7. Weekend

8.5K 572 85
                                    

Jev menarik sebuah trolley lalu menjajari langkah Nou menuju pintu masuk supermarket. Nou mengambil brosur diskon bulanan yang ditawarkan oleh supermarket tersebut di etalase yang ada tepat di pintu masuk. Lalu Nou membalik halaman demi halaman brosur itu dengan penasaran.

"Yang, bulan ini banyak diskon, loh. Aku kan jadi ngiler" ujar Nou sambil cengengesan. Kemudian ia tersenyum lebar memperlihatkan sederet gigi rapinya kepada Jev yang memandangnya datar.

"Ngiler sama diskon boleh. Tapi liat-liat juga, Yang. Kebanyakan barang diskon itu udah mendekati tanggal kadaluarsa. Dan itu gak sehat sama sekali. Lebih baik dihindari" Komentar Jev seraya mendorong trolley ke barisan etalase di sebelah kiri. Barisan biskuit dan makanan ringan.

"Ih, kan gak semua, Jev. Yang penting kan bisa nyari barang diskon yang tetep berkualitas. Cari dong yang tanggal kadaluarsa nya paling jauh" sangkal Nou dengan santai. Nou menghentikan langkahnya kemudian mengambil dua bungkus wafer coklat dan vanila favoritnya dan Jev.

"Dan rela ngabisin banyak waktu demi barang diskonan yang kayak gitu? No, thanks. " kata Jev lagi. Ia pun menyambut dua bungkus wafer tadi lalu memasukkannya ke trolley. Setelah itu Nou dan Jev melanjutkan langkahnya.

"Kamu gak tau sih gimana serunya berburu barang diskon," sahut Nou.

"Emg apa serunya? Paling cuman karna potongan harganya, yang sebetulnya sih kamu nggak berat-berat amat bayar barang itu di harga normal. Ya, kan?" tembak Jev. Nou menoleh pada Jev seraya menaikkan sebelah alisnya.

"Sebenernya bukan soal potongan harganya, Jev. Tapi lebih ke.. Apa ya? Memuaskan batin aku aja. Kayak beli barang diskonan yang berkualitas tuh ya bisa bikin seneng. Tauk ah, pokoknya bagi cewek-cewek yang doyan belanja, dapet "diskon" itu ya waktunya berburu." terang Nou yang kali ini membuat Jev menaikkan sebelah alisnya heran.

"Kepuasan? Aku masih nggak ngerti loh, Yang. Itu sisi puasnya dari sebelah mana? Yang ada itu cuman bikin capek, waktu sia-sia dan belum pasti dapet yang beneran bagus" ujar Jev lagi. Kemudian ia kembali menyambut satu toples kaleng biskuit dan wafer dari Nou yang ia yakin ditujukan untuk kedua orangtuanya di rumah. Sebab biskuit kaleng itu adalah favorit Papa dan Mamanya.

"Aku gak nyangkal kalo emang berburu diskonan itu ngabisin waktu. But, it still feels right to me. Kerja dari senin sampe jum'at, trus gajian, trus weekend ngabisin waktu sehari suntuk dengan belanja barang diskon, muter-muter sana sini saingan sama orang lain trus bisa dapet barang yang bagus, ya aku rasa worthy aja buat para cewek. Bikin puas, bikin seneng." jelas Nou. Jev menatap wajah Nou yang tampak sumringah.

Jev sebenarnya tidak terlalu bermasalah dengan banyaknya barang diskon. Dia mengerti bahwa menawarkan diskon adalah salah satu strategi marketing sebuah pasar, terlepas dari bagus atau tidaknya kualitas barang yang ditawarkan. Hanya saja, Jev tidak paham mengapa banyak kalangan wanita yang suka mengejar diskon sampai rela menghabiskan waktu seharian di mall. Padahal sebetulnya, tanpa diskon pun mereka tetap bisa membeli barang itu dan tidak perlu sibuk rebutan antar sesama.

"Oke, aku nggak masalah kalo kamu suka belanja barang diskon. Aku paham. Cuma aku gak suka kalo kamu ngabisin waktu cuman buat berburu barang diskon. Aku kan udah kasih kartu debit aku, kamu selalu bisa gunain itu untuk belanja keperluan kamu tanpa harus repot-repot ngabisin waktu gak jelas. Paham?"

Nou menarik napas, Jev yang bossy seperti ini benar-benar menguji kesabarannya. Tapi ia bisa apa? Ia sudah tau betul sifat Jev yang satu itu dan yang perlu ia lakukan adalah bersabar dan membiasakan diri. Bukankah semua orang memiliki kekurangan? Nou hanya perlu beradaptasi.

"Oke, aku ngerti, Jev. Hmm.. tapi sebenarnya kamu gak perlu kasih aku kartu debit. Nggak pernah aku gunain juga. Apalagi aku kan udah kerja, masih bisa belanja ini itu dari gaji aku"

DOCTOR FREAK ✅ (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang