18. Visitasi

6K 407 119
                                    

Nou tersenyum canggung saat ia mendapati Gerias di ruang tamu dengan cengiran lebarnya. Tak ada yang bisa ia rasakan saat ini selain kesal. Sebab Bunda keukeuh memaksanya untuk menemui Gerias padahal ia sudah melontarkan keengganannya.

"Nou ngantuk Bun, udah siap-siap mau tidur juga. Suruh pulang aja dulu, nanti kapan-kapan baru main kesini lagi," ucap Nou dengan wajah mengantuk yang dibuat-buat.

Ntar aja, deh. Nunggu Mas Segaf balik biar dia ada temen ngobrol. Gue juga ngeri kalo misalnya Jev tau. Duh, bisa bahaya dunia persilatan!

"Kamu ini! Itu Nak Iyas udah belain loh pulang kerja langsung mampir kesini. Temuin aja dulu, gak enak kalo dia nggak ada temen ngobrol." Bujuk Bunda.

"Kan ada Ayah sama Bunda.."

"Tadi Ayah sama Bunda udah ngobrol, sekarang ya giliran kamu. Katanya kemarin Nak Iyas ketemu kamu di rumah sakit, tapi cuma sebentar jadi nggak sempet ngobrol banyak. Sekarang temuin Nak Iyas yah, sayang?"

Nou memelas, "Yah, Bun.. Plis.."

"Sekarang ganti baju dulu. Bunda tunggu dibawah,"

Dan seperti itulah keputusan mutlak Bunda, yang membuat Nou harus menahan rasa dongkol sekaligus gelisah di benaknya.

"Hai," sapa Gerias.

"Hai, mas" balas Nou sambil tersenyum tipis.

"Maaf ya gangguin lo malem-malem, gue cuma mampir bentar kok" ucap Gerias.

Nou tersenyum tipis, hanya demi kesopanan semata. "Oh, iya gak papa, mas"

"Lo kerja dimana emang?" tanya Gerias.

"Di firma hukum, mas" jawab Nou singkat.

"Oh, lo pengacara?" tanya Gerias lagi. Ia tampak semakin penasaran.

Nou mengangguk, "Iya. Mas Iyas gimana?"

"Gue di proyek LRT. Kemarin diutus sama pihak yang di Jakarta buat mantau yg disini dulu. Sementara aja, sih" jelas Gerias.

"Oh, begitu." Nou kembali mengangguk-angguk.

Jujur, selain karena Gerias adalah tetangga sekaligus teman kakaknya sedari kecil sampai selesai SMP, yang otomatis Nou mengenalnya, Nou benar-benar tak memiliki alasan lain yang membuatnya mau menyambut obrolan-obrolan Gerias. Semuanya hanya demi kesopanan atas kedekatan mereka dahulu.

"Jadi, dokter yang kemarin itu beneran pacar lo?" tanya Gerias.

Mendengar itu, Nou lantas mengangguk cepat seraya tersenyum. "Iya. Udah tiga tahun ini sama dia,"

"Belum ada rencana nikah?" tanya Gerias lagi.

Bentar. Ini mas Iyas kok kepo bener ya? Ngapain sih pake tanya-tanya. Gue tuh sensitif ditanya soal nikah.

Nou pun mengangkat alisnya, "Belum ada rencana pasti,"

"Oh begitu..." ucap Gerias sambil mengangguk-angguk paham.

Melihat ekspresi itu, Nou bersumpah ia melihat Gerias menarik satu sudut di sebelah kiri bibirnya, membentuk seringaian samar yang tak ia pahami apa maksudnya. Dan ia pun semakin curiga begitu menyadari bahwa ada perubahan ekspresi di wajah laki-laki itu.

DOCTOR FREAK ✅ (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang