" Gue tau,gue ganteng. Tapi gak usah gitu juga kali liatinnya " dimas berujar dengan alis yang ia naik turunkan,gigi menggigit bibir bawahnya,dan tangan yang menyisir rambut indahnya. Maka,Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan?,batin naina seakan bersuara.
Pengumuman penerbangan membuat naina bernafas lega,setidaknya ia tidak harus menjawab perkataan dimas barusan." Yuk " itu suara dimas lagi. Kalian kira saat dimas berkata 'yuk' dia akan menggandeng tangan naina? Salah besar,ia malah berbalik dan kembali berjalan duluan. Naina menarik nafas dalam,saatnya menghadapi ketakutan selanjutnya,batin naina. Naina berjalan terseok-seok mengikuti langkah besar dimas,dengan koper yang lumayan menjadi ekornya.
****
Kini pesawat Garuda yang dimas dan naina tumpangi tengah mengudara. Naina tepat duduk disebelah jendela. Dengan tak langsung ia dapat melihat apa yang ada diluar sana. Seketika ketakutan naina kembali menghampiri. Ia takut ketinggian,selain takut darah dan kegelapan,ketinggian adalah hal yang paling ia jauhi,biasanya jika bepergian menggunakan pesawat ia tak pernah duduk ditepi,ia pasti akan duduk ditengah,tidak akan berani menengok keluar jendela sana. Seketika keringat dingin membanjiri tubuhnya,tangannya sedari tadi memilin-milin ujung rok selutut yang ia kenakan. Sesekali ia mengusap keringat didahi dan lehernya,perjalanan masih panjang. Ia tak kan sanggup,menahan ketakutan ini lebih lama lagi. Dimas yang menyaksikan pergerakkan gelisah dari naina mengerutkan dahinya.
" Kenapa ? " Tanya dimas sarkas,Naina kaget,karna sedari tadi fikirannya tak disini. Melihat hal itu membuat dimas juga ikut masuk kedalam sedikit kecemasan.
" Kenapa hm? " kini suara dimas sudah melembut,dengan tangan kanan menggenggam tangan naina,membuat naina menghentikan kegiatan memilin-milin roknya.
" Kamu Kenapa ?" pertanyaan ketiga dari dimas. Kini tangan kirinya mencoba menghapus keringat dingin didahi dan leher naina,seperti yang naina lakukan tadi.
"Takut" cicit naina dengan memejamkan matanya,bermaksud untuk mengenyahkan perasaan takutnya tersebut. Dimas itu keliatannya aja yang cuek gak peduli atau semacamnya,akan tetapi semua itu berbanding terbalik dengan dia yang sebenarnya. Contohnya saja sekarang,ia sangat kasihan melihat wajah tersiksanya naina. Sebegitu takutkah dia?,sehingga untuk berkata saja,sangat susah.
" Kenapa takut ?" Dimas masih saja mencoba untuk mengalihkan ketakutan naina dengan bercakap-cakap santai misalnya.
" Tinggi " satu kata lagi. Gadis ini tak biasanya hanya berkata dalam satu kata. Jika ia sudah bersuara,biasanya yang lain akan tutup telinga. Tapi kali ini,dimas menyaksikan sendiri,saat naina berkata hanya dengan satu kata.
" Kamu takut ketinggian ? " Dimas bersuara dengan tenangnya,dengan tangan kanan masih berada diatas tangan naina. Sementara tangan kiri sudah terbebas dari tadi,naina hanya menganggukan kepala. Tanpa disadari,dimas membawa naina kedalam dekapannya. Mencoba memberikan ketengan pada naina. Sementara naina,ia tak menolak,ia harus mengkesampingkan egonya untuk menjauh,kalau tidak ingin mati dengan keadaan takutnya ini. Naina mencari tempat ternyaman didada bidang dimas,agar ia bisa terlelap dan menghilangkan kecemasannya yang keterlaluan ini. Dimas sendiri baru tahu bahwasannya naina memiliki katakutan akan ketinggian. Yang dimas tahu,naina hanya tidak bisa berenang,dan memiliki riwayat penyakit Asma,setelah itu ia tidak tau apa-apa. Benar saja, tak sampai dalam kurun waktu 5 menit naina sudah tertidur,dengan keadaan memeluk dimas,dengan kepala bersender manja,didada sebelah kanan dimas. Dimas menyelusupkan tangannya kebelakang punggung naina,bermaksud untuk membalas pelukkannya,hanya untuk kenyamanan tidurnya naina saja.
------------------------------------------------------
Hanya itu yang dapat ku berikan 😳. Memang tak semanis,permen kapas. Tapi yasudah nikmati saja. Pandang saja orang-orang yang manis menurutmu,pasti part ini juga bakalan berasa romantis 😂😂. See you next capt 😘. Love xoxo.
------------------------------------------------------
Padang,20 Maret 2018.
Nurul Fazira.
~ My Senior ~
© 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Senior
Teen Fiction" Aku bersyukur, bahwa ketidak sengajaan takdirku adalah kamu. "