Bagian 17- Hari Kedua

4.3K 138 1
                                    

Pagi kedua di Kayu Tanam ini di buka dari suara pengeras suara yang di bawa oleh Puja - Senior- dan Khairul - Instruktur LDK- tepat pukul 4 pagi. Naina dan teman satu kamarnya hanya tidur selama 1 jam saja setelah melewati malam panjang dengan berbagai candaan. Tepat pukul 3 dini hari tadi,asrama yang Naina dan kawan-kawannya tempati ini sudah gaduh karena suara alarm yang sengaja disetel untuk membangunkan mereka semua. Naina adalah orang pertama yang masuk kamar mandi dan membersihkan diri. Tujuan mereka bangun lebih awal ialah itu,agar dapat mandi tanpa ada perintah yang mendesaki. Saat pengeras suara itu kembali di bunyikan semua teman asrama Naina sudah berkumpul di hadapan Khairul,mereka tak ingin terlambat barang semenit saja. Begitu juga dengan asrama yang di tempati oleh senior perempuan,mereka sampai meneteng sandal keluar dari asrama lalu di pakai setelah masuk barisan agar tidak terlambat. Akan tetapi hal tersebut berbeda dengan asrama lelaki yang di isi oleh angkatan Naina juga para Senior lainnya. Di dalam sana masih nampak kegaduhan,hal tersebut dapat dilihat dari jendela dan suara gaduh dari dalam sana. Rama menyembulkan kepala dengan wajah yang masih ditutupi oleh sabun pencuci muka. Farel masih menggigit sikat giginya. Yoga menerobos Rama dan Farel yang berdiri di ambang pintu,berlari dengan baju yang masih berada dalam genggamannya,baju itu baru ia kenakan setelah masuk kedalam barisan. Melihat hal tersebut Rama masuk kedalam dan berteriak kepada seseorang yang tengah berada di dalam kamar mandi cukup lama. Selang beberapa waktu Walski juga keluar menggunakan Kain sarung dengan baju ia sampirkan di pundaknya.

" Woi sandal gue siapa yang nyolong ?!" Walski bertanya dengan tidak selawnya,seraya mencari sendalnya di antara tumpukan sendal-sendal yang berada di depan pintu asrama itu.

" Eh dungong sendal lu kan lu masukin dalam kamar,nih. Teriak-teriak bae lu " Rama melemparkan sendal jepit bertali biru itu pada Walski. Walski hanya menanggapi Rama dengan cengiran khasnya. Dimas keluar dari asrama melewati Rama yang mukanya sudah bersih dari sabun,kini juga tengah mencari alas kakinya.

" Mas tungguin eike " suara kemayu yang dibuat-buat oleh Rama saat mencoba menggapai Dimas berhasil mengundang tawa semua. Sedangkan Dimas hanya menoyor kepala Rama sebagai balasan. 5 menit keterlambatan mereka,hal gila tadi hanya terangkum dalam 5 menit saja,akan tetapi kenangan yang tercipta di sana akan bertahan hingga sepanjang masa,percayalah.

Naina dan beberapa dari mereka yang sudah mandi pagi-pagi sekali merasa sesikit kecewa. Pasalnya bangun pukul 4 pagi yang Khairul perintahkan semalam bukanlah Bangun dan mandi. Ia hanya menginstruksikan bangun saja,sedangkan mandi akan dilanjutkan setelah lari dan senam pagi,nanti.

Kegiatan pertama mereka ialah pemanasan setelah itu suara adzan subuh menggema,memberi seruan pada umat muslim untuk menjalankan ibadahnya. Sesuai dengan instruksi dari Khairul mereka semua menuju musholla dengan cara barjalan dalam satu barisan,alias gerak jalan. Dalam perjalanan tak boleh ada yang bersuara jika ada,maka mereka akan kembali ke depan asrama dan memulai langkah dari sana menuju musholla kembali. Selalu seperti itu,peraturan tersebut di mulai saat ashar kemarin,hari pertama mereka di sini.

Setelah kembali dari musholla mereka berkumpul di depan auditorium,kembali dengan cara yang sama saat mereka menuju musholla tadi. Berlari 5 putaran dilapangan yang cukup luas itu,membuat asma Naina kembali menggerayanginya. Hal terburuknya adalah Naina juga lupa membawa obatnya. Tapi Naina tak memperlihatkannya ia tak ingin menyusahkan orang-orang yang ada di sini.

Matahari sedikit naik dari peraduan,menyeruakkan panas pagi yang hangat bukan menyengat. Setalah selesai dari lari-lari berkeliling tadi mereka tengah beristirahat terduduk dilapangan ini karena terlalu lelah berlari. Berlari mengelilingi lapangan saja semelelahkan ini,bagaimana ceritanya lari dari masalah kehidupan. Kata orang masalah kehidupan itu di hadapi bukan dibawa lari. Bukan hanya rindu yang Dilan katakan saja berat,masalah juga sama beratnya,bahkan mungkin lebih berat. Sebenarnya tergantung pada  masing-masing pribadi menyikapi masalah yang tengah di hadapi,yang terpenting jangan dibawa lari.

" Sekarang abang kasih waktu 25 menit untuk mandi,setelah itu kembali kesini untuk sarapan " Khairul menginstruksikan mereka kembali setelah usai dari istirahat dan masuk ke barisan. Setelah dibubarkan,semuanya berlari masuk ke asrama masing-masing. Keributan kembali terdengar dari Asrama putra,yang berebut kamar mandi. Karena tak seorangpun dari mereka yang ternyata mandi saat dini hari tadi. Sedangkan Naina dan teman-teman se asramanya,hanya berleha-leha saja. Menunggu instruksi untuk berkumpul karena mereka sudah mandi tadi.
                     Saat mengambil makanan pun dengan cara antri,teratur,dan rapi. Kehidupan mereka selama 2 hari di sini memang di atur secara apik. Bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik. Semuanya sudah duduk di meja masing-masing,menunggu doa yang tengah Walski pimpin.

Saat sarapan tengah berlangsung,garpu yang ada pada piring Rama terjatuh karena sedikit senggolan. Walski yang berada di sebelah Rama spontan membantu mengambilkan,akan tetapi Rama juga mengambilnya,jadilah mereka berdua memegang garpu tersebut bersamaan,setelah itu berpandangan seperti di film-film saat lelaki dan perempuan sama-sama mengambil setangkai bunga yang terjatuh. Terdengar suara-suara 'aaaa' dan beberapa siulan dari teman-teman mereka. Sementara Naina hanya mengulum senyuman saja,begitulah seniornya yang berdua itu,terkadang Normal,terkadang Homo seperti sekarang. Yang jelas mereka bukan lelaki lekongan. Naina tau mereka berbuat seperti itu hanya untuk menghibur yang lain saja.

Pukul 16.35 Naina tengah berada dalam kerumunan keributan yang tengah memimpin ketua masing-masing. Setelah beberapa saat lalu bergabung dengan beberapa kelompok. Seperti kelompok pertama saat membuat menara bersama Irfan sebagai ketua,melaksanakan tantangan dengan membuat menara dari sedotan. Menera mereka memang
Yang paling tinggi tapi tidak tahan barang disentuh sedikit saja. Yang kedua bukan kelompok hanya semacam teman curhat saja,berpindah dari satu orang ke orang lain untuk mendengarkan bagaimana pribadi orang itu. Bermain pesan berantai cukup lama,menjadi kelompok yang harus mengandalkan ekspresi dalam satu game yang di laksanakan tadi. Dan kini Naina tengah berada dalama kelompok yang dipimpin oleh  Yoga,kelompok itu mereka namai 'Cigak Bauak'. Cigak bauak itu biasanya adalah sebutan untuk mobil pick up disini.

Di depan sana Yoga tengah berjalan dengan mata tertutup,melewati botol-botol kaca yang jika saja ia menabrak botol kaca yang ada  diatas kursi botol itu pasti akan pecah. Ia tak bisa melihat apapun yang dapat menuntunnya hingga pintu itu hanyalah suara dari teman-teman satu teamnya. Hingga kini Yoga telah sampai di belakang pintu,berputar-putar disana karena tak melihat apa yang dituju,sedangkan instruksi dari teman-temannya terdengar sedikit tabu,karena teriakkan dari team lain.

" Bang Yoga,geser kanan,iya kanan,nah gitu " Naina berteriak agar dapat didengar oleh Yoga.

" Balik Yoga,jalannya baik-baik jangan sampe nabrak " itu suara Anggi senior yang satu kelompok dengan Naina juga Yoga.

" Kemana nih ?! "  Yoga berdiri di ambang pintu sana setelah berbalik arah dan berjalan dua langkah.

" Maju pelan-palan Ga " Farhan Nefaldy,senior yang juga satu team dengan Naina berteriak dengan tidak santainya,karena keriuhan yang terjadi di dalam ruangan ini.

" Kiri-kiri "

" Pelan-pelan aja "

" Jangan kesana "

" Gak usah teriak di kuping gue juga dungong "

" Oi budeg,kanan itu mah kiri gimana sih "

" Lo pada ngasih instruksi yang bener dong,jangan kayak mak-mak yang ngidupin lampu sen sembarangan " teriakan Walski yang sedikit lagi menjadi pemenang itu mengundang tawa orang-orang yang berada di dalam ruangan ini.

" Woi suara temen gue yang mana ini,bikin beda kek biar gue tau,suara pada pasaran banget " sedangkan Rama ia memilih duduk di kursi yang berada di tengah ruangan itu. Kursi yang tadinya tempat botol-botol kaca itu sudah jatuh karena ditabrak berkali-kali oleh yang lain. Saat Rama menemukan kursi itu dan tak dapat lagi mendengar instruksi dari temn-temannya yang lain,ia memilih untuk duduk bersantai,dari pada harus merentangkan tangan berjalan seperti orang buta tanpa tujuan.

------------------------------------------------------
Padang,14 April 2018.
With Love
|| Nurul Fazira||
|| My Senior||

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang