BAB 20

37 4 3
                                    

"I overdosed, should've known your love was a game. Now I can't get you out of my brain. Oh, it's such a shame."
(We don't talk anymore - Charlie Puth ft. Selena Gomez)

• • •

Malam itu Samuel menghabiskan waktu dua jam di kafe tempat ia seringkali bertemu Milia diawal perjumpaan mereka. Melalui sambungan telepon, ia bisa menangkap kegelisahan dalam suara Milia. Gadis itu tidaklah berbeda dengan yang biasanya, dengan penyebab yang sama.

"Gue baru sadar ternyata langitnya cerah banget." Ucap Milia di ujung sana berusaha menenangkan diri sendiri.

"Lo lagi dimana?"

"Di Singapura kan, masa lo udah lupa."

"Maksud gue dimana tempatnya."

"Hmm, balkon rumah sakit."

"Jangan terjun," Jawab Samuel asal. "Nanti gue yang kangen."

Di seberang sana Milia terdiam, merasakan hangat di pipi sambil dalam hati bergumam 'apaan sih'.

"Nggak lucu kalo ntar gue jadi hantunya di negara orang, hahaha."

"Iya langitnya cerah." Samuel melongokkan kepalanya condong ke dinding kaca kafe, melihat samar - samar bintang yang bertebaran. "Jadi inget sama wajahnya Bu Rosma."

"Kok jadi bawa - bawa Bu Rosma?"

"Wajahnya selalu cerah tiap minta tolong gue buat ngurusin anak - anak telat masuk."

"Bentar lagi lo dijodohin sama anaknya yang masih kelas 10."

"Dih."

Milia terkekeh. "Kok dih sih? Durhaka sama ibu kesayangan."

"Yang ada juga lo yang diangkat jadi anak karena keseringan ke BP."

Malam itu seperti biasa, seperti yang sudah - sudah, dua insan dengan perasaan abu - abu itu menghabiskan waktu cukup lama untuk berbicara yang topiknya mengalir kemana - mana. Sama - sama ingin bertahan karena mereka rasa bersama itu menyenangkan.

Hingga akhirnya Milia tidak mampu menahan rasa lelahnya dan berpamit untuk menutup telepon lebih dulu. Samuel memandang layar ponselnya yang berubah gelap, lalu meletakkannya di atas meja kafe. Memandangnya penuh arti.

• • •

Pagi harinya, Samuel masih bergulung malas dengan selimut ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Untung hari Minggu, pikirnya. Maka dari itu ia berniat berlama - lama di atas tempat tidur, mungkin sampai tengah hari. Atau sampai Haris--temannya--datang lalu mengacak - acak kamarnya karena mereka ada janji.

Baru saja Samuel hendak kembali menutup Mata, ketukan di pintu mengurungkan niatnya.

"Siapa?" Tanyanya dengan malas.

"Ada tamu Den," Itu suara ART-nya, membuat Samuel mengernyit. Tamu dari mana yang datang sepagi ini.

Samuel memutuskan untuk turun dari tempat tidurnya, lalu berbicara agak keras dari balik pintu. "Tunggu sebentar, saya mau mandi." Lalu langkah kakinya menuju ke kamar mandi di ruangan itu.

• • •

Hati Samuel mencelos ketika kakinya menginjak beberapa anak tangga terbawah, melihat siapa yang sepagi ini datang menemuinya. Ia berhenti di ujung tangga, sampai tamunya menyadari keberadaannya dan berdiri dari sofa ruang tamu dan dengan anggun berjalan ke arahnya.

"I miss you so much," Ucapnya sambil memeluk leher cowok itu secara tiba - tiba.

"Cath.."

Samuel mencari - cari ketegasan di pira suaranya namun yang ada tenggorokannya semakin tercekat. Bahkan ia tidak mampu melepaskan diri dari pelukan gadis di depannya yang semestinya tenaganya tidak seberapa itu. Ia terlalu terkejut untuk mencerna keadaan.

"Just call me Ana. Segitunya sampai kamu lupa nama aku?" Akhirnya pelukan itu terlepas.

Samuel bisa melihat dengan jelas wajah cantik yang sudah sangat lama raib dari hidupnya, kini muncul lagi. Masih dengan cara bicara yang sama, gaya yang sama, dan senyum yang sama. Gadis itu tidak pernah terlihat tidak feminim dengan gaun setinggi lutut dan rambut yang terurai serta polesan make up tipis.

"Gimana bisa kamu di sini?"

"Gimana bisa? Aku pindah ke Indonesia lagi, Sam. Aku terlalu kangen sama semuanya. Aku terlalu kangen sama kamu, dan nggak bisa terus - terusan di Paris. Aku pikir selama ini kamu menghindar, maka dari itu terakhir kali kemarin aku beranikan diri ngirim e-mail lagi, tapi ternyata nggak kamu balas juga."

Iya. Samuel memang sengaja tidak membalasnya.

"Aku udah berusaha untuk hubungin teman - teman kamu sebelum aku sampai di Indonesia. Tanpa mereka mungkin aku nggak akan tahu kamu sekarang tinggal di sini."  

Sam hanya diam menatap gadis yang terus berbicara di depannya. Ia harus menanggapi bagaimana?

"Aku harap kamu belum move on. Kamu kangen juga kan, sama aku?"

• • •

A/N

Setelah sekian lama akhirnya muncul juga sosok Ana yang aku sendiri juga heran kenapa nggak dari dulu - dulu aja. Btw kenapa ngomongnya pake 'aku-kamu', itu karena Ana udah lama nggak tinggal di Indonesia. Jadi jangan bingung kalo Sam atau siapapun pake 'lo-gue' atau 'aku-kamu', karena 'aku-kamu' muncul karena efek gaya bahasa Ana. *Apaan sih, udah ah*.

Luvvvv 💙💙

Super MiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang