BAB 35

30 4 0
                                    

"Thanks for giving me this last good time."

• • •

Dua minggu setelah hari dimana Milia menjenguk Ana berlalu, entah atas dasar perasaannya sendiri atau memang kenyataannya begini, Milia merasa ia semakin jauh dari Sam. Atau lebih tepatnya, Milia yang menjauhi cowok itu. Ia tidak pernah lagi menjenguk Ana kecuali satu hari itu, dan setelahnya ia berusaha menjalani kehidupan dengan normal. Normal, tanpa mencari Sam atau sekedar ingin tahu keberadaan cowok itu, bahkan sampai Ana keluar dari rumah sakit.

Gadis itu ingin kembali seperti saat ia belum pernah bertemu Sam. Rasanya sekarang semakin rumit ketika Milia harus menghadapi perasaannya yang aneh. Kalau perkataan Haris dan Disa benar, ia menyukai Sam, atau mungkin lebih dari itu, Milia masih meragukan apakah sikapnya yang menjauh seperti ini adalah cara yang benar.

Karena sebuah kebohongan besar ketika kita menyukai seseorang dan orang itu memilih orang lain, kita akan mengikhlaskannya. Catat, bohong. Sekecil – kecilnya keinginan pasti kita mau orang itu punya perasaan yang sama, membalas apa yang kita rasakan. Tapi Milia merasa tidak sanggup bersikap egois untuk dirinya sendiri, untuk balasan itu.

Melihat sosok Ana membuat Milia sadar bahwa ia tidak punya apa – apa dan tidak juga punya tempat dalam hidup Sam. Meskipun sedikit manja Ana memang cantik, baik, penyayang, dan apapun itu sifat yang dimiliki perempuan impian laki – laki. Tapi bukan itu semua yang membuat Milia menciut.

Ana punya tempatnya dalam hidup Sam. Dia sudah ada sejak lama, sudah seharusnya mereka berdua benar – benar saling memahami. Di sinilah sakitnya, ketika Milia tahu dia hanyalah orang baru yang masuk ke dalam lingkaran hubungan Sam dan Ana. Tidak perlu status pacaran bagi Sam dan Ana, semua orang sudah bisa melihat mereka adalah sebuah 'pasangan'. Justru dengan menjauh itulah Milia berusaha menjaga perasaannya. Berlaku egois dengan perasaannya hanya akan membuatnya terlihat menyedihkan.

Ya, cara paling benar yang bisa Milia lakukan adalah membunuh perasaannya sendiri.

• • •

Milia merasakan badannya pegal – pegal ketika tiba – tiba terbangun dari tidur. Ia mengucek matanya, menghilangkan pandangan buram dan meneliti jam dinding.

Jam 11 malam.

Milia baru ingat kalau ia ketiduran sejak sekitar jam 7. Karena terlalu lelah, ia mandi dan berganti pakaian, lalu tanpa makan malam ia terjun ke alam mimpi. Milia tidak merasa lapar, hanya sedikit pusing apalagi ketika pancaran layar ponsel menyorot pandangannya. Ia sedang mengecek pesan – pesan yang masuk, kebanyakan dari grup kelasnya dan Disa yang spam entah dengan motif apa.

Lalu Milia terperangah ketika melihat satu panggilan tak terjawab dan seketika membuatnya bangun dan duduk bersila. Tiga puluh menit yang lalu. Dari Sam.

Tidak ada pesan apapun yang masuk dari cowok itu, hanya sebuah panggilan tak terjawab. Itupun hanya sekali. Milia berusaha menetralkan perasaannya, menarik kesimpulan kalau mungkin Sam hanya salah pencet.

Tapi semakin dienyahkan pikiran itu Milia justru semakin memikirkannya. Ingin sekali ia bertanya pada cowok itu 'Ada apa?' tapi rasanya sulit. Ia tidak mungkin menggagalkan niatnya sendiri untuk menjauh.

Pada akhirnya Milia tidak mempertimbangkan kesadarannya ketika benar – benar bertanya 'Ada apa?'

Milia Adisatya : Ada apa?

Dengan detak jantung yang berlebihan Milia menunggu balasan. Benar – benar menunggu balasan seolah niatnya dua minggu yang lalu bukan apa – apa. Lima belas menit berlalu dengan Milia yang hanya mengganti – ganti wallpapernya, akhirnya Sam membalas.

Super MiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang