BAB 7

76 9 7
                                    

"We're getting older and closer ... "

• • •

Rasa panik Milia sudah raib ketika ia melihat gerbang sekolahnya sedikit terbuka.

Terlambat lima belas menit, dan ia sebenarnya bingung kenapa satpam sekolah tidak menutupnya. Tapi bukan itu yang penting sekarang. Ia bisa segera menyelinap masuk dan bergegas tanpa ketahuan oleh siapapun, itu yang penting.

Setelah memastikan tidak ada guru atau siapapun yang bisa membahayakan keadaannya berkeliaran di halaman sekolah, Milia langsung melesat masuk dan berlari menuju lorong kelas.

Gadis itu tersenyum puas ketika ia merasa selamat dari keterlambatannya, meskipun ada yang sedikit mengganjal karena lagi - lagi ia terngiang peringatan Bagas--Papanya. Ia berjalan menuju kelas, lalu langkahnya terhenti ketika ia merasakan getaran ponsel di saku roknya.

Disa : Dmn lo? Telat?

Pesan singkat dari Disa.

Milia : Iya. Otw kelas.

Disa : Hmm,

Disa : Jamkos uy.

Milia : Beneran?

Disa : Masa gw boongin lo yg udah banyak salah dan dosa.

Milia : -__-

Milia : Sarapan dulu gw.

Disa : Kantin?

Milia : TPA gblg.

Disa : Yah, ngegas mbaknya.

Disa : Yaudah, ati ati aja ketemu kanjeng mami.

Milia mengembalikan ponselnya ke dalam saku, lalu mengubah arah langkahnya menuju kantin. Semenjak Marina harus tetap berada di rumah sakit, semua pola hidup Milia berubah. Ia terpaksa berbohong pada Marina waktu itu, karena untuk makan pagi saja sebenarnya Milia tidak pernah sempat.

Banyak ketidaksempatan ketika gadis itu mengurus dirinya sendiri.

• • •

"Bukannya udah masuk ya, Mbak?" Tanya Pak Toyo, pemilik kantin bakso ketika ia mengantarkan pesanannya pada Milia.

"Udah, Pak. Tapi kata temen saya lagi jam kosong."

"Owalah ... Ya sudah saya tinggal ke belakang dulu ya."

"Silahkan Pak."

Super MiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang