesal. Ia yakin satu juta persen kalau Kim Taehyung tengah merencanakan sesuatu. Bajingan gila itu memang sungguh tidak kenal takut.

***

Kim Taehyung saat ini tengah tersenyum seperti orang tidak waras sambil mendengarkan penjelasan Hyemi.

"Kau tidak boleh keluar rumah untuk main. Jam malam pukul tujuh. Kau harus sarapan, makan siang, dan makan malam di rumah. Senior Kim akan mengajarmu bahasa inggris setiap pukul delapan malam."

Gadis itu terlihat sangat serius saat membacakan jadwal Taehyung.

"Senior Min akan mengajarmu matematika dan statistik setiap pukul tiga sore. Sedangkan kau akan latihan fisik dengan Jungkook setiap pukul lima sore."

"Lalu apa yang aku lakukan denganmu?" tanya Taehyung.

"Aku? Aku hanya bertanggung jawab untuk membuatmu mematuhi segala aturan dan jadwal. Kau bisa meminta bantuanku kapan saja," kata Hyemi sambil menutup buku berisi jadwal itu.

"Kapan saja? Bantuan apa saja?" tanya Taehyung lagi sambil menyunggingkan seringaiannya.

Hyemi sedikit memicing. "Iya,"

Taehyung tersenyum. "Kalau begitu bisa kau tolong aku sekarang?"

"Apa?"

"Bisa kau urus adikku di bawah sini? Tiba-tiba saja dia tegang."

***

Bukankah kau membuat hidupku seperti di neraka? Maka aku tidak akan membiarkan kau hidup di surga.

***




Note :
Hai, kangen deh! Maaf karena buat kalian nunggu. Stay di sini, ya! Love you....

Jangan lupa vote sama komentarnya dong :3

Boy Meets EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang