Bagian 2 - Malam Pertama

13.3K 471 8
                                    

Setelah acara yang begitu melelahkan yang dilaksanakan dari pagi hingga dini hari. Kini saatnya untuk beristirahat bagi naina dan dimas. Naina sudah berada dikamar milik dimas yang ada disini. Pernikahan mereka memang tidak dilaksanakan dipadang melainkan dijakarta,ditempat neneknya Dimas. Hal ini karena ingin menjauhkan berita tak mengenakkan dari luaran sana,bahkan dari pihak sekolah pun hanya guru BK dan pembina osislah yang tau tentang pernikahan mereka. Sejak masuk kekamar ini setengah jam yang lalu naina tak melihat kedatangan dimas. Naina tak bisa mengelak apalagi pura-pura tak memiliki masalah setelah kejadian ini. Terlalu banyak yang kini akan menjadi bahan fikiran dimas. Naina merasa was-was takut-takut dimas akan membencinya setelah kejadian ini. Ia memang mengagumi dimas sejak awal pertemuan dulu,akan tetapi tak sedikit pun dalam hati naina ingin memiliki dimas dengan cara seperti ini. Tak ingin berfikir terlalu jauh dan membuat kepalanya semakin berdenyut,naina kembali berkutat dengan laptop dipangkuannya dan sebuah buku disamping kirinya. Hingga ia terhanyut dalam kegiatannya.
Dimas masuk kedalam kamar yang selalu ia tempati jika berlibur kesini. Dari pintu masuk ia dapat langsung melihat Naina,adik kelas yang kini menjabat sebagai istrinya,pendaping hidupnya,yang tengah duduk dikasur king size dan laptop serta buku didekatnya. Ia tak pernah membayangkan hal ini sebelumnya. Dalam bayangannya,setelah lulus seleksi SNAMPTN ia akan berkuliah difakultas dan universitas yang ia inginkan,dan cita-citakan. Akan tetapi ternyata Tuhan menambah daftar realitanya,yaitu menanggung kehidupan seseorang yang kini telah menjadi istri sahnya. Dimas menghela nafasnya berat,ingin marah tapi pada siapa?,ingin rasanya ia memaki naina,akan tetapi untuk apa? Tidak ada gunanya hanya buang-buang tenaga saja. Bukankah sebelum perjalanan ini semakin jauh ia telah menjelaskannya kepada kedua orang tuanya? Akan tetapi tak ada yang percaya,hanya kakak semata wayangnya lah yang tidak ikut menuduhnya,dan percaya akan penjelasan yang ia berikan.
Dimas berjalan melewati naina menuju kamar mandi,rasanya acara resepsi yang dihadiri oleh beberapa rekan bisnis papa dan keluarganya tadi cukup membuat tubuhnya letih,ditambah beban fikiran yang semakin membuatnya jerih.

" Bang dimas ,dari mana ?" Dimas menghentikan langkahnya,ketika naina melayangkan sebuah pertanyaan,memandang gadis itu sebentar sebelum mengambik handuk dan pakaian miliknya.
" Bawah " singkat padat dan bagi naina itu pasti kurang jelas.

" Bawah mana,ngapain ?" Dimas menghela nafas seblum akhirnya menjawab pertanyaan dari naina.

" Abis ngomong sama papa " dimas masih berdiri diposisinya,menantikan pertanyaan selanjutnya dari junior bawelnya itu. Akan tetapi naina hanya menjawab 'O' tanpa bersuara. Setelah itu diam,hingga akhirnya dimas melanjutkan jalannya menuju kamar mandi untuk memberikan hak pada tubuhnya.
Akan tetapi baru saja dimas menginjakkan satu kakinya di dalam kamar mandi,naina kembali melontarkan pertanyaan

" Ngomongin apaan bang ?" lagi,lagi dan lagi,dimas menarik nafas dalam-dalam,menghadapi ABG satu ini,memang perlu kesabaran yang mendalam.

" Bisa biarin gue mandi dulu gak ?(!) " dimas bertanya,lebih tepatnya menyampaikan sebuah pernyataan,karena setelah itu ia langsung menutup pintu kamar mandi,dan menguncinya dari dalam.

" Ok " hanya cicitan kecil itu yang dapat keluar dari bibir mungil naina.

Setelah beberapa lama dikamar mandi,akhirnya dimas keluar menggunakan celana pendek berwarna coklat dan t-shirt putih yang menempel indah ditubuhnya. Akan tetapi naina tak menyadari kehadiran dimas,ia masih setia dengan tugas-tugasnya. Ranjang yang diduduki naina berdecit,menandakan ada pergerakan disana.

" Ngapain? " dimas mencondongkan kepalanya tepat dilayar laptop yang ada dipangkuan naina,membuat naina menahan nafasnya untuk sementara,ia nervous dalam posisi seperti ini.

" Bikin tugas bang " cicitnya,hingga akhirnya dimas menjauhkan kepalanya dari layar laptop tadi.

" Udah larut,tidur gih " Perintah dimas,merubah posisinya berbaring,menghadap langit-langit kamar.

" Iya " tatapan naina tak berpindah,masih berada di layar laptop dan asik mencoret-coret buku disampingnya.

" Tidur " setelah 5 menit berlalu,dimas masih mendengar ketikan pada keyboard laptop,laptop siapa lagi kalau bukan naina. Akan tetapi naina tak begitu acuh akan ke-diktator-an dimas,ia terus saja mencoret-coret dan mengetik. Hingga membuat dimas geram,dan merebut pentel yang ada digenggaman naina.

" Gak usah ngebantah " baru saja naina ingin mengeluarkan suara,akan tetapi sudah duluan dipotong oleh dimas. Naina hanya dapat mengerucutkan bibirnya,kesal.

" Gak usah ngode-ngode,tidur atau gue tidurin " Naina langsung membelalakan matanya ketika dimas berkata,ia langsung berpindah kesofa bed merah yang ada dihadapan ranjang king size tersebut.

Ngeri juga kalo sekamar sama dimas ternyata gumam naina. Pentelnya? Naina sudah tidak tau kabarnya. Setelah beberapa lama,naina mengarahkan pandangannya kearah kasur,dimana dimas tidur,dengan damainya. Senyum terlukis dibibir naina,setelah itu ia kembali melanjutkan tidurnya.

Pukul 5.00 subuh naina terbangun dari tidurnya karena suara adzan yang tengah berkumandang,hal pertama yang ia sadari adakah,selimut yang membungkus tubuhnya. Ia rasa semalam ia tidur tanpa selimut,tapi pagi ini,naina memandang kearah dimas,tanpa ia sadari sebuah senyuman kembali terlukis dibibirnya,pasti dimas yang memberi selimut ini,itulah yang terbayang difikiran naina. Naina bangkit untuk berwudhu dan menjalankan kewajibannya. Sedangkan dimas ia masih nyaman dengan selimutnya.
Setelah sholat,naina memilih turun kelantai bawah menuju dapur,tujuan awalnya adalah minum. Sampainya didapur naina dapat melihat zizah - kakak dimas. Tengah bergelut dengan bahan-bahan dapur,yang mungkin saja untuk sarapan nanti. Setelah minum naina menghampiri zizah.

" Ada yang perlu naina bantu kak ?" Zizah memandang naina sebentar dengan sudut bibirnya sedikit terangkat.

" Gak usah bikin saya tambah repot " Zizah bersuara setelah mengalihkan pandangan dari naina,dan kembali melanjutkan memotong daun bawang,dihadapannya.
Naina tersenyum kecut,zizah memang tak menyukainya dari awal,ia pun tak tau kenapa,yang jelas sejak kejadian itu,tak ada yang memandangnya dengan baik,dengan suka cita ,apalagi percaya. Naina menghela nafas,sebelum akhirnya berkata.

" Mungkin kakak bakalan kesusahan ngerjainnya sendirian,gak usah sungkan minta bantuan sama nai- "

" Saya sudah bilang,saya tidak perlu bantuan kamu,jangan buat mood saya hancur pagi-pagi begini " Zizah memotong ucapan naina,dan berkata sebelum akhirnya menjatuhkan dengan asal pisau yang tadi ia gunakan memotong daun bawang,lalu berlalu pergi meninggalkan naina,didapur sendirian. Naina kembali menghela nafas,mau tak mau ia harus melanjutkan pekerjaan zizah tadi,dengan perasaan campur aduk dihatinya. Tanpa ia sadari sepasang mata tengah menyaksikannya dan zizah sejak tadi.

____________________________________
Padang,Maret 15th,2018.
Nurul Fazira ❤
My Senior.

My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang