Pukul 6 pagi Naina sudah berdiri disalah satu sekolah negeri yang sudah hampir 3 tahun selalu ia datangi ini. Tinggal satu tahun lagi ia menempuh pendidikan disini. Naina mengeratkan pegangan pada tali tas sandangnya. Tersenyum mengingat betapa banyak kenangan disekolah ini. Biarlah ia dikata kerasukan,datang paling pagi dan tersenyum sendiri,kapan lagi hantu sekolah ini terekspost keluar sana bukan. Naina melangkah memasuki gerbang sekolah,disini kisah hidup barunya dimulai. Berjalan melewati meja piket,seulas kengangan kembali membayang,jika ada jam kosong Naina dan temannya akan mendatangi meja piket ini,sekedar tebar-tebar pesona pada kakak kelas atau malah bercerita hal tidak penting tapi mengasyikkan dengan guru piket. Karena belum tau kelasnya dimana jadilah ia berkeliling sekolah ini,menuju area belakang untuk melihat keadaan,sekolah ini masih sepi,bahkan satupun batang hidung manusia belum Naina temui. Disana,dipaling pojok sebelah kiri jika kita baru masuk dari area depan,kelas itu adalah kelasnya dulu. Disana awal pertama ia mengenal teman-temannya. Hidup rutin mendatangi sekolah ini. Ia terus berjalan menyusuri koridor sekolah,menatap kearah lapangan,disana dulu ia dan teman-teman yang berminat untuk menjadi osis berkumpul,cukup banyak. Akan tetapi satu persatu tersisih karena seleksi alam.
Setelah berkeliling cukup lama,akhirnya bell masuk telah berbunyi,sekolah ini pun sudah berpenghuni. Jika tadi hanya ada Naina,sekarang sudah banyak jumlahnya. Sangat banyak kenangan yang tempat ini berikan. Saat akan pergi Naina harus pamit pada semua,karena ditinggal pergi dengan baik-baik saja sakit. Apalagi ditinggal tanpa pamit. Mungkin saja saat Naina tidak disini lagi ada yang merindukannya.
Hari ini PLS pertama,dan Naina menjadi salah satu kakak korlas disini. Melihat ratusan siswa-siswi baru yang berjejer rapi dihadapannya membuat fikirannya berkelana pada kisahnya beberapa tahun silam.Flashback
Juni 2014,Naina menyandang erat tas punggungnya. Hari ini,hari pertama ia mengenakan seragam putih abu-abu ini. Disekolah barunya,setelah menamatkan sekolah menengah tingkat pertamanya. Naina berjalan melewati gerbang yang sengaja atau entah mengapa telah dibuka dengan lebarnya. Belum ada siapa pun yang ia kenal disini,beberapa murid ditemani oleh orang tuanya. Ralat,bukan beberapa hampir semuanya. Naina menarik nafas panjang,ia harus bersabar,ayah bundanya tidak bisa mengantar karena ada urusan pekerjaan.
Bel menginstruksikan mereka semua,para murid baru untuk menuju lapangan,yang berada dibelakang. Berbaris dengan rapi. Setelah kepala sekolah dan wakil selesai dengan penyambutan pada murid baru sekolah ini. Kegiatan selanjutnya diambil alih oleh segerombolan siswa yang menggunakan almamater . Setelah mendapatkan pembimbing masing-masing,mereka dibagi-bagi. Pembimbing Naina,bernama Rama dan Fara. First immpressionnya mereka orang yang baik,terlihat ramah,tapi entahlah,kita lihat saja nanti,batin Naina. Setelah mengikuti serangkaian acara dilapangan,akhirnya mereka masuk kedalam kelas masing-masing. Semua orang duduk berpasangan dengan teman lamakah bahkan dengan teman baru dikenal,sedangkan Naina ia lebih memilih duduk sendirian. Hal pertama yang diperintahkan oleh Rama dan Fara adalah memperkenalkan diri. Satu persatu diantara mereka merperkenalkan diri. Pada intinya mereka berasal dari sekolah yang beragam,baik dari dalam kota maupun luar. Cukup lama hingga istirahat pertama. Waktu istirahat digunakan dengan beragam hal oleh mereka,ada yang hanya beleha-leha ataupun mengejar tanda tangan dari korlas lainnya. Seperti halnya Naina ia tengah mengejar tanda tangan para 'artis' sesaat ini. Dulu semasa SMP saat semester baru ia juga pernah menjadi artis dadakan sementara,seperti orang-orang yang tengah ia kejar tanda tangannya ini. Hingga kini Naina baru mendapatkan satu tanda tangan,disebuah buku yang diberikan. Suara beatbox dari arah kiri mengalihkan pandangan Naina. Seorang lelaki tampan dengan perawakan tak bisa dibilang biasa saja. Lelaki itu seperti bukan asli dari indonesia. Tak ada yang menggerombolinya,Naina menghampiri dan berkata." Bang boleh minta tanda tangannya ? " Naina menyodorkan buku dan sebuah pulpen pada lelaki tersebut.
" Cari nama sama user instagram abang dulu " lelaki itu tersenyum dan melanjutkan langkah beserta alunan beatboxnya meninggalkan Naina.
" Kak cin,abang yang itu namanya siapa ? " Naina bertanya pada salah satu korlas yang telah memperkenalkan diri di kelasnya tadi. Namanya Cindy,sejauh ini ia adalah orang yang ramah,selalu tersenyum. Ia mengenakan kawat gigi,satu hal yang tergambar saat pertama kali Naina mengenalnya ialah,Kakak yang baik dan cantik.
" Yang mana ?" gadis yang dipanggil kak cin tadi mengikuti arah telunjuk naina.
" Yang itu kak "
" Yang lagi beatbox ?" Cindy kembali bertanya. Naina menganggukan kepalanya. Pertanda benar apa yang cindy katakan.
" Oh itu namanya Ibnu Walski Iberian,nama instagramnya kakak lupa,coba tanya kakak atau abang yang lain " nama yang sedikit aneh ditelinga Naina untuk ukuran orang asia. Ibnu-nya mungkin tak bermasalah Walski Iberian-nya yang membuat lidah Naina terseleo menyebutnya.
" Sabar,sabar,nanti pasti kebagian kok tanda tangan Selena,ndeeh bodyguard ini apa fungsinya,seleb dikerubungi kayak gini dia diam aja " suara cempreng berisi candaan itu membuat Naina mengalihkan pandangannya,disana terlihat sepasang korlas lainnya. Naina menghampiri,masih terlalu ramai untuk menyusupkan tangan meminta tanda tangan.
" Nama kakak itu siapa? Abangnya juga " Naina bertanya pada seorang siswi yang telah menerima tanda tangan dari sepasang korlas tadi.
" Kak Abel sama bang Daus "
" Makasi "
------------------------------------------------------
Padang,29 Maret 2018.
Nurul Fazira.
- My Senior -
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior
Teen Fiction" Aku bersyukur, bahwa ketidak sengajaan takdirku adalah kamu. "