Apa aku sudah pernah mengatakan jika Hyun dan Rin itu saudara kembar? Jika belum tolong ampuni diriku.
Mereka kembar. Lahir pada musim dingin, 30 Desember. Dengan proses kelahiran normal tanpa masalah sedikitpun. Hanya terpaut lima menit. Si sulung bernama Taehyun, dan yang bungsu bernama Taerin.
Sepertinya tidak perlu dijelaskan lagi apa marga mereka berdua, karena Hyemi mengetahui dirinya hamil setelah tiga minggu pergi dari rumah Taehyung.
Dan Hyemi berani sumpah demi langit dan bumi jika hanya seorang Kim Taehyung yang pernah menyentuhnya.
Sebenarnya semua sudah terlihat jelas karena sialnya wajah kedua anak kembarnya itu dominan sekali ke arah Taehyung. Apalagi Kim Taehyun. Persis sama seperti Taehyung tanpa ada satupun yang di buang.
Dan untuk masalah Yoongi, pernahkah aku bilang bahwa mereka menikah? Sepertinya tidak. Dan tidak mungkin pula Yoongi menikahi Hyemi yang notabene sudah ia anggap sebagai adik sendiri. Maaf saja, Yoongi sudah punya calon istri.
Semuanya jelas hanya setingan supaya Kim Taehyung percaya dan pergi meninggalkannya. Bukan karena Hyemi benci, sungguh. Hanya tidak ingin Taehyung mendapat masalah lagi ke depannya. Ia sadar, memang benar dirinya hanya menjadi beban untuk Taehyung selama ini. Dan menjadi beban untuk orang yang kau cintai, itu sungguh sesuatu paling menyedihkan di dunia.
Karena itulah Hyemi menjadi super bingung karena Taehyung yang duduk di hadapannya saat ini tengah menatapnya tajam dengan pandangan penuh selidik. Seakan ingin membolongi kedua mata Hyemi dan menarik keluar otaknya supaya bisa mengetahui segala kebohongan yang sedang direncanakan kepalanya.
Oke, itu terdengar terlalu mengerikan.
"Jadi bisa kau jelaskan?" tanya Taehyung lagi.
Sekarang mereka tengah berkumpul di ruang tengah rumah Hyemi. Wanita itu terpaksa membawa Taehyung ke rumahnya karena si pria Kim mengancam akan membuat keributan di taman bermain kalau sampai Hyemi tidak menanggapinya.
Satu yang Hyemi tahu, Kim Taehyung masih menjadi bocah gila sampai saat ini.
"Jelaskan tentang apa?" Hyemi menolak menatap mata elang itu.
"Jangan mengelak, Noona. Jangan berbohong padaku karena kau bukan pembohong yang baik. Apa kau sudah menikah? Ah tidak, kuganti pertanyaanku, apa mereka berdua itu adalah anakku?" Taehyung melirik ke arah dua orang anak yang sedang bermain robot dan barbie di pojok ruangan. Jimin si gila itu hampir saja membeli satu toko mainan supaya Hyun dan Rin mau menjadi sekutu mereka hingga Hyemi pun membawa Taehyung ke rumah. Ya, Jimin menggunakan jurus rengekan si kembar supaya Hyemi dan Yoongi luluh.
"Mereka anakku," kata Hyemi.
"Siapa ayahnya?" tanya Taehyung lagi. Tatapan tajam itu masih belum beralih sama sekali.
Hyemi mendeguk ludahnya kasar. Ia sedikit melirik Yoongi yang berada di sebelahnya, sedang yang di lirik hanya menghela napas lelah.
"Dia anakmu, Kim," jawab Yoongi. Hyemi sontak membulatkan matanya. Ia menggenggam erat tangan Yoongi. "Hyemi positif hamil sekitar tiga minggu setelah kami pergi dari rumahmu. Aku tidak yakin awalnya, tapi kemungkinan paling besar adalah mereka memang anakmu."
Hyemi menatap Yoongi dengan pandangan kesal. "Oppa,"
"Apa? Aku malas selalu dipanggil Papa oleh anak-anakmu. Kau pikir apa? Menikah saja aku belum, punya anak dari mana?" kata Yoongi.
Oh iya, jika kau bertanya tentang Jungkook, maka pria Jeon itu memilih pergi mengungsi dengan dalih memanggil Namjoon untuk pulang. Jungkook tidak ingin dijadikan 'Kookie asam manis' untuk makan malam. Hyemi setelah menjadi ibu itu, satu juta kali lebih menakutkan. Jungkook bahkan pernah tidak diberi makan dua hari karena buat Rin menangis. Contoh paling sempurna untuk kekejaman seorang kakak kepada adiknya.
Kembali pada Taehyung yang sekarang menyunggingkan senyumnya. "Jadi mereka benar anakku?"
"Ya." Yoongi menjawab datar.
"Tapi... kalian tidak menikah, kan?" tanya Jimin yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.
"Tidak. Kakak mana yang mau menikahi adiknya sendiri? Ini bukan cerita incest atau semacamnya, kan?" jawab Yoongi.
"Bukan begitu, maksudku... kalian kan juga tidak sedarah."
"Aku. Tidak. Menikah. Dengan. Hyemi. Apa kalimatku sudah bisa dimengerti oleh otak dungumu itu?" kata Yoongi.
Jimin mendengus kesal. Taehyung sekali lagi, menyunggingkan senyumannya. Taehyung sesekali mengulum bibir untuk membuat senyumannya tak terlihat terlalu lebar seperti orang idiot.
"Baguslah," kata Taehyung.
"Apa maksudmu dengan 'baguslah'? Karena kau sudah tahu, sekarang lebih baik kau pulang dan jangan ganggu aku lagi, Kim Taehyung." Hyemi berkata dengan nada tegas.
"Sebenarnya apa yang membuatmu pergi begitu saja dari rumahku?" tanya Taehyung. Pertanyaan ini sudah ia pendam selama tujuh tahun lamanya.
"Kau yang mengusirku," jawab Hyemi acuh.
"Kau jelas tidak sebodoh itu untuk tidak menenali gaya bahasa dan tulisanku."
"Aku memang tidak tahu gaya tulisanmu."
"Kau tidak tahu tulisanku tapi kau jelas tahu itu bukan diriku. Apa aku pernah memanggilmu dengan sebutan sayang? Bahkan jika bersamamu aku selalu memanggilmu dengan embel-embel Noona."
"A-aku tidak tahu," kata Hyemi sambil mengalihkan pandangan.
Yoongi berdecak. "Ya! Tinggal bilang yang sebenarnya apa susahnya, sih? Bilang saja saat aku dan Namjoon sampai, kau tiba-tiba ditelepon oleh Tuan Kim dan dia mengancammu supaya kau pergi dari sisi Taehyung," jelas Yoongi. "Ah iya, Kim. Apa bajingan tua itu masih hidup?"
"Dia sudah mati," kata Jimin. "Ada kerusuhan di rumah sakit jiwa dan dia menjadi korban keganasan para pasien di sana. Dianiaya sampai meninggal."
"Baguslah kalau begitu. Kematian yang menyakitkan, eh? Sangat pantas untuk manusia rendah macam dirinya," ujar Yoongi.
Jimin mengangguk setuju.
"Jadi ini semua juga karena ayahku?" kata Taehyung tak percaya.
"Tentu saja, bajingan! Siapa yang bisa membuat adikku sengsara seperti ini selain ayah brengsekmu itu!" seru Yoongi kesal.
"Ibu," Satu panggilan kecil mengalihkan perhatian semua orang. Itu Taerin yang tadi memanggil.
"Iya, sayang. Ada apa?" tanya Hyemi lembut.
"Bajingan dan brengsek itu siapa? Apa Paman tampan bernama bajingan?" tanya Taerin polos.
Hyemi tersenyum kecut. Rasanya ingin menguliti Yoongi dan mulutnya itu. "Tidak sayang, Paman bukan bajingan. Taerin jangan dengarkan perkataan Papa, oke?"
"Oke!"
Tanpa sadar, hati Taehyung menghangat melihat interaksi ibu dan anak itu. Rasa ingin memiliki keduanya jadi semakin besar. Keinginan untuk membuat interaksi manis dan senyuman menggemaskan itu hanya tersaji untuknya, hanya dirinya. Di dalam rumahnya yang terasa dingin karena kurangnya kehangatan keluarga.
"Noona, kembalilah kepadaku. Kumohon. Menikahlah denganku."
Dan Hyemi masih berperang dalam hati untuk menjawab ya atau tidak.
***
Ayo bangun keluarga bersama! Aku membutuhkanmu.
***
Note :
Gimana gimana? Yes or no?Oh iya, sekalian mau bilang, kayaknya Escape mulai dipublish sekitar seminggu lagi. Gue ada urusan keluarga, juga banyak keluarga gue yang dateng manteman. Jadi gue cuma publish yang udh di draft kayak BME sama TPB. Escape harus gue tulis dulu masalahnya. Gpp ya... :"""
Makasih udh mampir :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Meets Evil
FanfictionWas #1 bodyguard Was #381 friendship Taehyung itu pemuda 19 tahun dengan perangai terlampau buruk. Suatu hari, kebebasannya harus di renggut oleh seorang bodyguard yang ditugaskan untuk mendidik dan mengawasinya. Taehyung jelas menolak. Namun setela...