27. Dia

5.6K 388 58
                                    

Sebagian orang menganggap bahwa masa lalu adalah moment berharga untuk belajar, introspeksi diri sekaligus memperbaiki kesalahan-kesalahan agar tak terulang kembali di masa depan. Itulah sebabnya orang-orang itu tak pernah melupakan masa lalu mereka, malah menyimpannya sebagai bagian penting dalam hidup mereka.

Namun sebagian lagi menganggap masa lalu adalah hal yang tak patut diingat kembali. Sebab masa lalu itu sudah menorehkan luka yang begitu parah, sehingga untuk mengingatnya pun mampu membuat seisi hati merasa sesak.

Dan itulah yang kini dirasakan oleh Davinka. Bahkan lebih parah dari sekadar rasa sesak di hati.

"Kak, lo kenapa?"

Jev yang jelas lebih memahami Davinka dibandingkan orang-orang di ruangan itu, mulai merasakan keganjilan saat ia menyadari perubahan mimik muka sang kakak.

Tatapannya melebar, napasnya tertahan hingga wajahnya yang sudah memerah dan berkeringat. Seperti orang yang tengah melihat pembunuhan tepat di hadapannya.

Jev menekan pelan bahu Nou, mengisyaratkan untuk berpamitan sejenak, lalu berjalan menghampiri Davinka yang masih setia dengan tatapan tajamnya. Begitu tiba di sebelah Davinka, Jev mengikuti arah tatapan kakaknya itu.

Yang rupanya mengarah tepat ke manik mata Gerias.

"Kak? Are you okay?" tanya Jev lagi.

Beberapa detik Davinka masih terdiam, namun kemudian ia kembali menghunuskan tatapan penuh kebencian pada pria itu, Gerias Aditama.

"What the hell are you doing here??" ucap Davinka dengan lantang, membuat semua orang semakin waspada dengan kejadian selanjutnya.

"Ke.. kenapa... bisa disini?" gumam Gerias pelan. Sedikit tergagap.

"Pergi lo! Ngapain lo muncul lagi?! Bajingan brengsek kayak lo nggak pantes ada di sini!" Kini perempuan itu sudah dirasuki amarah yang luar biasa hingga semua orang di sana bertanya-tanya tentang apa yang kini sedang terjadi.

Namun tak ada satu pun yang mengerti. Kecuali Davinka dan Gerias.

Davinka pun tak menggubris pertanyaan Jev. Ia justru melangkah cepat ke arah Gerias dan melayangkan satu tamparan keras ke wajah laki-laki itu. Membuat semua orang terpaku tak percaya.

"Lo! Gara-gara lo hidup gue berantakan! Udah bagus lo ngilang dari hidup gue, tapi sekarang kenapa lo malah muncul di sini?? Hah??" teriak Davinka lagi.

Namun pria itu tetap bungkam, tak merespon amukan dari Davinka barusan.

Sementara itu, Jev yang kini mulai bisa berpikir jernih setelah keterkejutannya beberapa detik yang lalu, lantas menyusul Davinka untuk menenangkannya.

Jev menyentuh pundak Davinka dan memutar tubuhnya untuk menghadapnya. Detik berikutnya ia mendapati Davinka sudah berkaca-kaca seraya menggigit bibirnya, "Jev.. Dia.. Dia.. Dia orangnya Jev.. Dia..."

Hanya dengan kata-kata itu saja, Jev bisa memahami apa yang tengah terjadi saat ini. Ia menatap Davinka beberapa detik, lalu mengalihkannya ke wajah Gerias.

Wajah yang sejak pertamakali ia melihatnya begitu tidak ia sukai. Dan saat ini ketidaksukaannya sudah beralih menjadi rasa benci sekaligus amarah yang tiba-tiba mengelegak di dadanya.

"Jadi, lo orangnya."

Ucapan pelan Jev tersebut bukanlah pertanyaan, tapi pernyataan. Yang sudah bercampur dengan geraman tertahan.

Tiga detik berikutnya Gerias sudah tersingkir di lantai dengan ujung bibir yang berdarah. Membuat kegaduhan terjadi dalam sekejap. Terutama pihak keluarga yang berbondong-bondong melihat kejadian itu.

DOCTOR FREAK ✅ (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang