17. Takut

6.8K 439 124
                                    

Nou tak bisa mendeskripsikan dengan jelas perasaannya saat ini. Entah itu takut, menyesal, khawatir, ataukah merasa bersalah. Yang jelas, saat ia menatap mata tajam Jev beberapa detik terakhir ini rasanya ia ingin menghilang saja. Dirinya tidak siap jika harus menghadapi ledakan emosi seorang Jev, apalagi di dalam ruangan terkunci saat ini.

Nou menarik napas tanpa mengalihkan pandangannya dari Jev, "Jev, itu aku.."

"Apa?" potong Jev. Dingin.

Tertegun sejenak, Nou menundukkan pandangannya kali ini. Sungguh, siapa yang bisa bertahan menatap pandangan dingin dari seorang Jev? Nou yang sudah bertahun-tahun mengenal Jev saja masih merasa kerdil bila sudah dihadapkan dengan Jev yang seperti ini.

"Liat aku." kata Jev lagi.

Mendengar itu, mau tak mau Nou kembali menatap Jev.

"Maaf, itu salah aku..."

"Jelas itu salah kamu." potong Jev lagi. "Dan kamu tau dimana kesalahan fatal kamu?"

Nou tak menjawab, ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya sebagai pengalihan rasa gugup, takut dan tangisnya.

"Kamu udah tau ada aku disana, tapi kamu nggak gubris sama sekali. Harus banget aku yang nahan kamu biar nggak jadi ngasih nomor ponsel ke dia? Oh, dan peluk-pelukan sama laki-laki lain di tempat umum? Hebat kamu." Ujar Jev, yang masih mempertahankan wajah datarnya itu

"Maafin aku.. Emang nggak seharusnya aku bales pelukannya, trus seharusnya juga aku gak perlu kasih nomor ponsel ke dia.."

"Ya jelas! Emang kamu pikir aku bakal suka liat kamu peluk-pelukan sama orang lain? Trus kamu pikir aku juga bakal biarin kamu komunikasi sama orang yang gak jelas itu?"

"Jev, dia itu temennya mas Segaf. Temen kecil aku juga. Ya aku rasa tadi itu wajar-wajar aja, "

"Hah? Wajar kamu bilang? Wajar di bagian mana kalo ada cewek sama cowok pelukan di muka umum? Trus, penting banget kamu komunikasian sama dia?! Nou, jangan naif. Aku bahkan bisa liat seberapa besar dia naruh minat ke kamu!" Jev menaikkan nada, "Dan apa-apaan dia mau ke rumah?! Mau nengok Ayah Bunda? Bullshit! Dia tau kalo kamu udah punya pacar tapi masih ngotot minta kontak kamu? Cih!"

"Hei, hei" ucap Nou, "Jangan mikir buruk, Jev. Aku kenal Mas Iyas, dia pasti nggak punya niat jelek kok"

Jev membeliak, "Kamu belain dia? Seriously?!"

"Aku nggak belain, Jev. Aku ngomong yang sebenarnya." sahut Nou, masih dengan nada pelan.

"Liat, kan?! Belum apa-apa kamu udah belain dia. Oh, apa karena kamu udah kenal lama sama dia jadi kamu lebih belain dia?"

Sungguh, saat ini Jev benar-benar sudah kehilangan kendali atas emosinya.

"Nggak, Jev. Kamu kok jadi mikir yang aneh-aneh kayak gini sih?"

"Itu karna kamu! Gimana aku nggak mikir yang aneh-aneh kalo dari tadi kamu selalu nyangkal?"

"Aku nggak nyangkal, aku cuman ngomong yang sebenarnya aja."

"Halah! Belain aja terus. Aku emang nggak ada apa-apa nya dari teman lama kamu itu kan?"

"Jev, jangan gini please. Aku nggak pernah banding-bandingin kamu dengan siapapun karna kamu berharga banget buat aku."

"Berharga, kamu bilang? Kalo kamu beneran paham sama kata itu, kamu nggak bakal berani peluk-peluk orang lain di depan aku!"

"Aku minta maaf soal itu, emang salah aku yang refleks bales pelukan dia. Tapi aku beneran gak punya niat apapun, murni karena aku udah lama nggak ketemu dia."

DOCTOR FREAK ✅ (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang