8. His Strap

4.3K 651 76
                                    

"Kau sungguh datang, Tae?"

Jimin menyapa sahabat karibnya yang terlihat keren dengan jaket kulit dan rambutnya yang ditata ke atas sehingga menampilkan dahi mulusnya.

Taehyung tersenyum kecil. Ia menepuk bahu Jimin lalu merangkul pria Park itu. "Tentu saja. Kim Taehyung pantang membual."

"Cih, katakan itu pada gadis-gadis yang telah menjadi korban gombalan kelas anak SMP-mu, Kim," Jimin berujar jengah.

Kim Taehyung terkekeh. "Hei, bukan salahku kalau mereka terjerat pesonaku. Yang jelas aku tidak punya keinginan untuk menjerat."

"Terserah padamu, dude," Jimin melepaskan rangkulan Taehyung di pundaknya. "Mau ikut balap? Kali ini lawan Seungcheol."

Disini, Kim Taehyung menghela napas malas. "Aku ingin lihat-lihat saja disini, menghilangkan kepenatan."

"Ah, kau tidak asik. Kenapa? Apa kau kehilangan keahlianmu di jalanan?" tanya Jimin bermaksud menantang Taehyung. Karena Jimin tahu, Taehyung itu paling tidak bisa kalau sudah ditantang. Pria itu akan melakukan apapun untuk memenangkan tantangan yang diberikan kepadanya.

Taehyung menghempaskan bokongnya di atas kap mobil. "Tentu saja tidak, sialan!"

"Kalau begitu ayo! Hadiahnya mobil ferrari keluaran terbaru." Jimin masih saja mendesak Taehyung. Seungcheol itu raja jalanan, tidak ada yang bisa mengalahkannya. Tentu hanya Kim Taehyung seorang yang bisa mengalahkan pria itu.

Kim Taehyung, walau perawakannya kurus dan kulit yang coklat, persis seperti gembel, namun jika sudah berada di balik kemudi, akan berubah menjadi setan. Kalau Seungcheol raja jalanan, maka Kim Taehyung adalah dewanya jalanan.

"Malas, Jim." Taehyung merebahkan diri di atas kap mobilnya. Menggunakan kedua tangan sebagai alas kepala.

"Ck, sok sekali bicara malas. Bilang saja sudah takut untuk balapan karena para bodyguard gilamu itu."

Jimin memang setan.

Terkutuklah Park Jimin dan mulutnya yang seperti ibu-ibu komplek. Taehyung pening mendengarnya.

"Terserah apa katamu, bajingan. Aku hanya ingin menghirup udara segar. Enyahlah kau!" Taehyung memberikan gestur mengusir yang membuat Jimin mendengus kesal dan pergi.

Taehyung menghela napas. Ia tidak mengerti. Kenapa dia tidak menerima undangan untuk turun ke jalan dan bersenang-senang dengan cara yang biasa ia lakukan? Ini seperti, ada sesuatu yang mengekangnya. Mengikatnya dan melarangnya untuk berbuat hal-hal semacam itu.

Awalnya Taehyung sungguh berniat ingin balapan disini. Berjam-jam, atau kalau bisa sampai dia mati. Taehyung sudah muak dengan segala aturan di rumahnya. Jika ia mati, semua akan menyenangkan, bukan?

Namun sekali lagi, setelah ia berada di sini, dirinya malah kehilangan selera untuk turun lapangan. Hanya ingin menghirup udara malam dan menatap ribuan bintang yang berkedip di atas sana. Rasanya menenangkan.

"Tae,"

Suara mendayu itu membuat Taehyung membuka matanya. Sedikit menoleh ke arah suara dan langsung bangkit dari tidurnya saat mengetahui siapa pemilik suara lembut itu.

"Joohyun?"

Gadis yang dipanggil itu pun tersenyum. Ia berjalan mendekati Taehyung dan duduk di atas paha kanan pemuda Kim. Tangannya melingkar di leher Taehyung. Pria Kim tidak menolak, ia justru melingkarkan tangannya di pinggang Joohyun, menjaga agar gadis itu tidak jatuh.

"Kenapa tidak ikut main?" tanya Joohyun.

