Taehyung menggenggam erat tangan Hyemi yang sudah terbaring di atas ranjang rumah sakit. Hyemi juga balas menggenggam tangan Taehyung tak kalah erat. Jantungnya berdegup kencang, ia merasa sangat gelisah.
"T-taehyung," panggil Hyemi lirih.
"Hum? Kenapa? Apa kau ingin sesuatu? Ada yang sakit?" Taehyung membrondong Hyemi dengan berbagai pertanyaan.
Hyemi menggeleng lemah. "Apa aku harus di operasi? A-aku takut, Tae. Aku sangat takut. Bagaimana jika aku akan mat—"
"Ssstt... kau akan baik-baik saja, percayalah padaku."
"Tapi—"
"Kau akan baik-baik saja, Sayang. Kau akan sembuh. Bukankah kau ingin cepat melihat Hyun dan Rin? Maka kau harus di operasi supaya sembuh."
"Kau akan menemaniku, kan?"
Taehyung bergerak mengecup lembut dahi Hyemi. "Tentu saja. Aku akan selalu bersamamu. Jadi jangan takut dan jangan cemas, oke? Hyemi yang kukenal adalah wanita kuat yang sangat berani."
Hyemi menyunggingkan senyumannya. "Aku mencintaimu."
"Aku lebih mencintaimu,"
Dan satu kecupan manis pun dihadiahkan Taehyung di bibir tipis Hyemi. Ciuman manis yang hanya bertahan selama lima detik.
Kemudian, Taehyung mendengar pintu ruangan Hyemi yang dibuka. Dua orang perawat masuk ke kamar itu. "Permisi, Tuan. Nyonya Cha harus segera kami bawa ke ruang operasi."
Taehyung mengangguk dan melepaskan genggaman tangannya. "Baiklah, aku mengerti. Silahkan."
Kedua perawat itu pun segera mendorong ranjang pasien Hyemi keluar dari kamar inap. Taehyung masih terus mengikuti dengan tangan yang tetap digenggam erat oleh istrinya. "Tunggu sebentar," lirihan Hyemi terdengar sebelum ia sempurna masuk ke ruang operasi.
"Kim Taehyung," ujar Hyemi. "Aku adalah yang paling mencintaimu. Selalu dan selamanya."
Taehyung merasa kakinya melemas saat Hyemi di dorong masuk ke ruang operasi. Mendadak, ketakutan menyelubungi pikirannya. Kenapa itu terdengar seperti salam perpisahan? Kenapa rasanya sesak?
Namun, Taehyung menghiraukan segala perasaan negatif itu. Ia duduk dan dengan sabar menunggu proses operasi Hyemi.
Beberapa jam setelahnya, Taehyung melihat Namjoon, Yoongi, dan Jungkook yang berjalan tergesa ke arahnya. Bahkan Jungkook sudah bisa dikategorikan berlari ke arahnya.
"Hyung, bagaimana dengan Noona?" tanya Jungkook yang masih tersengal. Taehyung bertaruh jika Jungkook pasti sudah mulai berlari dari lobi rumah sakit.
"Belum keluar dari ruang operasi."
"Sudah berapa lama?" Namjoon bertanya.
"Empat jam."
"Empat jam dan belum juga keluar? Sebenarnya apa yang dilakukan dokter-dokter itu?" Yoongi mengeram kesal.
"Sabarlah, Hyung. Ini bukan operasi ringan. Empat jam itu masih tergolong sebentar. Tenanglah," Namjoon mencoba memberikan pengertian.
"Duduklah," kata Taehyung. "Apa kalian langsung kemari setelah mendarat?"
Jungkook mengangguk. "Hm. Yoongi Hyung sudah seperti orang gila mencari tiket tercepat kemari. Rasanya aku juga ingin mengumpati pesawat yang terbang begitu lambat."
Taehyung terkekeh. "Kau bisa saja. Oh ya, kau sudah bertemu anak-anakku?"
Namjoon menggeleng. "Belum, tapi istriku sudah menemui mereka. Ia juga ikut bersama kami tapi lebih memilih menjaga Hyun dan Rin."
Taehyung mengangguk mengerti. "Maaf membuat kalian repot. Maaf juga karena tidak becus menjaga adik dan kakak kalian." Taehyung menunduk dalam.
Yoongi menepuk pundak pria Kim itu. "Hey, ini bukan salahmu. Aku juga tahu kau adalah yang paling terluka dibanding siapapun. Maaf tidak bisa membantu apa-apa. Tapi kami di sini untuk setidaknya mengingatkan bahwa kau tidak sendiri."
"Terima kasih, Hyung."
***
"Mommy, apa Ibu akan baik-baik saja?" Taerin bertanya dengan wajah yang sirat akan kekhawatiran.
Ailee yang merupakan istri dari Kim Namjoon itu pun tersenyum lembut. "Tentu saja. bukankah Ibu kalian itu sangat kuat?"
"Tapi kudengar penyakit kanker itu sangat sulit di sembuhkan," timpal Hyun.
"Tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Ibu kalian pasti akan baik-baik saja. Jadi lebih baik sekarang kalian tidur. Jangan pikirkan apapun dan hanya tidurlah. Mommy akan di sini menemani kalian. Besok Mama Jiyeon juga akan datang."
"Sungguh? Baiklah, ayo tidur, Oppa!"
"Hum!"
Ailee mengelus-elus kepala dua bocah yang tertidur nyenyak di ranjang itu. Matanya menatap sendu dan penuh rasa iba kepada kedua bocah kecil yang mempunyai kemungkinan besar untuk ditinggal Ibunya.
Memang tidak ada penyakit yang tidak mempunyai obat, tapi tidak semua penyakit bisa disembuhkan dengan obat. Beberapa dari mereka juga memerlukan kuasa Tuhan di dalamnya. Dan Ailee hanya berharap kalau Tuhan memberikan mukjizat-Nya.
"Maaf jika perkataan Mommy mungkin jadi kebohongan terbesar yang pernah dikatakan pada kalian. Mommy minta maaf, Sayang."
Ailee mengecup sekilas kening kedua bocah itu. Ia pun segera meninggalkan kamar si kembar. Di depan kamar, Park Jiyeon—istri Yoongi—ternyata sudah datang dan menunggunya.
"Bagaimana anak-anak?" tanya Jiyeon.
Ailee menghela napas. "Sudah tidur, Eonni. Kukira kau datang besok pagi, karenanya ku suruh mereka tidur dulu," kata wanita itu. "Eonni, apakah salah jika aku mengatakan kalau Hyemi akan baik-baik saja?"
"Aku tidak tahu. Tapi aku tahu jika kau mengatakan itu untuk menenangkan mereka. Entahlah, aku hanya berharap semoga berkataanmu menjadi sebuah doa untuk Hyemi."
"Hm, semoga."
***
Maaf, Hye. Maaf karena kau harus bertemu dengan pria pembawa sial seperti diriku ini.
***
Note :
Ges, cerita ini tamat di Chap 40, yaa... Setelah itu gue akan lanjutin The Perfect Bastard. Tenang, di cerita itu juga akan diceritain kelanjutan kisah Daddy Tae, kok. Dan di sana gue juga nggak akan nistain dia :))
Jadi mau selesai sekarang atau besok aja?
Dan, adakah yang masih mengharapkan Happy Ending? :3
Love you, makasih udh baca ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Meets Evil
FanfictionWas #1 bodyguard Was #381 friendship Taehyung itu pemuda 19 tahun dengan perangai terlampau buruk. Suatu hari, kebebasannya harus di renggut oleh seorang bodyguard yang ditugaskan untuk mendidik dan mengawasinya. Taehyung jelas menolak. Namun setela...