Jev tak pernah menyangka bahwa menjadi --calon-- Ayah akan sesulit ini. Bayangkan saja, di usia kehamilan menginjak tiga bulan, ia harus rela tidur di kamar terpisah dari Nou karena istrinya itu menolak untuk berdekatan dengannya. Ralat. Sang jabang bayi menolak untuk berdekatan dengan ayahnya.
Dua minggu lebih pun ia habiskan dengan menahan emosi dan kesabaran karena tak bisa berdekatan dengan Nou, sebelum akhirnya ia harus menghadapi perempuan itu yang mendadak menangis tersedu-sedu karena merasa bersalah telah mengabaikan dan menjauhinya. Sungguh, Jev benar-benar harus memperbanyak stok kesabaran dan pengertian agar sang isteri dan sang anak bisa selalu senang.
Pernah juga, suatu kali Nou ingin bermain poker dengan rekan-rekan Jev di Medifka. Alhasil, di suatu minggu pagi yang tenang, Jev mengubah ruangan co-ass menjadi venue dadakan untuk bermain poker, demi sang istri tercinta. Tak lupa, ia meminta Alfaraz, Romio, dan Aldino untuk menjadi lawan Nou bermain, sementara dirinya bertugas --atas permintaan Nou-- mengusap-usap perutnya. Jev hanya bisa menghela napas berat akibat berbagai permintaan aneh istrinya itu, sambil berharap bahwa kelak anaknya tak akan menjadi maniak poker.
Dan seakan tak cukup, Jev lagi-lagi harus menarik napas saat kini Nou sibuk menggandeng tangannya dengan manja, ketika mereka tengah mengambil foto di kawasan Gwanghwamun. Iya, di usia kehamilan ke tujuh bulan ini mereka berada di Seoul, Korea Selatan.
Bukan tanpa alasan mengapa ia menyetujui ide Nou yang ingin melakukan babymoon ke Korea Selatan di saat kehamilannya sudah semakin besar. Jev melakukannya sebab Nou berkata ia sangat ingin menonton konser Super Junior, dan itu juga merupakan 'permintaan' dari sang anak. Awalnya Jev menolak ide tersebut dan berusaha membujuk agar Nou mengurungkan niatnya, tapi ketika istrinya itu mengungkit soal janjinya tempo hari yang akan mengajaknya jalan-jalan ke Korea Selatan, Jev tau bahwa pada akhirnya ia tetap akan kalah.
"Kamu tau nggak, Yang, nama tempat ini dulu pernah jadi judul lagu ballad yang nge-hits banget." kata Nou, setelah mereka mengucapkan terimakasih kepada turis lokal yang telah mengambil foto mereka.
"Oh ya?"
Nou mengangguk dengan semangat, "Iya. Judulnya 'At Gwanghwamun'. Penyanyinya itu Kyuhyun, lho."
Jev mengerutkan keningnya, "Siapa Kyuhyun?"
"Anggota Super Junior favorit aku. Ih, kamu gimana sih. Perasaan aku udah sering deh nyebut-nyebut nama Kyuhyun."
Nou mencebik, lalu berjalan cepat dengan wajah kesal. Jev yang melihat itu hanya bisa menarik napas panjang dan menggeleng heran. Memahami perempuan saja ia sudah kewalahan, apalagi perempuan yang kini tengah mengandung anaknya itu.
"Sayang." panggil Jev ketika berhasil menyusul langkah isterinya itu. "Pelan-pelan jalannya. Kasian baby kita harus nanggung kesalahan aku."
Nou berhenti, lalu mendelik pada Jev. "Oh, maksud kamu uri adeul itu kesalahan??"
Adul? Kenapa Adul dibawa-bawa segala sih?
"Nggak, sayang. Maksud aku, jangan sampe baby kita kenapa-napa cuma gara-gara kesalahan aku yang bikin kamu ngambek barusan. Lagian, emang Adul ada kaitan sama kita?" tanya Jev tak mengerti.
Sejak tiba di Korea kemarin sore, Nou memang mulai sering menggunakan beberapa kosakata Korea, yang membuat Jev harus meneguk ludah berkali-kali karena tak mengerti satu pun dari kosakata tersebut. Jika ia protes pada Nou, jelas isterinya itu akan kesal seolah Jev tak menghargai usahanya belajar bahasa Korea. Sungguh, Jev tak habis pikir dengan Nou yang tingkat kesensitifannya semakin hari semakin tinggi serta permintaan ngidam nya yang semakin aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOCTOR FREAK ✅ (Proses Penerbitan)
Fiction généraleMemiliki kekasih seperti Jev yang seorang dokter spesialis, tampan dan dari keluarga terpandang membuat Nou tidak bisa untuk tidak berbangga hati. Apalagi jika ditambah dengan Jev yang begitu menyayangi dirinya, membuat Nou ingin selalu memamerkanny...