Nou mengerucutkan bibir saat Segaf menuntunnya memasuki sebuah area permainan trampolin di salah satu mal. Melihatnya, Segaf tersenyum kecil. Sebab wajah Nou yang seperti itu betul-betul tampak lucu di matanya.
"Udah dong cemberutnya. Ini gue ajakin lo olahraga sekalian bisa ngelampiasin emosi lo."
Nou tak menyahut, membuat Segaf mengangkat bahunya seraya menggeleng pelan. "Dasar cewek."
Begitu mendapat tiket setelah lima menit mengantri, Segaf segera mendorong tubuh Nou menaiki trampolin.
"Lo aja deh, gue nggak mood." ucap Nou seraya berusaha menghentikan langkahnya. Tapi Segaf menggeleng, tanda ia menolak ide tersebut.
"Kan udah gue bilang, ini tuh buat lo. Kalo buat gue ya ngapain gue ngajakin lo ke sini. Buruan naik."
Rupanya Nou cukup keras kepala. Ia tetap keukeuh untuk tak menuruti kemauan kakaknya itu. Mendecak, Segaf pun menarik satu senyuman di sudut kiri bibirnya. "Atau lo mau gue gendong?"
Nou membeliak, membuat bibir Segaf berkedut menahan tawa. "Dasar tukang maksa!"
Dan dengan itu, Nou menaiki area trampolin setelah melepas tas slempangnya dan memberikannya pada Segaf secara paksa. Segaf terkekeh, lalu tak urung menyusul Nou ke area permainan trampolin itu.
"Ini nggak ada tali pengamannya, ya?" tanya Nou pada Segaf. Kemudian ia mengedarkan pandangannya ke semua area trampolin yang cukup sepi ini.
"Ini bukan bungee jumping yang suka lo mainin di pasar malam." jawab Segaf.
Lagi-lagi, Nou membeliak. "Jadi cuma lompat-lompat, mantulin badan kayak kutu loncat?"
Nou yang tampak syok itu seketika membuatnya kembali terkekeh. "Iya."
"Gak jadi! Ayo pulang!" putus Nou.
Baru saja hendak melangkah pergi, Segaf menahan lengannya. "Dicoba dulu, Ina sayang. Lo pasti lega deh kalo udah loncat-loncat kayak kutu loncat. Ups!"
Nou pun tak kuasa untuk tidak memutar bola matanya malas ketika melihat cengiran kakaknya itu.
"Udah nggak usah banyak mikir. Ayo!"
Segaf kembali menarik tangan Nou, yang kemudian membuat mereka kini berhadapan.
"Taruh tangan lo di pinggang gue kayak gini," titah Segaf begitu ia meletakkan kedua tangannya di pinggang Nou. Seketika, Nou bergidik.
"Ih, apa-apaan sih lo? Geli gue posisi kayak gini."
"Ya ampun, Ina. Gue ini kakak lo. Nggak usah malu-malu gitu."
"Eh, siapa yang malu? Gue tuh geli! Masa iya posisinya begini?" dengus Nou.
Segaf pun terkekeh. "Nggak papa, santai. Selow. Amara nggak bakal marah kok kalo pinggang gue lo pegang."
Lagi, Nou memutar bola matanya. "Jijik."
"Ntar lo juga suka." sahut Segaf. Tak sabar, ia pun mengambil tangan Nou lalu meletakkannya di pinggangnya sendiri. Setelah itu ia balas meletakkan kedua tangannya di pinggang Nou.
"Nah, gini kan enak." ucap Segaf yang dibalas dengan dengusan Nou.
"Hitungan ketiga lompat ya. Barengan. Ikutin gue aja." titah Segaf.
Menghela napas panjang, Nou mengangguk singkat. Biarlah. Ia malas jika harus berdebat dengan kakaknya yang sudah pasti akan melakukan apapun agar ia menurut.
"Satu.. Dua.. Tiga!"
Dipandu kakaknya itu, Nou pun akhirnya menggerakkan tubuhnya. Ia melompat pelan bersamaan dengan Segaf, di mana lompatan-lompatan pelan itu berubah menjadi lompatan lumayan tinggi setelah dilakukan beberapa kali. Nou terpekik saat karet elastis yang menjadi media untuk melompat itu membawa tubuhnya --dan tubuh Segaf-- melambung tinggi di udara. Ia pun seketika mengeratkan pegangannya pada pinggang Segaf yang kini tengah tertawa kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOCTOR FREAK ✅ (Proses Penerbitan)
Ficção GeralMemiliki kekasih seperti Jev yang seorang dokter spesialis, tampan dan dari keluarga terpandang membuat Nou tidak bisa untuk tidak berbangga hati. Apalagi jika ditambah dengan Jev yang begitu menyayangi dirinya, membuat Nou ingin selalu memamerkanny...