"Berapa lama lagi, Dokter? Berapa banyak lagi operasi yang harus dilakoni Istriku?!" Taehyung bertanya dengan nada frustasi. Sampai detik ini, Hyemi sudah menjalani enam kali operasi, namun hasilnya tetap nihil.
"Maaf, Tuan Kim. Tapi saya juga sudah mengatakan jika operasi ini sangat sukar dilakukan. Dan hasilnya juga tidak banyak membantu."
"Kim Taehyung, kumohon hentikan saja sampai di sini," ujar Yoongi.
Taehyung menatap tajam ke arah Yoongi. "Apa maksudmu, Hyung? Apa kau tidak mau melihat Hyemi sembuh? Kakak macam apa kau ini!"
"Dokter, terima kasih atas kerja kerasnya," Namjoon membungkuk hormat. Dokter Ha pun balas membungkuk dan meninggalkan mereka.
"Aku juga ingin melihat Hyemi sembuh! Tapi apa kau tidak melihat dirinya? Dia sudah terlalu banyak menderita kesakitan. Berapa kali lagi dia harus masuk ke dalam kamar operasi? Berapa banyak lagi ia harus menghirup aroma obat-obatan itu? Adikku adalah orang yang paling membenci rumah sakit karena ia melihat keluarganya meninggal tepat di depan matanya di tempat ini!" Yoongi berseru sampai napasnya tersengal-sengal. Pria itu jatuh terduduk di atas kursi tunggu. "Aku tidak tega melihatnya kesakitan," Yoongi berujar lirih.
Yoongi menutup wajahnya dengan kedua tangan, sedangkan Jungkook sudah menangis sambil bersender pada tembok. Namjoon pun hanya bisa menunduk dalam, mencoba sekuat tenaga menahan air matanya.
Taehyung merasakan kakinya melemas, ia pun jatuh bersimpuh di lantai. "Jadi kisah kami hanya sampai di sini?" lirihan itu keluar dengan pandangan mata Taehyung yang sudah terlihat kosong.
Namjoon mendekati Taehyung dan memeluk pria itu. "Tabahlah, Tae. Ini yang terbaik. Relakan dia."
Taehyung tidak menjawab. Pria itu diam dengan pandangan mata yang kosong. Setetes air mata jatuh ke pipinya. Dengan perlahan, Taehyung melepaskan pelukan Namjoon. Pria itu pun memasuki kamar inap Hyemi.
Taehyung melihat istri kesayangannya yang sudah tebaring lemah dengan tubuh yang dikelilingi mesin penunjang hidupnya.
Taehyung berjalan mendekat dan membelai dahi Hyemi. "Hai, Sayang. Bagaimana kabarmu? Apa terasa sangat sakit?" Taehyung menahan air matanya.
Hyemi mengangguk kecil. Mulutnya bahkan sudah tersumpal alat bantu pernapasan.
"Sangat sakit? Lalu apa kau ingin berhenti di sini saja?" tanya Taehyung lagi.
Hyemi kembali mengangguk.
"Jika itu memang pilihanmu, maka aku akan melepasmu. Maaf karena membuatmu menderita selama ini. Karena egoku, aku tidak memikirkan dirimu. Aku minta maaf."
Taehyung mengecup dahi Hyemi.
"Kalau kau ingin berhenti, kau bisa berhenti sekarang. Aku melepaskanmu. Tapi kau harus tetap mengingat jika aku sangat mencintaimu, Cha Hyemi. Kau adalah hal terbaik yang terjadi di hidupku yang menyedihkan ini,"
Taehyung melihat air mata meluncur mulus dari mata indah Hyemi.
"Aku mencintaimu, Sayang. Aku sangat mencintaimu, Istriku. Tidurlah, Sayang. Tidurlah."
Dan setelah itu, Taehyung mendengar suara berisik dari alat-alat di tubuh Hyemi yang menandakan malaikatnya sudah terbang tinggi ke langit. Taehyung pun menangis sambil menyatukan dahinya dengan dahi Hyemi.
"Aku mencintaimu. Maafkan dosaku karena aku dengan lancangnya mencintai malaikat sepertimu. Maaf,"
***
"Kim, kau oke?" Jimin menepuk pundak sahabatnya itu.
Taehyung menghela napas. Ia menyunggingkan senyum kotaknya. Terlihat terpaksa sehingga Jimin ngidam ingin menonjok wajahnya. "Tentu, aku baik."
"Tae, jika kau ingin menangis, menangis saja. Aku siap mengontrakkan bahuku untuk tempatmu menangis."
Taehyung terkekeh. "Terima kasih, Bro. Tapi sungguh ... tidak perlu. Aku hanya ingin sendiri. Namun jika kau memang ingin membantu, tolong tenangkan anak-anakku, aku tidak sanggup melihat air mata mereka."
"Okay, anything for you, Bro. Aku akan menemui anak-anakmu. Kau istirahatlah dulu."
"Hm. Terima kasih, Jim."
Jika kalian ingin tahu, Taehyung baru pulang dari acara pemakaman Hyemi. Iya, Hyemi ... pergi.
Taehyung memutuskan memakamkan Hyemi di sebelah makan Taeyeon. Hebat sekali rasanya, Ibunya, Taeyeon, Seokjin, dan Hyemi dimakamkan dalam satu kompleks pemakaman yang sama. Bersebelahan pula.
Taehyung tidak ingin bersedih. Ia tidak ingin larut dalam rasa kehilangan. Ia masih punya dua anak titipan Hyemi yang harus dia jaga dan rawat dengan baik. Taehyung tidak ingin mengecewakan Hyemi di langit sana.
Taehyung berjalan mendekati pigura besar berisi foto pernikahannya dengan Hyemi setahun yang lalu. Taehyung tersenyum saat melihat Hyemi yang tersenyum manis dalam balutan gaun putih yang cantik.
"Maaf jika kisah kita harus berakhir seperti ini. Kalau mungkin, aku ingin supaya aku saja yang diambil oleh Tuhan. Kau sudah banyak menderita karena aku. Maafkan aku."
Taehyung menunduk dalam. Namun sedetik kemudian, ia melihat sebuah amplop yang bertuliskan : To My Beloved Husband.
Taehyung pun membuka amplop tersebut yang ternyata berisi sepucuk surat.
Taehyung tidak bisa menahan air matanya saat membaca surat itu.
"Hyemi Noona, aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu. Aku akan hidup dengan baik seperti yang kau inginkan. Terima kasih juga karena sudah sudi menjadi istri dan ibu untuk anak-anakku."
***
Note :
Oke, teman-teman. Makasih atas dukungannya selama ini, apalagi cerita ini banyak masuk rank tag, hiks! Gue terharu /hapus air mata/
Makasih, makasih, makasih, gue nggak tau harus ngomong apa lagi. Pokoknya makasih atas dukungannya.
Dan boleh minta kesan dan pesannya, nggak? Biar bisa jadi referensi buat kelanjutan work selanjutnya. Yang sider atau yang biasanya cuma vote boleh lah komen sekali ini aja...
And, no bonus chapter, it's for real :""
Pokoknya BME gue selesein malem ini juga :)
Makasih udh baca ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Meets Evil
FanfictionWas #1 bodyguard Was #381 friendship Taehyung itu pemuda 19 tahun dengan perangai terlampau buruk. Suatu hari, kebebasannya harus di renggut oleh seorang bodyguard yang ditugaskan untuk mendidik dan mengawasinya. Taehyung jelas menolak. Namun setela...