MY SENIOR || 34

4.6K 97 29
                                    

" Bisa gak?  "
" Sabar!  Aku udah lama gak manjatin pagar gini,  Ran!  " Naina masih menatap lurus ke bawah setelah terduduk di atas pagar beton belakang sekolah itu. Pelukan Dimas yang begitu erat dan hangat membuat Naina sampai ketiduran semalaman hingga tak sadar pagi menjelang. Yang benar saja! Naina bahkan belum genap sebulan sekolah di sini, masa sudah terlambat saja. 
" Cepetan dong!  Ntar keliatan Pak Cecep nih! " Naina menatap jengah kebelakang lalu pandangannya turun ke bawah,  di sana Rana-gadis bersurai panjang yang diikat kuda itu menatap geram ke arahnya.  Pasalnya, Naina sudah sampai di atas pagar beton itu sekitar 2 menit yang lalu,  tapi tanda-tanda gadis itu akan melompat ke bawah agar Rana bisa naik, tidak ada.  Setelah hampir 3 Minggu bersekolah di sekolah baru ini,  Naina sudah punya beberapa teman baru yang, ya setidaknya bisa mengakrabkan diri dengannya. Sebenarnya, Rana tidak termasuk ke dalam deretan beberapa teman yang mengakrabkan diri dengannya,  ia dan Rana hanya sekelas saja, dan kebetulan sama-sama terlambat hari ini. Karena biasanya hanya Rana sajalah yang terlambat,  Naina tidak. 
" Loncat, Naina!  " mendengar teriakan Rana di bawah sana membuat Naina menutup ke dua matanya,  meyakinkan diri sendiri bahwasannya ia pasti bisa. Naina menarik napasnya dalam,  lalu mengembuskannya dengan kasar.  Setelah itu ia melompat ke bawah. 
" Gitu kek dari tadi,  ketimbang lompat doang!  " suara Rana yang mendumal kesal masih dapat Naina dengar walau terhalang tembok beton besar itu.  Beberapa detik berikutnya Rana sudah berdiri di depan Naina setelah melompat dari pagar beton itu.
" Yang naruh tangga di belakang tembok ini siapa,  Ran?  " Naina bertanya saat baerjalan iring-iringan dengan Rana yang tengah celingak-celinguk ke sana ke mari.  " Gue-lah, siapa lagi coba?!  " setelah itu Naina hanya mengangguk-anggukan kepala saja. Rana itu rada-rada ketus orangnya, karena itulah Naina tak begitu dekat dengannya. 
" Ayo!  Lo ngapain malah ngelamun di sini?  " Rana-gadis gadis itu malah telah mengencangkan tali tas sandangnya dengan menarik kedua tali tas itu ke depan.
" Tunggu, Ran! " Naina terpaksa berlari untuk mengejar langkah Rana di depan sana. Ia juga tidak mau ketahuan oleh satpam sekolah. 
" Kita lewat mana sih?  " Naina bersuara ditengah persembunyiannya dan Rana, di depan sana pak Cecep sedang berkeliling mengawasi siswa yang terlambat lainnya. Mereka semua tengah berlari mengitari lapangan dengan posisi jongkok. 
" Lo jangan berisik!  " Naina hanya mampu menelan salivanya dengan kasar,  cobaan apalagi ini.  " Ayo!  " Rana kembali berlari tanpa suara. Naina sedikit heran dengan jalan pintas yang di tempuh oleh Rana. Pasalnya, Naina belum pernah melewati jalan yang masih berada dibelakang sekolah ini.
" Nanti kota keluarnya dimana nih,  Ran?  " Tak ingin menerka-nerka sendirian, Naina menyuarakan segala kegelisahannya terhadap Rana.
Rana mengalihkan tatapannya yang pokus ke depan menjadi menghadap Naina, gadis itu berdecak kesal lalu mengangkat alis matanya tinggi-tinggi. 
" Makanya,  main Lo jangan sekedar kelas-kantin-kamar mandi doang!  " bukannya menjawab dengan hal yang lebih to the point saja,  Rana malah memilih untuk mengejek Naina dengan segala kebiasaannya yang selama ini Rana lihat.  Padahalkan Naina tidak hanya sekedar Kelas-kantin-kamar mandi saja,  ia juga sudah mengunjungi perpustakaan sekolah yang berlantai tiga itu, sudah juga ke taman sekolah,  walau hanya lewat saja, satu lagi,  Naina juga sudah mengunjungi ruang guru beberapa hari lalu saat membantu bu Nadia mengantarkan tugas-tugas anak-anak kelas. Rana memang suka terlalu cepat mengambil kesimpulan.
Naina membalas berdecak seraya memutar bola matanya malas.
" Kamu langsung jawab aja pertanyaan aku kenapa sih?  " Rana yang sudah kembali melihat situasi di depannya terpaksa kembali berbalik,  menatap Naina dengan nyalang, Rana sangat kesal sekarang. Cukup sekali ia terlambat dengan teman barunya yang cerewet ini.
" Lo kalo di kelas kok diem-diem aja.  Di sini malah bacot banget! Tau gak!  " Rana berucap dengan bentakan di akhir kalimatnya,  kekesalannya sudah mencapai ubun-ubun sekarang. Harusnya ia tak mengajak Naina untuk ikut dengannya tadi. Rana mengutuk rasa kasihan yang masih bersisa di hatinya, hingga menolong Naina yang tampak kebingungan saat pintu pagar sudah di tutup tadi.
" Nanti kita tembusnya di kanyin sebelah kelas, puas Lo!?  " tak ayal,  Rana tetap menjawab pertanyaan Naina tadi. Dapat ia lihat Naina mengembuskan napas dengan lega setelag tahu fakta yang baru saja Rana katakan. Keraguan untuk mengikuti Rana sudah mulai berkurang sekarang.
" Ayo,  jalan!  " Naina dan Rana berjalan dengan cara mengendap-endap saat melewati koridor yang harus mereka lewati untuk sampai di dinding sebelah sana,  masih dinding belakang sekolah.
" Besok-besok gue gak mau telat bareng Lo lagi!  " Rana berucap dengan tajam di sebelah Naina ketika mereka sudah sampai di depan pintu kelas, bu Wiwik guru seni budaya yang mengajar di jam pertama itu belum masuk tampaknya, itu dapat membuat Naina bernapas makin lega.

MY SENIOR

selamat malam teman-teman,  aku harap semuanya dalam kedaan yang baik-baik aja ya. Sumpah demi apapun,  setelah sekian lama,  akhirnya aku mampu untuk melanjutkan MS lagi. Ya,  walaupun aku tau, ini agak ngaur,  tapi aku berusaha untuk tetap lanjutin cerita ini sampai selesai. Maaf ya membuat kalian menunggu begitu lama. Aku terakhir kali update satu tahun yang lalu ya?  Udah lama bangeet. Dan makasi banget buat kalian yang masih setia dan enjoy di sini. By the way, aku bakalan lakuin revisi untuk beberapa bab awal deh kayanya,  karena ya,  aku ngerasa agak aneh dengan tulisanku yang sudah lama itu,  maklum,  aku nulis ini tahun 2017 kalau gak salah sih ya. Udah lama kan?  Kalau boleh aku cerita nih ya, bahkan senior yang aku taksir dan aku jadiin imajinasi buat cerita ini tuh udah mau semester 3 sekarang. Hahahaha.  And then ya,  pastinya dia juga udah punya pacar, munhkin itu salah satu penyebab writter blok ini deh kayaknya.  Hahah.  Enggak kok, aku becanda,  sumber imajinasi bukan berarti aku harus memiliki.
Segini dulu malam ini ya,  teman-teman. Aku sangat menunggu kritik dan saran kalian semua buat NAINA dan DIMAS. Dan jangan lupa juga buat mampir ke cerita ku yang lain seraya menunggu aku update My Senior. By the way, di sini siapa nih yang udah baca Young Marriage atau Kiran? Aku pengen tauuuuu!  Kasih komen ya. Muah.

With love,
Kin.

Padang, 8 April 2020.

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang