" Aku berharap dia masih di sini, tidak benar-benar pergi dan masih akan selalu ku jumpai saat bangun pagi "
-----------------------------------------------------"Dimas!! " Seruan lantang tepat di depan telinga yang dilakukan Rama pada Dimas akhirnya sukses membangunkan Dimas dari halusinasi bunga tidurnya.
" Bangun juga kunyuk ini akhirnya " Kali ini Walski yang bersuara. Dimas masih mecoba menyeimbangkan retina matanya dengan cahaya putih ruangan rumah sakit itu.
" Naina mana? " Walski dan Rama diam untuk sesaat.
" Gue kira lu bakalan nanya ' Gue dimana?' ternyata tebakan gue salah! " Rama sedikit cekikikan diikuti iringan tawa Walski sesudahnya.
" Dikira gue main Ftv " Dimas memandang sengit dua kawannya itu. Dimas tahu betul bahwa paha kirinya terkena tembakan dari Widia saat hendak menolong Naina tadi. Tembakan kedua diluncurkan oleh Kiko tepat mengenai betis Widia, hingga gadis itu dapat dilumpuhkan, mungkin sekarang gadis itu sudah ditangan pihak kepolisian. Dimas juga masih sadar betul saat melihat senyum manis dan ucapan terimakasih yang bibir Naina ucapkan sebelum semua penglihatan Dimas memburam dan semuanya menghilang ditelan kegelapan, Dimas pingsan. Lalu bayangan ditinggal Naina yang merasuki mimpinya seakan nyata itu mampu membuat Dimas gelisah." Naina di ICU, luka sayatan dibeberapa anggota badannya belum terlalu membaik, luka tembakan di bahu kirinya juga cukup parah " Kiko yang tadinya santai di sofa ruangan itupun berdiri menuju ke arah brankar Dimas dan mulai bersuara.
" Bahu Naina kena tembakan? " Dimas kembali bersuara. Rama sedikit menarik napas.
" Setelah Lo pingsan, setelah kaki Widia ditembak Kiko, kita lupa ambil pistol di tangannya Widia, jadilah tuh cewek ngasih satu tembakan lagi. " Rama menjelaskan apa yang 2 hari lalu dia lihat di gedung tua pinggir kota itu.
" Untung aja cuma kena bahu, bukan jantung " Kiko kembali bersuara.
" Namanya juga penembak amatiran bro, keseringan di tolak jadinya nembang sembarangan !" suara tawa Walski memenuhi ruang rawat Dimas.
" Garing anjeng " Rama memandang sengit Walski.
" Receh " Kiko menambahkan ucapan Rama.
" Bule Stress " Dimas juga ikut menimpukkan kata di atas ucapan dua kawannya tadi. Walski langsung merubah ekspresi bahagianya tadi.
" Anter ketempat Naina dong " Dimas bangkit dari posisi tidurnya. Sedikit berdesis kala merasakan sakit di pahanya." Naina belum sadar " ujar Rama.
Dimas sedikit mengkerutkan dahinya." Berapa lama? " Bayangan akan kehilangan Naina kembali menghantuinya.
" Sama kayak Lo, dua hari " kali ini Kiko yang bersuara.
" Yang terakhir ke sana Walski, Gimana Ki keadaan Naina tadi? " Walski hanya membalas ucapan Rama dengan gelengan kepala, ia masih sangat-sangat kesal dengan teman-temannya itu.
" Ngomonglah Bego! " Rama melemparkan buah Apel yang tinggal sebelah itu ke arah Walski.
" Belum sadar! Gak usah lempar-lempar gue juga kali! " Walski langsung keluar dari ruang rawat Dimas seraya membanting pintu bercat putih itu dengan kuatnya. Walski seakan menunjukkan kekesalannya pada 3 sahabatnya di dalam sana. Di antara mereka bertiga, memang Walski lah yang orangnya paling ambekan. Dimas, Kiko dan Rama saling pandang satu sama lain, lalu berakhir dengan gelengan kepala dan herdikan bahu mereka bertiga, mereka juga bingung, entah perbuatan mereka yang mana kali ini yang berakhir dengan menghancurkan mood Walski senja ini. Akhir-akhir ini mood Walski memang seperti Es campur yang suka teraduk-aduk tidak jelas itu. Rama, Dimas dan Kiko positif Thinking saja, mungkin Walski sedang ada masalah dengan gebetan barunya.
#Bersambung
------------------------------------------------------
Hai!!!
Aku datang lagi setelah sekian lama meng-php-kan kalian semua😘😘 Rindukan aku tidak? Biar ku tebak! Pastinya iya kan? Aku semangat buat nulis lagi karena komentar dan vote melimpah dari kalian... Jangan bosan-bosan untuk vote dan komen ya kawan-kawan❤.Nurul Fazira
18 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior
Teen Fiction" Aku bersyukur, bahwa ketidak sengajaan takdirku adalah kamu. "