"Apa yang pernah hilang dari hidup kita, ketika kembali untuk kedua kali pasti rasanya sudah berbeda."
• • •
"Kamu dengar aku ngomong apa kan, Sam?"
"Iya, kamu ngapain aja di selama di Perancis."
Gadis yang bernama Cathriana itu tersenyum, dia tahu Sam selalu mendengarkannya ketika bercerita. Bahkan ketika mereka berdua duduk di satu meja restoran dan pandangan mata Sam yang mengarah entah kemana.
"Sayang aku gak bisa ngobrol lama sama Mama kamu. Tante usahanya masih sibuk kaya dulu?"
Sam tersenyum, "Menurut kamu gimana? Mama suka banget sama make up. Makin sibuk sih iya."
"Kapan - kapan aku mau main yang lama di rumah kamu. Biar ada waktu banyak buat belajar make up sama Tante." Balas Ana dengan senyum lebih lebar.
"Ngapain make up sampe perlu belajar sama Mama? Lagian kamu belum kepala dua."
"Di luar sana perempuan makin pinter bikin wajah mereka jadi cantik, Sam. Sesama perempuan pasti berusaha bersaing."
"Lagian Ana--"
"Okay, okay," Potong Ana cepat. "Aku tau kamu akan selalu bilang aku cantik tanpa perlu ditambah apapun."
Senyum Ana sangat manis dari sudut pandang Sam, perlahan tangannya menggenggam tangan cowok itu. Hangat. Seperti de ja vu, rasanya hangat yang Ana salurkan pernah ada. Dan sialnya Samuel tidak menolak.
Siapapun yang melihat mereka berdua sekarang pasti akan mengira bahwa keduanya adalah sepasang kekasih. Apalagi Ana yang terlihat sempurna dari atas hingga bawah yang mampu membuat perempuan lain mungkin akan tidak bersyukur dengan keadaan mereka sekarang.
"Aku minta maaf, Sam."
Samuel mengernyit mendengar itu, tidak ada angin tidak ada hujan tau - tau Ana meminta maaf sambil menggenggam tangannya.
"Maaf karena sempat pergi dan nggak ngasih kabar apa - apa ke kamu." Ana menekuk bibirnya seperti orang mau menangis. "Aku nggak ada maksud pergi begitu aja."
"Udah An, semuanya udah lewat."
Benar, semuanya sudah lewat. Terkadang, hal - hal yang terjadi dimasa lalu membuat kita menyesal dan meratapinya. Meskipun kita tahu itu adalah tindakan yang percuma. Tidak ada gunanya sama sekali.
Sama seperti apa yang dialami Sam sekarang. Menghadapi orang yang mungkin sedang menyesal dengan mendalam di hatinya padahal semestinya yang sudah ya sudah.
"Kamu nggak perlu minta maaf karena ini bukan salah kamu. Lagian sekarang kita udah ketemu lagi kan, nggak perlu ada rasa bersalah."
Ana mengangkat wajahnya, dan dia bisa melihat sorot mata menenangkan cowok di depannya. Dia tahu Sam pemaaf, tapi justru dengan sifatnya itu ia merasa jauh lebih bersalah lagi. Sekali lagi ia mengeratkan genggaman tangannya.
"Aku janji nggak akan pergi lagi."
Cukup lama sampai akhirnya Sam merasakan berat di dadanya. Entah kenapa kalimat yang baru saja diucapkan Ana terdengar seperti... Entahlah, Sam sendiri tidak tahu.
Padahal terlepas dari semuanya seharusnya Sam yang meminta maaf, karena kesalahannya pada gadis itu. Mungkin kesalahan terbesarnya pada orang lain selama hidup. Satu hal dimasa lalu yang membuatnya merasakan kejanggalan di perjumpaan mereka saat ini.
• • •
Selesai makan siang, Ana bilang ingin jalan - jalan lebih lama. Nggak seru kan, kalau setelah lebih dari satu tahun tidak bertemu tapi sekali bertemu hanya makan siang. Maka dari itu, dengan sukarela Sam menemani Ana belanja.
Setelah satu jam berkeliling, Ana meminta izin untuk pergi ke toilet. Tanpa Sam sadari ponselnya terbawa oleh Ana. Baru ketika gadis itu keluar dari toilet dengan senyumnya yang masih sumringah, ia menjulurkan ponsel itu kepada si pemilik.
"HP kamu kebawa aku. Dari tadi bunyi terus." Ucap Ana.
Sam menerima ponselnya, lalu ia melanjutkan langkahnya sejajar dengan Ana. "Mau kemana lagi?"
"Aku udah capek jalan - jalan tapi nggak ada barang yang bagus. Gimana kalau nonton aja? Kayanya filmnya lagi bagus - bagus."
Sam mengiyakan. Ketika Ana menunggunya sementara ia antri membeli tiket, ia mengecek ponselnya karena seperti yang Ana bilang, ponselnya bunyi terus.
Milia : Zam.
Milia : Eh, Sam maksud gw. Wqwq typo.
Milia : Basically gw gabut abis krn Mama lagi istirahat.
Milia : Jangan ilfeel yah abis gw tanya :(
Milia : Gw lagi gabut, lo lagi ngapain?
Baru saja Sam hendak menuliskan balasan, antrian sudah habis dan tinggal dirinya yang ada di depan konter tiket. Ia segera membeli, lalu dengan cepat kembali ke arah Ana. Barulah dalam perjalanan menuju pintu teater ia membalas pesan itu.
Samuel : Lagi keluar sama temen.
Milia : Futsal?
Milia : Tiba - tiba gw jadi pengen jadi cowok.
Tiba - tiba Ana menggoyang - goyangkan lengannya, dan sesaat mengalihkan perhatian Sam dari ponselnya. "Aku beli cemilan dulu ya?"
Sam menatap wajah Ana untuk sesaat, membuat Ana bertanya-tanya ada apa dengan cowok ini. Sampai akhirnya ia mengangguk mengiyakan.
Samuel : Iya.
• • •