29. Misunderstand

3K 386 34
                                    


Taehyung dan Jimin sekarang sedang ada di Gwangju. Mereka mendapat info bahwa salah satu mantan bawahan ayah Taehyung ada yang tinggal di kota itu. Mungkin saja ada informasi tentang kematian ayah Seokjin yang bisa mereka dapatkan.

Saat itu Tuan Kim memang mengaku di depan seluruh keluarga kalau ia yang membunuh ayah Seokjin. Namun, apalah arti pengakuannya jika tidak ada bukti atau saksi. Itulah yang membuat anggota keluarga yang lain tak bisa melakukan apa-apa. Bahkan Seokjin dan ibunya sekalipun.

"Kenapa kau sangat berambisi menemukan orang itu? Kita bahkan belum tahu pasti apakah info itu benar atau hanya jebakan yang mungkin dilakukan oleh ayahmu." Jimin berbicara saat mereka sudah sampai di depan sebuah toko roti.

"Entahlah, Jim." Taehyung masuk ke dalam toko itu diikuti oleh Jimin. "Aku hanya merasa bersalah pada Seokjin Hyung jika sampai tidak bisa membalas kematian ayahnya. Disamping aku juga ingin membuat hidupku dan Hyemi Noona menjadi aman," kata Taehyung setelah mendudukkan diri di salah satu kursi.

Jimin menghela napas. "Tapi ini sudah seharian penuh, namun kita tetap belum bisa menemukannya."

Taehyung hanya diam. Pria itu menghela napas lelah. "Maaf karena merepotkanmu, Jim. Kau jadi harus ikut bersusah-susah denganku dan meninggalkan kuliah."

"Hei, kau kerasukan apa sampai bicara seperti itu?"

"Ck! Aku serius, sialan."

"Aku pun serius, Kim. Dengar, kita sudah bersama selama hampir sepuluh tahun. Kau sahabatku. Kau keluargaku. Kau saudaraku. Adakah yang keberatan jika membantu saudara sendiri? Dan untuk masalah kuliah. Pernahkah kau melihat aku mengurus tentang kuliahku?"

Taehyung terkekeh. "Benar juga. Kau bahkan lebih mengerikan daripada aku, Jim."

"Nah itu kau tahu."

"Tapi sungguh, Park. Aku benar-benar berterima kasih padamu. Kau satu-satunya teman yang mau menerima keadaan keluargaku yang hancur berantakan."

"Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua orang pasti punya kelemahan. Kecuali aku sebenarnya, aku adalah definisi kesempurnaan," kata Jimin.

"Cih, kesempurnaan dengan tinggi 175 sentimeter," ejek Taehyung.

"Bangsat!"

Taehyung tertawa melihat wajah kesal sahabatnya ini. Ia kemudian bangkit untuk memesan beberapa roti. Ia dan Jimin belum makan sejak pagi dan sekarang hampir petang.

Taehyung sedikit mengernyit saat merasa tak asing dengan pria di balik meja kasir. "Mau memesan apa, Tuan?"

"A-ah, iya. Dua roti cokelat ukuran sedang dan dua cup kopi susu."

Pria penjaga kasih itu tersenyum dan mengangguk. Ia lalu menghitung semua pesanan Taehyung. "Semua jadi 3.000 Won, Tuan."

Taehyung pun merogoh kantongnya dan mengeluarkan dompet. Ia mengeluarkan sejumlah uang dan memberikannya pada kasir, masih dengan beberapa kemungkinan yang berkeliaran di kepalanya.

"Terima kasih. Mohon tunggu sebentar untuk pesanannya," kata si penjaga kasir.

Taehyung mengangguk. "Ah, tapi tunggu. Apa Anda Tuan Choi Dong Wook?"

Pria penjaga kasir itu sedikit menampakkan raut kaget. "Oh, bagaimana Anda bisa tahu?"

Taehyung tersenyum penuh arti. "Bisa kita bicara sebentar, Tuan?"

"Ada keperluan apa, ya?"

"Kumohon ikut saja,"

Si penjaga kasir tak bertanya apa-apa lagi. Ia menurut dan mengikuti Taehyung menuju mejanya dan Jimin. "Jim, aku menemukannya."

Boy Meets EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang