My Senior || 31

3.8K 127 10
                                    

" Mama kemana Nai? "  Naina mengalihkan pandangannya dari wajan panas di hadapannya, mengarah pada lelaki yang baru saja bertanya pada Naina, siapa lagi kalau bukan Dimas.

" Abang mau kemana? " bukannya menjawab, Naina malah kembali bertanya pada Dimas. Pasalnya lelaki itu sudah rapi dengan setelan casualnya.
Dimas mengangkat sebelah alisnya menatap ke arah Naina.

" Jawab dulu pertanyaan aku tadi jangan malah balik nanya! " Dimas melemparkan sisa sayuran yang tadi berlebih dan sengaja akan di buang oleh Naina, tapi sekarang malah di jadikan mainan oleh Dimas untuk mengganggunya.

" Bang Dim apaan sih! " Naina menghalau segala sayuran yang dilemparkan oleh Dimas seperti layaknya melemparkan bunga matahari yang sering Mamanya tonton di sinetron-sinetron India yang sengaja di tayangkan di salah satu stasiun tv indonesia dengan tema yang bejimun, terkadang Dimas berpikir keras, apa tidak ada lagi karya perfilman atau sinetron yang bisa indonesia tayangkan, sehingga menayangkan buatan luar negeri. 
" Serius banget sih! " setelah berhenti meelmpar-lemparkan sayuran bak melempar bunga matahari, kini Dimas malah merecoki Naina dengan tingkah yang dengan se-enak hati menoyor-noyor kepala Naina.

" Abang ngapain sih? " Naina mematikan kompor gas tersebut terlebih dahulu sebelum akhirnya menatap ke arah Dimas dengan tajam. Siapa yang tidak akan kesal ketika sedang serius-seriusnya memasak malah direcoki.

" Makanya kalo orang nanya itu di jawab! " bukannya takut kini Dimas malah mengapit hidung Naina dengan gemasnya. Setelah beberapa pukulan yang Naina berikan pada tangan kanan lelaki itu barulah ia melepaskan jari telunjuk dan jadi tengah yang tadinya mengapit hidung Naina. Entah sejak kapan Dimas menjadi banyak tingkah, ekspresif dan mau mengajak Naina banyak bucara seperti ini.  Yang jelas Naina berharap, ini tidak berlangsung sementara, dan akan meninggalkan luka tentunya.

" Mama tadi keluar, Naina gak tau Mama kemana. Bang Dimas sendiri mau kemana? " Naina menjawab serta menjelaskan atas pertanyaan  yang Dimas berikan beberapa waktu lalu, di tutup dengan pertanyaan yang sama seperti Naina lontarkan setelah pertanyaan Dimas tadi.

" Mau daftarin kamu sekolah "

" Huh! " kedua alis Naina menyatu mendengar oenuturan yang baru saja Dimas lontarkan. Ya semenjak keluar dari rumah sakit 5 hari lalu, Dimas memang sudah sangat berbeda smdari biasanya, Dimas menjelma menjadi pribadi yang benar-benar lembut dan berhasil membuat Naina terpesona lagi dan lagi pada sosok jangkung di hadapannya ini.

" Gak usah cengo kayak gitu juga kali! " Dimas mengusap wajah Naina dengan tangan lebarnya ketika tanpa sadar Naina menatap Dimas tanpa berkedip sedikit pun.

" Di sini bang? " pertanyaan konyol itu tanpa sadar Naina lontarkan.

" Emangnya mau balik ke Padang? "  Naina terkesiap ketika Dimas melontarkan peetanyaan yang demikian. Tentu saja Naina mau pulang ke kampung halamannya, tapi untuk siap masuk ke sekolah yang sama Naina tidak bisa memastikan, banyak sedikit Naina cukup trauma akan hak yang di lakukan Widia padanya.

" Lagian cuma satu semester lagi kok " apa yang di bilang Dimas ada benarnya juga, hanya satu semester lagi, untuk masa-masa SMAnya.

" Setelah satu semester bang Dimas mau balikin Naina ke Padang? " entahlah pertanyaan itu muncul dengan sendirinya dan terucap dengan spontannya oleh bibir Naina.

" Kalau kamu mau " yang benar saja, sedari dulu Naina malah bermimpi untuk kuliah di pulau Jawa ini. Mana mungkin Naina mau di pulangkan ke Padang ketika sudah punya kesempatan Emas berada di sini.

" Enggak! " naina menggeleng dengan cepat sebagai tanda tak setuju akan pilihan yang Dimas berikan.

" Yaudah. Aku pergi dulu  nanti bilang sama Mama ya "

' Cup '

Lagi-lagi Naina di buat terkesiap oleh perlakuan Dimas. Kali ini tak hanya lupa berkedip, detak jantung Naina pun se akan-akan bertalu-talu, berdetak dua kali lebih cepat dari normalnya. Sementara Dimas sudah melangkah dengan santainya meninggalkan dapur, meninggalkan Naina dengan perasaannya yang campur aduk atas sebuah ciuman singkat yang Dimas berikan di dahinya. Jika ini mimpi, Tuhan tolong! Jangan bangunkan Naina sekarang! Ia masih ingin menikmati hal seperti ini di hari-hari selanjutnya, sebentar saja. Walau dalam mimpi sudah cukup bagi Naina. Tapi jika ini nyata, tolong buatlah moment seperti ini bertahan lebih lama.

#Bersambung....

Hehe...
Maaf akan segala typo dan cacat tulisan dalam part kali ini kawan. Aku janji update hari ini, dan aku tidak ingin mengecewakan kalian lebih dalam. Hehe
Dan maafkan aku jika belakangan ini part-part yang aku tulis tidak masuk kedalam feel kalian. Maafkan aku :'(

Padang, 28 juni 2019.
Nurul Fazira.
@Kinurr on Instagram.

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang