Jika ada satu hal yang diinginkan Nou saat ini, yaitu menghabiskan waktu bersama Jev. Bukan sekedar makan siang, nonton atau belanja di mall, tapi lebih ke menikmati indahnya alam sambil bercengkrama dengan hangat. Nou merindukan momen-momen seperti itu, sebab momen itu bisa digunakan untuk berbagi isi perasaan masing-masing, sekaligus menciptakan momen romantis di antara mereka.
Momen romantis yang memang jarang mereka lakukan.
Rutinitas mereka yang begitu padat setiap harinya, ditambah jika Jev ada panggilan mendadak dari rumah sakit entah itu pada weekend atau tengah malam sekalipun, membuat keduanya kesulitan menemukan waktu yang tepat untuk berbagi perasaan. Oleh sebab itu, Nou dan Jev berinisiatif untuk jalan-jalan di pinggiran sungai Musi saat ini.
Iya, pelataran Benteng Kuto Besak di pinggiran sungai Musi itu memang tujuan utama para pelancong dari luar kota sebagai tempat wisata, sekaligus tempat sebagian muda-mudi berkencan ataupun hanya sekedar nongkrong bersama teman-teman. Tempat berbagai kalangan untuk menghabiskan waktu santainya.
"Kamu mau beli permen kapas?" tanya Jev seraya menatap Nou yang berjalan disebelah kirinya.
"Boleh." jawab Nou.
Mereka menghampiri seorang penjual permen kapas lalu membeli satu bungkus besar permen bertekstur lembut itu. Nou memeluk bungkusan permen di sebelah kiri, sementara tangan kanannya masih menggandeng erat lengan Jev. Sesekali ia menyenderkan kepalanya di pundak Jev dengan manja.
Bodo amat orang mau liatin. Pacar gue juga ini. Lagian biasa aja sih kalo pacaran tuh gandengan tangan depan umum, ga ada aturan tertulis juga.
"Yuk, kita cari tempat nongkrong" kata Jev setelah menyimpan uang kembalian di saku celananya.
"Oke"
Jev dan Nou pun menemukan satu space tempat untuk diduduki, tepat di dekat Tugu Iwak Belido yang sedang menjadi primadona baru untuk rakyat Palembang. Tempat yang mereka duduki adalah pagar besar yang membatasi BKB dengan pinggiran Sungai Musi. Cukup ekstrim memang, tapi bagi mereka yang sering kesana pasti sudah terbiasa. Termasuk Jev dan Nou.
Jev membantu Nou menaiki pagar tersebut lalu menyusul duduk disana. Bersama, mereka duduk menghadap hamparan Sungai Musi ditemani semilir angin yang menyegarkan.
"Mau?" tawar Nou sambil menyodorkan permen kapas yang baru saja ia buka pada Jev.
Jev mengangguk pelan, "Suapin dong" kata Jev sambil melebarkan senyumnya.
Nou berdecak, tapi tak urung ia mencomot permen kapas lalu mengangsurkannya ke mulut Jev. Jev membuka mulutnya lebar lalu lidahnya mencecap rasa manis yang ditularkan oleh permen kapas itu. Mengangguk pelan seraya menikmati rasa manis itu, Jev pun melakukan hal yang sama pada Nou.
Nou tersenyum lalu menerima suapan permen kapas dari Jev. "Makasih" ucap Nou pelan.
Sebagai respon, Jev merangkul bahu Nou yang dibalas Nou dengan rangkulan pada lengan kiri Jev. Begitu intim, hangat tapi menyenangkan. Mereka memang membutuhkan hal-hal seperti ini untuk mendinginkan suasana panas yang beberapa waktu belakangan menerpa hubungan mereka.
Hanya sesederhana ini saja, mereka sudah cukup merasakan ketentraman di hati. Ah, harusnya Jev dan Nou bisa sering-sering melakukan hal yang seperti ini agar kedekatan emosional mereka bisa semakin erat.
"Nou.." panggil Jev pelan. Nou pun mendongak, menatap Jev yang masih betah memandang ke depan. "Kenapa?"
"Aku tuh padahal udah pengen banget nikah sama kamu. Tapi.. Kenapa jadi gini sih?" Jev menarik napas lalu membuangnya pelan-pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOCTOR FREAK ✅ (Proses Penerbitan)
General FictionMemiliki kekasih seperti Jev yang seorang dokter spesialis, tampan dan dari keluarga terpandang membuat Nou tidak bisa untuk tidak berbangga hati. Apalagi jika ditambah dengan Jev yang begitu menyayangi dirinya, membuat Nou ingin selalu memamerkanny...