29. Perjanjian

6.1K 367 117
                                    

Nou menghela napas berat ketika ia menemukan Gerias terduduk lesu sambil menangkup wajah di kursi teras rumahnya. Sungguh, melihat wajah laki-laki itu di saat seperti ini adalah hal terakhir yang ia inginkan. Sebab seberapa keraspun ia berusaha bepikir positif, hatinya tetap menyalahkan lelaki itu.

Nou melewati Gerias, lalu membuka kunci rumahnya. Hal itu membuat Gerias tersentak, kemudian segera berdiri untuk menghampiri Nou.

"Na, kita harus bicara. Banyak yang harus kita bicarain. Semuanya, Na. Lo harus tau semuanya dari gue langsung," ujar Gerias cepat.

Namun baru saja ia ingin menyentuh pundak Nou, sebuah tangan sudah menghentikan pergerakannya. Gerias menoleh, dan ia mendapati wajah keras Segaf di sana.

"Sebelum lo berani ngomong sama adek gue, lo mesti ngomong sama gue dulu." ucap Segaf tegas. "Na, lo masuk aja dulu. Istirahat. Kalo butuh apa-apa, minta ke ayah sama bunda aja,"

Nou mengangguk, lalu ia segera masuk ke rumah dan menutup pintu. Meninggalkan Gerias dan Segaf di sana untuk menenangkan dirinya yang kini begitu kacau.

"Ikut gue," ucap Segaf.

Setelah menarik napas berat, Gerias pun mengikuti Segaf masuk ke Pajero Sport nya. Segaf nampaknya membutuhkan tempat yang cukup pas untuk membicarakan semua permasalahan yang terjadi beberapa jam yang lalu.

"Gimana acara lamaran lo?" tanya Gerias pelan.

"Lancar. Thank you tadi udah mewarnai acara gue dengan indah," jawab Segaf datar, tak lupa dengan sarkasme yang menjadi andalannya saat ia sudah begitu kesal.

"Sorry for that. Gue nggak niat bikin acara lo kacau. Apalagi sampe nyakitin Nou kayak tadi,"

Segaf berdecak, "Gue lagi nggak butuh maaf lo, Yas. Gue cuma mau denger penjelasan lo sekarang,"

Gerias terdiam, tak mengeluarkan satu katapun hingga mereka tiba di pekarangan rumah miliknya. Gerias turun, lalu membuka pintu rumahnya untuk Segaf.

"Masuk," ucap Gerias.

Segaf tak menjawab namun tetap melewatinya ke ruang keluarga. Gerias pun ke ruang makan dan mengambil dua kaleng softdrink di kulkas.

"Sorry, gue cuma punya softdrink," ucap Gerias sambil melempar satu kaleng pada Segaf, yang kemudian disambut dengan tangkapan akurat pria itu.

Mereka pun membuka kaleng itu dan meneguknya secara bersamaan. Cukup untuk mendinginkan pikiran mereka masing-masing.

"Lo inget, dulu kita suka saling lempar kaleng softdrink trus lomba minum sampe bibir dan lidah kita merah?" ujar Gerias kemudian.

Segaf terdiam sejenak, lalu ia menyunggingkan satu senyum tipis. "Inget banget. Sampe kening kita benjol gara-gara kita payah banget nangkepnya,"

Gerias pun tertawa kecil, "Iya. Dan lo inget waktu gue ngelempar sekaleng softdrink buat lo, tapi lo gagal trus akhirnya malah Ina yang kena?"

Segaf mengangguk mengiyakan. "Ina masih SMP kalo nggak salah, kita kelas tiga SMA."

"Dia nggak marah, malah cepet-cepet masuk ke kamar. Trus besoknya lo cerita kalo dia sama sekali nggak marah, tapi malu soalnya itu kaleng kena dada dia,"

"Anjir. Lo inget banget bagian itu ya," Segaf berdecak.

"Eh, bukannya elo yang malah ngakak guling-guling pas lo ngasih tau gue kalo kalengnya kena dada dia? Lo malah bilang, 'Kasian adek gue ntar dadanya ga tumbuh subur'. Parah lo, adek sendiri digituin." ujar Gerias.

Kini Segaf tertawa kencang, kemudian berkata setelah menghentikan tawanya itu dengan susah payah, "Yang bener? Masa sih? Perasaan gue nggak sejahat itu deh sama adek gue sendiri,"

DOCTOR FREAK ✅ (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang