Naina menyusuri koridor sekolah yang masih tampak sepi,baru ada beberapa siswa/siswi yang melewati. Naina bahkan lupa kemarin untuk mengambil tasnya ketika di tarik Dimas keluar dari pekarangan sekolah,ia tak tau siapa yang akan menyelamatkan tas miliknya itu. Kepalanya pun masih berdenyut efek dari kehujanan kemarin,tapi apa boleh buat ia harus kembali ke sekolah dan alasan lainnya karena tidak ingin terlalu berlama-lama dengan Dimas,jika ia tak sekolah sekarang pasti saja ia akan di rumah bersama Dimas,berdua saja,catat itu. Jujur,Naina masih tak kuasa harus berdekatan dalam waktu yang lama dengan Dimas,jantungnya seakan tak berfungsi dengan benar,malah akan berdetak dua kali lebih cepat.
" Hai Nai ! " Suara cempreng dan tepukan di bahunya,membuat Naina mau tak mau harus membalikkan tubuh menghadap ke arah orang yang tadi memanggilnya.
" Eh Lala,tumben baru datang " Naina membalas sapaan gadis yang ia panggil Lala tadi. Lala Aulia Fitri ini juga teman seangkatan dan juga osis sama seperti Naina. Lala,walaupun memiliki suara yang tidak merdu ketika berbicara saat mendengarnya mengaji siapa pun pasti akan terlena,dia satu-satunya teman Naina yang tidak suka dengan hal yang berbau ke-kasaran,jangankan kontak fisik dipanggil 'kau' saja ia akan meledak-ledak,menghentakkan kaki pasti akan berlalu pergi,ia memang tak banyak bicara tapi rajin bekerja,baginya bicara seperlunya saja yang penting adalah bukti dari ucapan yang kita lontarkan,tak perlu banyak janji kalau tidak ada realisasi.
" Aku kan biasanya emang datang jam segini,kamu yang seharusnya dipertanyakan Nai " Ya,memang benar,jika hari-hari biasa pada semester-semester sebelumnya Naina memang bukan tipikal siswi yang selalu datang pagi,tapi ia juga tidak pernah masuk List siswi yang sering terlambat,ia hanya datang tepat saat bel berbunyi atau 5 menit sebelum bel berbunyi dan akan kesusahan sendiri untuk menyalin PR pada temannya jika ia lupa mengerjakan. Naina beralih pada tas yang ada di dalam pelukkan Lala,itu tas miliknya.
" Tas aku kan ? " Naina hanya berbasa-basi siapa tau ia salah sangka.
" Iyalah,tas siapa lagi coba,kemaren itu kamu main pergi aja,yaudah aku bawa pulang. " Lala menyodorkan tas sandang berwarna coklat itu pada Naina. Naina hanya nyengir kuda saat mendengar perkataan Lala. Mereka terus melangkah melewati kelas-kelas berjalan di koridor sekolah menuju kelas mereka.
" Kemaren aku kerumah kamu,tapi gak ada siapa-siapa kayaknya " Lala mengeratkan pegangannya pada tas ransel yang tengah ia sandang seraya mengangkat bahu lalu menarik napas dengan dalam,udara pagi nan segar kesukaannya. Naina sedikit gelagapan,ia sulit jika harus berbohong pada Lala.
" Hmm,itu kemaren aku emang gak pulang kerumah " Naina berkata dan diakhiri dengan menunjukkan deretan gigi rapinya. Lala memang tak lagi bersuara,tapi dari kerutan didahinya terlihat jelas ia masih bingung akan jawaban Naina.
" Aku nginep tempat keluarga La " kali ini Naina merasa tidak berbohong,Dimas keluarganya bukan?" Bang Dimas keluarga kamu? Aku kemaren liat kamu sama dia " poor Naina,wajah Naina pias tentu saja ia terkajut akan apa yang barusan saja Lala katakan hingga membuat langkah Naina terhenti. Bagaimana Lala bisa berprasangka seperti itu?
" Nai ? " Lala melambaikan tangan dan memanggil-manggil nama Naina dengan acap kali tapi seperti manekin Naina tak sedikitpun bersuara ia masih mematung di sana.
" Nai ! " kali ini Lala mengguncang bahu Naina." Hah " Naina mengerjapkan matanya beberapa kali merespon perlakuan dari Lala.
" La aku duluan ya " Naina berlalu dari hadapan Lala,berlari menuju kelasnya tanpa menunggu persetujuan dari gadis berjilbab syar'i itu.
***
Teriknya sinar mentari membuat denyutan di kepala Naina semakin bertambah. Di hari kedua MPLS ini Naina mengawas adik-adik yang tengah berkegiatan di lapangan ini. Memang baru 15 menit ia berdiri mengikuti adik-adik gugusnya,tapi ia sudah merasakan tenggorokkannya sangat kering kepalanya sakit dan tubuhnya serasa ingin tidur saja. Biasanya ia akan kuat jika di jemur berjam-jam di lapangan ini,sudah seperti makanan sehari-hari baginya akan tetapi kali ini berbeda mungkin karena kurang enak badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior
Teen Fiction" Aku bersyukur, bahwa ketidak sengajaan takdirku adalah kamu. "