"Bila hidup adalah puing berserakan, tidakkah baiknya kita susun milik kita bersama - sama?"
• • •
"Lo sadar gak sih, lo malu - maluin?" Sambil mengoceh Disa menemani Milia mengelilingi toko seragam sekolah. "Kalau gue di posisi lo, mending gue langsung cabut pindah sekolah."
Soal lepasnya kancing baju Samuel kemarin, Milia baru sadar ketika ia sampai rumah. Dua benda kecil itu masih ada di genggamannya, dan seketika ia melihatnya, ia syok bukan main. Berputar kembali ingatan saat ia menghentak seragam bagian depan Samuel dan berlalu begitu saja.
Hari itu bukan hanya kemarahan Bagas yang membuat Milia merasa ciut. Perasaan malu semakin membuatnya semakin terhimpit dan kelimpungan. Butuh pemikiran panjang, hingga akhirnya gadis itu merasa perlu bertanggung jawab.
"Siapa, sih?" Tanya Disa ke sekian kali sejak Milia menceritakan insiden itu, menuntut rasa ingin tahu siapa korban Milia.
"Hmm,"
"Siapa? Ham hem ham hem. Kancingnya copot bukannya brutalin elo balik ini malah diem aja sampe sekarang. Siapa sih?" Disa mencondongkan tubuhnya mendekat.
"Nggak penting, Sa. Kalo gue udah gantiin ya udah kelar urusan, nggak penting sama sekali dia siapa."
Bukan munafik kalau sebenarnya Milia ingin menutupi nama Samuel. Kalau Disa tahu kesan pertama tidak mengenakkan dengan ketua OSIS itu sudah dialami Milia, ia yakin sahabatnya akan bereaksi berlebihan. Karena biasanya, di cerita - cerita roman remaja ketua OSIS adalah most wanted dimana berperilaku memalukan di depannya adalah larangan.
Tapi Milia melakukannya.
Dan ia merasa baik - baik saja.
"Ya penting lah, Milia. Ganteng gak?"
"B aja."
"Ih, gak seru kalo ngomongin cowok."
Milia meninggalkan Disa di belakang, lalu beralih ke seragam OSIS SMA yang digantung berjejer. Omong - omong, ia sedang mengira - ngira seberapa besar tubuh Samuel. Mengingat kembali apakah cowok itu memakai seragam yang pas di tubuhnya atau agak longgar.
Ah, bodo amat. Yang penting udah gue ganti.
Setelah berpikir begitu Milia memutar tubuh menuju meja kasir. Namun langkahnya langsung terhenti ketika Disa datang dari arah berlawanan sambil berlari.
"Mil, nyokap gue ngamuk - ngamuk minta dijemput." Gadis itu tampak tergesa - gesa. "Gue minjem mobil lo dulu ya, buat nganter ke kantornya bokap. Abis itu gue balik lagi ke sini."
"Terus gue gimana?"
"Ya tungguin deh, bentar. Di sebelah juga ada alfamart, lo nongkrong aja dulu di sana. Beneran urgent ini, gak sempet nungguin lo di kasir."
"Bye, Sayangkuuu," Disa melambaikan tangan sambil berjalan-tepatnya berlari menuju pintu keluar. Milia hanya bisa melongo melihat kepergian Disa. Sejak awal keberangkatan mereka menuju ke toko ini, memang Disa yang membawa mobilnya.
Sementara berada di tengah - tengah antrian menuju kasir membuat Milia harus lebih mengulur kesabaran. Memang di awal semester seperti ini banyak yang berburu seragam baru. Dan mayoritas pengunjung toko malam ini adalah ibu - ibu.