" Temen-temennya pada baik gak? " sehabis makan tadi, Dimas dan Naina langsung kembali menaikki kuda besi zaman millenial milik Dimas itu.
" Hah! " Dimas memutar bola matanya jengah menatap Naina dari kaca spion sebelah kiri, Dimas benar-benar tidak bisa mengajak Naina bicara ketika sedang berkendara seperri halnya saat ini, telinga gadis itu benar-benar tuli seketika.
" Pegangan! " Dimas rasa sia-sia ketika harus bertanya lebih jauh dan lebih banyak pada Naina saat ini juga, pasti hanya respin yang sangat tak memuaskan dengan kata ' Hah! ' itu sajalah yang akan keluar dari bibir ranum gadis itu.
Lihat saja kali ini, bahkan ketika Dimas meminta gadis itu untuk berpegangan tak digubrisnya sedikitpun. Dimas menarik pergalangan tangan Naina yang diaman tadinya jari-jemari itu hanya memegang jaket milik Dimas, kini malah berakhir dengan tangan kirinya yang sudah di tarik melingkari perut Dimas, selanjutnya tangan kanan juga Dimas tarik, agar Naina bisa beroegangan dengan erat memeluknya.
Setelah itu tak ada lagi pembicaraan yang sia-sia di antara mereka berdua, Dimas menancap gas motormya dengan kcepatan tinggi di jalanan Ibukota yang pastinya selalu ramai itu.
🍫
Naina turun dari motor besar milik Dimas itu, tentu saja juga dengan bantuan Dimas.
" Bisa gak? " Dimas bersuara ketika melihat Naina yang kesusahan melepaskan Helmnya.
" Bisa! " Naina terus menatap ke arah bawah tempat ' Klik ' helm berwarna hitam yang sedari tadi menjadi pelindung kepalanya itu, dengan segala keyakinan Naina terus berusaha membuka kunci helm tersebut.
" Sini! " Dimas sedikit menarik Naina ke arahnya, tidak bisa dikatakan sedikit juga, keyika Naina dapat mencium aroma Mint dari napas yang Dimas hembuskan. Naina menatap lurus ke arah wajah dengan rahang tegas di hadapannya ini, bahkan tanpa berkedip untuk beberapa saat lama. Bunyi ' Klik ' itu memecahkan fokus serta lamuanna Naina terhadap wajah tampan milik Dimas di hadapannya itu.
" Udah! " Dimas bersuara seraya mengeluarkan helm tersebut dari kepala Naina, rambut gadis itu cukup dibuat acak-acakan.
Setlah itu, Dimas beranjak memarkirkan motornya sementara Naina memilih masuk ke dalam rumah lewat pintu utama.
🍫🍫
" Gimana sekolahnya? " Dimas bersuara memecah keheningan yang barus aja tercipta dikamar yang Dimas dan Naina tempati ini. Setelah makan malam tadi, Dimas dan Naina kembali ke lantai atas setelah mereka rasa tak ada yang ingin dibicarakan lagi dengan keluargamya yang masih berkumpul di bawah, di tambah lagi dengan adanya Azizah, Naina tak begitu nyaman jika harus berlama-lama di sana.
" Untuk ukuran hari pertama sih, okelah, Bang! " Naina merubah posisi tidur yang tadinya telentang menjadi menghadao ke sebelah kirinya. Sementara Dimas berjalan menuju meja belajar lalu mengambil laptop dan membawanya ke atas tempat tidur. Dimas memposisikan dirinya duduk bersandar dikepala ranjang tepat di sebelah Naina.
" Teman-temannya Welcome gak sama kamu? " Naina menganggukan kepalanya seraya memberikan tatapan meyakinkan dan segenap senyuman hangat pada Dimas yang mulai membuka benda pipih yang berlipat di atas pahanya itu.
" Jangan terlalu cepat percaya sama orang! " Dimas tak mengalihkan intensitas fokusnya pada Naina walau sedang mengajak gadis itu bicara, ia masih saja fokus pada layar benda pipih yang sudah mengeluarkan cahaya itu. Mengetikkan sesuatu di sana, barulah tatapannya beralih pada Naina yang ternyata juga menatap ke arahnya. Naina sedikit menganggukan kepala lalu memutus kontak mata di antara mereka.
" Sana tidur, anak SMA gak boleh begadang! " Dimas menarik selimut tebal itu hingga melewati dada Naina, setelah itu memberikan sedikit senyuman sebagai pengantar tidur untuk Naina.
" Have a nice dream! " Dimas berucap lirih seraya memberikan satu kecupan pada dahi Naina sebelum akhirnya gadis itu benar-benar menutup mata menuju alam mimpinya dengan senyuman yang teramat merekah.
🍫🍫🍫
Padang, 22 September 2019.
@kinurr on instagram.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior
Teen Fiction" Aku bersyukur, bahwa ketidak sengajaan takdirku adalah kamu. "