Hari ini jelas akan menjadi satu dari hari yang bersejarah bagi kehidupan Segafrandisyah Agra, sebab ia akan melamar perempuan yang sudah ia kenal selama tiga bulan belakangan ini untuk menjadi pendamping hidupnya. Memang terdengar cukup singkat untuk mengenal dan memutuskan untuk menikahi perempuan itu, tapi seperti yang pernah ia katakan dahulu kepada adiknya bahwa ia tak ingin melalui proses pacaran terlebih dahulu sebelum menikah. Baginya, cukup berkomunikasi yang rutin untuk menyakinkan diri dan melangkah mantap ke jenjang pernikahan.
Pacaran hanya akan menguras waktu, tenaga, pikiran dan dompet, tapi kejelasan hubungan yang hakiki tak pernah terwujud. Setidaknya begitulah pemikiran Segaf.
Maka dari itu, hari ini keluarga Nou telah berkumpul di kediamannya dengan suka cita yang tampak jelas di wajah mereka. Tidak banyak yang ikut serta dalam acara ini karena sebagian besar keluarga Nou masih tinggal di Jogja. Hanya keluarga inti dari adik kandung Ayahnya saja yang ikut menemani keluarga Nou untuk mengantar Segaf melamar perempuan pujaannya itu.
Berdasarkan cerita yang ia dengar dari Segaf semalam, perempuan itu bernama Nyayu Amara Salsabila. Perempuan keturunan Palembang asli, berusia dua puluh delapan tahun dan bekerja sebagai guru SMA di Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Nou memang belum pernah bertemu dengan calon kakak iparnya itu sebab ketika pertemuan keluarganya dengan Amara, ia sedang sibuk di kantor dan masih berkutat pada permasalahannya dengan Jev tempo hari. Namun berdasarkan cerita Segaf dan sang Bunda, ia tau bahwa perempuan itu adalah perempuan yang cantik dan sangat cocok dengan standar Bundanya.
"Lo udah siap belum? Lama amat. Yang lain udah pada siap, noh." ujar Segaf ketika membuka pintu kamar Nou.
Nou berdecak, "Sabar, ih. Gue kan mau tampil maksimal ke acaranya lo."
"Ya elo pake ribet, gambar alis aja bisa-bisa setahun baru kelar. Buruan pokoknya, gue nggak mau calon bini gue nunggu lama."
Detik berikutnya Segaf mengaduh ketika merasakan tepukan kuat di punggungnya. Ia menoleh, lalu mendapati bunda berdiri disana.
"Kamu tuh ya, udah dibilangin berkali-kali sama adek nggak boleh panggil 'lo-gue' begitu."
Segaf menyengir, lalu merangkul bahu bunda dan menuntunnya duduk di atas ranjang Nou. Sementara Nou tersenyum licik seraya terus menyapukan kuas blush-on di pipinya.
"Bun, itu tuh panggilan akrab Segaf ke Ina, lho. Nou juga nyaman-nyaman aja manggil Segaf begitu. Lagian kita tuh berasa jadi kayak temen akrab kalo panggilannya begitu," jelas Segaf.
"Akrab gimana. Itu tuh tetep nggak sopan, Segaf. Kamu itu udah mau nikah, udah mau punya tanggung jawab yang besar, kok masih aja nggak sopan ke adeknya. Pokoknya bunda nggak mau tau, biasain panggil Ina dengan nama atau adek." putus bunda akhirnya, membuat Segaf menghela napas pelan.
"Tuh dengerin, mas. Sama adek nggak boleh begitu,"
Segaf menoleh, "Eh, cuprit. Nggak usah gede kepala lo ya mentang bunda belain lo,"
"Segaf??" tegur Bunda seraya mendelik, membuat Segaf kembali menoleh pada bunda dengan cengiran.
"Iya, Bun. Nggak lagi deh,"
Nggak lagi kalo di depan ayah sama bunda.
Bunda mengangguk pelan kemudian berdiri, bersiap kembali ke ruang tengah dimana seluruh keluarga sudah berkumpul. "Kamu cepetan ya, Na. Nggak enak yang lain udah pada nungguin,"
Nou mengangguk tanpa menoleh sebab ia tengah mengoles lipstik di bibirnya, lalu bunda berlalu dari kamarnya.
"Jev sama temen-temen lo juga udah nungguin tuh," ucap Segaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOCTOR FREAK ✅ (Proses Penerbitan)
General FictionMemiliki kekasih seperti Jev yang seorang dokter spesialis, tampan dan dari keluarga terpandang membuat Nou tidak bisa untuk tidak berbangga hati. Apalagi jika ditambah dengan Jev yang begitu menyayangi dirinya, membuat Nou ingin selalu memamerkanny...