BAB 9

80 9 1
                                    

"Apa yang kita punya hanyalah memori yang harus disimpan baik - baik, sehingga suatu saat aku bisa mengenang berharganya seseorang lewat itu."

• • •

"Pokoknya ceritain. Dari awal sampe akhir. Titik. Kalo enggak, gue nggak bakal nemenin lo bimbel bareng."

Nada suara final Disa membuat Milia memijit pangkal hidungnya bingung. Percuma ia menghindar, Disa akan terus 'menggencet'nya dengan berbagai pertanyaan yang seolah - olah mendesak padahal bisa dibawa santai.

"Harus banget, Sa? Kurang kerjaan tau nggak. Makan sana." Milia berusaha mengalihkan pertanyaan itu dan mengaduk makanannya. Mereka sedang berada di kantin sekarang. Dan hebatnya Disa tidak mempermasalahkan keadaan yang berdesak - desakan dengan tetap menuntut Milia bercerita.

"Harus Milia Adisatya. Dari jaman SD sampai SMA, gue tau polah tingkah lo kaya gimana. Gue tau lo dari jaman krucil sampe puber. Dan gue juga tau lo nggak pernah keliatan dikecengin cowok, dan sekarang apa? Ketua OSIS? Mili, siapa lagi sih yang lo kenal selain anak kelasan?"

Disa sangat dramatis.

Sangat.

"Nggak kaya yang ada di pikiran lo." Jawab Milia enteng setelah sesendok nasi goreng hilang dari mulutnya.

"Terus apa?" Disa menggeser piring makanannya. "Oh ... Jadi yang lo copotin kancingnya waktu itu juga ketua OSIS kita? Pantesan lo nggak mau ngasih tau gue."

"Enriqueta Adisa,"

"Ya? Gimana?" Disa menyahut dengan antusias.

"Menurut lo apa yang penting kalo gue cerita atau enggak?"

Disa merengut kesal, Milia nggak asik. "Ya gue bisa bantuin lo lah."

"Bantuin buat?"

"Menggebet ketua OSIS aka Samuel sayangku. Lo juga harus tau rasanya deket sama cowok, pacaran sukur sukur."

Milia tertawa cukup lama. Disa semakin kesal karena tiap kali membahas lawan jenis, reaksi Milia tidak berubah dari waktu ke waktu. "Kalau misalnya nanti lo ngelepasin kancingnya dia kaya yang pernah gue lakuin, lo juga bisa dong gebet dia dan berpeluang jadi pacarnya? How fun, wake up girl."

"Terserah. Awas kalo kapan - kapan lo naksir orang, gak bakal gue bantuin."

Disa ngambek - ngambekan, lalu menarik piringnya lagi. Ia makan dengan perasaan kesal. Sesekali ngedumel karena seseorang menyenggol tangannya padahal tadinya ia tidak peduli dengan ramainya kantin.

"I don't flirt with any kinds of boy. Once I do it, believe me it would be precious."

Super MiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang