23. Maaf

6.9K 439 62
                                    

Jev tersenyum tipis saat ia mendapati wajah cantik Nou di hadapannya, meski Nou masih bertahan dengan tatapan datar. Nou pun mempersilahkan Jev masuk ke ruang tamu dengan suara rendah, yang segera disambut Jev dengan perasaan lega sekaligus gugup.

Tentu saja ia merasa sangat gugup sebab ia tak sepenuhnya yakin bahwa pembicaraannya dengan Nou hari ini akan berakhir sesuai dengan harapannya. Walaupun Davinka sudah mati-matian meyakinkannya kemarin, Jev rupanya tetap tak bisa menghilangkan rasa gugupnya itu.

"Aku bikin minuman dulu," ucap Nou yang langsung dibalas dengan anggukan Jev.

Jev menarik napas panjang. Ia cukup lega karena bisa mengulur sedikit waktu untuknya agar bisa menenangkan diri sekaligus mempersiapkan kata-kata apa yang harus ia ucapkan nanti. Ia tak ingin, kesalahannya dalam berkata-kata malah akan membuat keadaan semakin buruk.

Ya, ketakutan Jev akan kehilangan Nou ternyata sudah seberpengaruh itu pada dirinya. Hingga ia sulit mengendalikan perasaan gugup dan cemasnya itu.

"Eh, elo. Dateng juga nih, akhirnya?"

Jev mendongak, lalu ia berdiri untuk menyalami Segaf yang sudah menghampiri dirinya.

"Iya, mas." sahut Jev pendek dengan senyum tipis.

"Duduk deh, lo. Si Ina masih sibuk di dapur," ujar Segaf.

Jev pun kembali duduk. Lalu Segaf juga menyusul duduk di hadapan Jev. "Lo udah baikan sama adek gue?" tanya Segaf penasaran.

"Belum. Ini gue baru mau ngajakin dia ngobrol, mas" sahut Jev.

"Hmm, baguslah. Emang kalo ada masalah lebih baik diobrolin kalo keadaan udah agak dingin. Kalo pas emosi tuh ya percuma, keputusan-keputusan juga pasti didasari dengan emosi. And it makes everything get worse," jelas Segaf. Jev pun mengangguk-angguk, membenarkan perkataan Segaf barusan.

"Semoga deh lo sama Ina cepet baikan. Biar acara lamaran gue ntar lancar," ujar Segaf lagi.

Jev membeliak kagum, "Serius? Wah selamat, bro. Emang kapan acaranya?"

"Minggu depan. Lo buruan kelarin ya masalah lo sama Ina, biar bisa bantu-bantuin gue." sahut Segaf dengan cengiran khasnya. "Oh ya sekalian, undang keluarga lo juga ya. Ini gue ngasih tau sekaligus ngundang, biar pas lamaran ke rumah calon bini gue rame trus lengkap," sambungnya.

Jev mengangguk pelan, "Iya, ntar gue kasih tau keluarga gue. Mudahan bisa dateng lengkap ya,"

Segaf pun menyeringai levar, "Iya. Sekalian juga, biar lo pengen cepet-cepet nyusulin gue nikah. Emang lo nggak bosen pacaran mulu sama adek gue?,"

Mendengar itu, Jev hanya bisa tersenyum kikuk. Sebab ia ingin sekali menjawab bahwa ia ingin, tapi ia tak bisa mengatakannya karena permasalahan keluarganya yang belum selesai.

"Doain aja segera nyusul lo, mas." sahut Jev singkat.

Andai lo tau betapa gue pengen nikahin adek lo dari tahun-tahun kemarin. Tapi gue belum bisa. Sebab kak Inka butuh menemukan pendampingnya dulu sebelum gue. Atau seenggaknya, Mama mau menurunkan egonya.

"Pasti."

Pembicaraan mereka terjeda begitu Nou datang dengan nampan yang sudah dipenuhi dengan gelas dan piring kecil. Nou yang masih dengan wajah datarnya, meletakkan satu gelas es coklat dan dua piring kue-kue kecil di atas meja.

DOCTOR FREAK ✅ (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang