( Recommended to play the music video 👆)
• • •
23.02
Baru saja kusampirkan mantel berwarna mocca di sofa ruang tv, lalu aku duduk di pinggir ranjang dengan lemah. Aku masih lelah karena hari ini pekerjaanku cukup padat, tapi apa yang kudapati begitu aku pulang mampu membuat aliran darahku kembali deras. Hatiku tercubit, menyisakan rasa sakit yang aku harap akan segera hilang.
Hidup ini berputar, bukan?
Begitulah yang aku pikirkan selama lima menit terakhir. Aku tidak ingin membayangkan hal yang mendayu - dayu hanya karena pemandangan kota Paris dari jendela kamar apartemenku begitu indah. Aku sudah cukup muak karena menjadi perempuan yang melankolis membuatku terluka semakin dalam. Setidaknya itulah yang pernah terjadi beberapa bulan sejak kedatanganku kesini.
Sebenarnya bagian dunia yang mana yang harus aku datangi? Aku perlu menghilang. Tapi kenyataan tetap mengejarku dan menjeratkan tali tak kasat mata semakin erat. Sesak. Begitu sesaknya hingga malam ini aku harus merasakannya lagi.
Tempat antah berantah ini tidak menyembunyikanku sama sekali. Setelah bertahun - tahun aku merasa aman, 'semuanya' datang lagi.
You are cordially invited to the wedding of
...
Sudah.
Aku menutup mataku rapat - rapat. Kukepalkan tanganku hingga terasa ngilu. Sudah kusimpan kiriman pos yang tiba - tiba datang, tapi nyatanya sebaris nama di dalamnya menyeruak masuk ke dalam kepalaku. Dadaku terasa hangat dan perih disaat yang sama.
Ada yang salah denganku.
Aku tidak ingin kembali menjadi perempuan 18 tahun lagi. Kupandangi sekeliling dan semuanya nyata, aku sudah menjadi perempuan yang berbeda dan aku percaya semua akan baik - baik saja. Baik untuk siapa? Aku tidak yakin kepercayaan itu akan baik - baik untuk aku sendiri.
Akhirnya kuputuskan untuk beranjak dari kamar, mengambil air minum lalu kembali lagi. Aku butuh istirahat.
Kubungkus diriku dengan selimut dan kupeluk diriku sendiri. Nafasku tenang, tapi ...
"Jangan menangis lagi"
"Jangan menangis lagi"
"Jangan menangis lagi"
Bisikku pada diri sendiri.
Lalu sebutir air hangat runtuh melalui pipiku. Kututup wajahku dengan selimut, merasakan getaran menyakitkan yang menjalar jauh di dalam diriku.
Aku payah karena masih sama seperti dulu.
Aku payah karena masih merindukanmu.
• • •