"Untuk semua orang tua di luar sana, ketahuilah hal terakhir yang ingin dilakukan seorang anak adalah mengecewakan kalian."
• • •
Milia merasakan ada dorongan dari dalam dirinya untuk terus tersenyum pagi ini. Hal pertama yang ia lakukan setelah bangun dari tidurnya adalah mengingat - ingat resep sandwich termudah yang pernah ia buat. Setelah mandi dan bersiap ia menemui Papanya dengan setelan kantornya di lantai satu. Dengan sukarela ia menawarkan diri untuk membuat sarapan.
Bagas mengiyakan, lalu mereka menghabiskan waktu selama dua puluh menit untuk makan pagi di meja yang sama. What a rare thing. Berdua dengan Papanya, membuat Milia merasakan kehangatan dan menyadarkannya bahwa dia masih memiliki segalanya.
Sekarang senyum itu masih, membuat pipi tembamnya membulat sempurna. Disa yang duduk di sampingnya menyimpan banyak tanda tanya di kepala, lalu tangannya terjulur ke dahi Milia dan ia merasakan suhu tubuh Milia yang sedikit di atas normal.
"Mil, kalo sakit di rumah aja. Nggak usah maksain sekolah."
Milia melebarkan matanya, "Hah? Sakit?" Ia meletakkan tangan di dahinya sendiri. "Enggak kok."
"Jangan bikin gue ngeri karena lo senyum - senyum sendiri dari tadi."
Milia justru memamerkan senyumnya lebih lebar ke arah Disa.
"Dan sebentar lagi bakal ada berita anak SMA Pancasila gila tanpa sebab."
"Ish!" Milia memberengut. "Sana pergi ke kantin."
"Giliran nggak ada perlunya aja gue diusir usir. Cih."
"Iya iya, gue emang temen paling nggak tau diri."
"Bagus lo tau diri kalo lo nggak tau diri." Sambil beranjak dari kursinya Disa ngedumel nggak jelas yang hanya ditanggapi Milia dengan putaran bola mata.
Setelah Disa meninggalkan kelas dan nimbrung dengan anak - anak lain yang akan pergi ke kantin, Milia mengeluarkan kotak makan dari laci mejanya. Kotak berwarna hijau itu ia buka sedikit demi melihat isinya. Masih aman.
Lalu ia mengeluarkan sticky note dari tasnya dan berpikir beberapa saat, apa yang akan ia tulis di sana. "Kasih ucapan semangat yang manis - manis?" Gumamnya pada diri sendiri. "Tapi jijik nggak sih?"
"Atau 'enjoy your lunch' aja?" Ia terdiam. "Dikira gue waiter restoran nanti!"
Setelah lama berpikir akhirnya Milia menuliskan kalimat--yang semoga tidak terasa menggelikan untuk dibaca. Have your lunch, Kamasean Samuel :)
Dengan semangat diselingi rasa gugup, Milia keluar dari kelasnya dan berharap dapat menemukan cowok itu dengan mudah. Tadi pagi sebelum bel masuk berbunyi, Milia sempat melihat cowok itu terburu - buru melintasi koridor. Sayangnya ia belum sempat menyapa.
Demi memastikan keberadaan cowok itu sekarang, Milia perlu berpikir belasan kali untuk mengirimkan chat. Sampai detik ini ia belum punya nyali untuk bertanya saking gugupnya, makanya ia memutuskan untuk langsung mencarinya tanpa bertanya. Ia takut kotak makannya terbalik dan isinya koyak, atau sudah terlalu dingin untuk diberikan pada cowok itu, perlu beberapa kali mengecek isinya dan menghela napas pendek.