Kim Taehyung tersenyum. "Tidak. Sedang malas saja."

"Tumben. Biasanya walau aku sudah melarang, kau tetap main," kata Joohyun. Ada sedikit nada merajuk di sana.

Taehyung terkekeh. Ia mengeratkan pelukan di pinggang Joohyun. "Sedang lelah saja," katanya. "Dan kenapa bajumu seperti ini? Kekurangan bahan atau bagaimana?"

Joohyung memukul dada Taehyung dengan sekuat tenaga. Tapi apalah daya tangan kurus itu jika yang dihadapi adalah dada bidang dari seorang Kim Taehyung.

"Ini tren, sialan. Kebanyakan gadis di sini memakai pakaian seperti ini!"

"Ck, tidak usah mengikuti tren. Jalani saja hidupmu seperti biasa."

Joohyun memutar matanya jengah. "Jangan sok mengguruiku, bocah!" Irene menjitak kepala Taehyung pelan. "Sudah, minggir! Aku mau turun."

"Ck, kau sendiri yang naik ke pangkuanku!" Taehyung mendengus.

Joohyun sedikit membersihkan rok pendeknya. "Apa kau tidak tahu? Aku mencoba menggodamu, Kim. Siapa tahu kau berniat menghabiskan malam panas denganku?" Joohyun menyunggingkan senyum menggodanya.

Taehyung memutar mata. "Siapa yang mau berhubungan badan dengan sepupu sendiri, bodoh! Aku bukan pria sebejat itu!"

"Karena itulah aku berani duduk di pangkuanmu. Sudah sana pulang! Kau merusak pemandangan di sini. Sudah tidak turun lapangan, kerjanya hanya tidur-tiduran, membuat sesak parkiran saja. Pulang!" kata Joohyun.

Taehyung mendengus. "Iya, iya."

***

Taehyung melemparkan kunci mobilnya di atas sofa. Pria itu berjalan gontai menuju kamarnya. Rumah sudah terlihat gelap, menandakan penghuninya mungkin telah sempurna terlelap.

Taehyung masuk ke kamarnya dan menyalakan lampu. Ia hampir mati karena terkejut saat melihat Hyemi yang duduk di atas ranjangnya.

"Bangsat! Kau mengangetkanku!" tanpa sengaja umpatan kasar keluar dari mulutnya.

Hyemi mendengus. Ia sejenak memalingkan wajah sebelum kembali menatap Taehyung dengan tatapan super tajam.

Dengan gerakan cepat, gadis itu berjalan mendekati pemuda Kim dan menendang perutnya. Taehyung jatuh tersungkur.

"Apa-apaan!" Taehyung berseru tidak terima. Pria itu berusaha bangkit, namun Hyemi sudah menduduki perutnya dan melayangkan tinjuan ke arah wajahnya.

Taehyung sebisa mungkin menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Hyemi terus saja memukul wajah pria itu.

Namun tiba-tiba, Taehyung menangkap pergelangan tangannya dan memutar posisi, membuat Hyemi berada di bawah kungkungan pemuda Kim.

"Apa yang kau lakukan sebenarnya!" Taehyung sedikit menaikkan nada bicaranya.

Hyemi tidak menjawab, sedetik kemudian, gadis itu malah menangis. Taehyung mengernyit bingung.

"Bajingan kau, Kim!" umpat gadis itu.

Taehyung tidak mengerti apa yang terjadi. "Kenapa?" tanyanya dengan nada yang melembut.

"Kenapa kau harus kabur?" kata Hyemi. "Jungkook kecelakaan karena dia pergi mencarimu!!" seru gadis itu.

"Apa?!"

***

Entah kenapa ada perasaan tidak nyaman saat aku melihatmu menangis. Aku sungguh tidak bermaksud membuatmu bersedih.

***


Note :
Yeey, lanjut lagi!!
Jangan nethink dulu sama mba Irene-ku :3
Gue nggak bakal bikin Irene jadi jahat atau PHO kok, udah cukup dia jadi cameo nggak bener di HMT wkwkwk
Dan lagi, maaf menggantungkan kalian manteman. Aku cinta kalian! ❤

Terima kasih sudah membaca ^^

Boy Meets EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang