Bagian 6 - Hak Yang Tertunda 2

9.5K 386 19
                                    

Tingkat kemesuman pemain itu tergantung,tingkat pemikiran pembaca. So jadilah pembaca yang cermat. 😉
Arigatou buat semua readers yang udah setia vote & comment kisahnya para junior yang ada rasa sama seniornya ini. Walau dipart sebelumnya vote gak mencapai target. Tapi gakpapa deh. Stay terus ya 😘. Nah buat part kali ini,targetnya yaitu 11 vote dan 11 comment😉. Jangan sampai gak memenuhi target lagi ya😉.
Kutunggu votment selanjutnya ❤
-----------------

"Gue mau minta hak gue yang tertunda " Naina menelan salivanya dengan susah payah. Naina bukan orang yang polos-polos banget. Dia juga ngeh kali kalo dimas ngomong kayak gini,disaat-saat seperti ini.
Dimas memajukan tubuhnya kearah naina,membuat naina memundurkan tubuhnya,membuat ia setengah telentang dengan kaki masih menjuntai di ranjang besarnya. Dimas semakin memajukan tubuhnya,membuat hidungnya dan hidung naina bertabrakan,memang dasarnya hidung naina yang tak semancung hidung orang india,membuat bibir dimas menyentuh bibir ranumnya. Terkejut? Tentu saja,nafas naina sudah memburu sejak tadi,ditambah lagi perbuatan kurang ajar dimas padanya saat ini. Dengan reflek alias spontan. Naina mendang perut dimas cukup keras,membuat dimas tersungkur,dengan keningnya yang mencium tepian ranjang.

" Akkh " Dimas mencoba menahan sakit yang timbul dari benturan dikeningnya tersubut. Sedangkan naina ia hanya menyaksikan,dengan tangan yang masih memegang bibirnya.
Setelah tersadar dari keterkejutannya,naina baru menghampiri dimas yang keningnya sudah mengeluarkan darah. Naina panik,sejatinya,ia takut akan darah,tapi untuk saat ini ia harus mengkesampingkan hal itu.

" P3K dimana " naina bertanya dengan tidak selawnya,dengan tangan yang mengacak rambut panjangnya,mencoba menepis rasa takutnya akan simerah itu.

" Lemari " naina langsung berlari kearah lemari kayu yang terletak disudut kamar ini,disamping Sofabed tempat ia tidur semalam. Setelah mendapatkan apa yang ia cari,naina kembali menuju arah dimas,dengan membawa air hangat dan handuk kompresan untuk kening dimas,yang telah ia ambil sebelumnya. Naina kembali kearah ranjang duduk disamping dimas,dengan perlahan membersihkan luka yang mungkin diakibatkan oleh dirinya juga,sekejam-kejamnya naina,dia gak bakalan rela liat kakanda dimasnya terluka. Darah yang mengucur memang tak terlalu banyak. Tapi juga tidak bisa dibilang sedikit. Naina mengompres dengan hati-hati agar dimas tak terluka kembali. Dimas meletakkan tangannya diatas tangan naina yang tengah mengompres dahinya. Dimas mah kalau buat modus bisa bae. Ibarat kata pepatah nih ya,sekali dayung dua,tiga pulau terlampaui. Gak papa deh kejedot yang penting dapet hasil,begitu kira hati dimas berkata.

" Sshh,sakit tau " ringis dimas saat naina mungkin sedikit keras menekan lukanya.

" Iya,maaf mana aku tau " balas naina,yang kini tengah menuangkan obat merah kesebuah perban kecil.

" Mau tau rasanya? Sini gue jedotin juga pala lu " balas dimas dengan nada tak ada santainya. Naina tak membalas,ia hanya fokus pada pekerjaannya. Setelah selesai mengobati kening dimas dan memasangkan beberapa obat dan tetek bengek lainnya. Naina bangkit kembali meletakkan kotak P3K itu pada tempatnya semula.

" Bang dimas ngapain coba ?" naina bertanya dengan tangan ia lipat didada,satu alisnya terangkat,dan satu matanya ia picingkan saat menatap dimas.

" Pake nanya lagi lu "

" Kan gak tau,makanya nanya " kalau sudah tau naina juga tidak akan bertanya. Jujur saja ia bingung dengan perlakuan dimas padanya. Tiba-tiba saja seperti preman yang mau memperkosa dirinya. Mengingat kejadian tadi naina kembali begidik ngeri .

" Niat gue cuma mau becanda tadi"

" Becanda apaan,nih ya,bibir bang dimas nempel disini " naina membalas perkataan dimas dengan tidak santainya,sambil menunjuk-nunjuk bibirnya.

" Yee,lu biasa aja lagi. Salah lu sendiri,itu hidung kenapa kagak ada batangnya coba " kurang ajar memang dimas ini,sudah tau melecehkan anak dibawah umur,masih saja tidak tau diuntung. Kalau naina punya pemikiran buat lapor sama kepolisian kan bisa dipenjarakan. Tapi naina juga tidak terlalu bodoh untuk hal tersebut,yakali naina bikin laporan ke kepolisoan dengan judul diambil ciuman pertama sama suaminya sendiri,gak lucu sama sekali.

"Udah salah,malah ngehina lagi " naina mengerutukkan giginya seraya menendang kaki dimas yang masih setia terjuntai kebawah ranjang. Sebelum akhirnya ia kembali ke sofabed merah yang semalam ia jadikan singgasana ternyamannya. Jika kunci pintu tidak dibuang oleh dimas sebleng itu,ingin rasanya naina kabur dari kamar ini. Sedari tadi ia hanya mencoba sok berani,agar dimas tak berani berlaku tak senonoh lagi. Akan tetapi dalam hati kecilnya menjerit,agar lebih baik lompat saja lewat balkon kamar ini,dari pada nggak pake apa-apa pas bangun besok pagi. Tapi fikirannya masih mampu mengiringi hatinya yang terkadang salah itu. Ia masih waras untuk tidak loncat dari lantai dua ini. Ia masih sayang nyawa. Masih mau kawin sama Niall Horannya. Naina mengalihkan pandangannya pada dimas setelah beberapa saat berzikir di aipon eks yang baru saja dibelikan sebagai kado ulang tahunnya yang ke 17 oleh tantenya. Pandangan mereka beradu,naina langsung menatap tajam kerah dimas.

" Apa liat-liat " naina bersuara dengan garangnya. Dimas tak merespon,ia malah naik keatas ranjang seutuhnya,dan langsung masuk kedalam selimut tebalnya.

" Tidur sana " kata terakhir yang dimas ucapkan sebelum menutup matanya. Bukannya mati,dimas hanya menutup mata sampai besok pagi.

" Tidur aja sendiri,Aku mau jaga-jaga biar bang dimas gak bisa ngapa-ngapain lagi." Ia bermonolog sendiri,nggak sendiri juga sih,pasalnya dimas masih dapat mendengar apa yang naina ucapkan,tapi tak membalasnya,ia hanya membiarkan naina bicara sendirian disana. Sementara naina ia bertujuan akan menyelesaikan permainan Crazy kitchen sampai pagi,sampai akhirnya nanti ia kan keluar dari kamar ini,terlepas dari sang predator yang kapan saja bisa memangsanya.

------------------------------------------------------
Padang,18 Maret 2018.
Nurul Fazira ❤
~ My senior ~
Edisi revisi
© 2018

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang