32. Lelah

7.4K 490 108
                                    

Senyum lebar di wajah Nou perlahan surut saat ia melihat Jev, Davinka serta Gerias datang menghampirinya. Sementara Igun mengernyit heran dengan perubahan ekspresi gadis itu. Penasaran, Igun pun mengikuti arah pandang Nou.

"Jev." gumam Nou pelan.

Pria itu tentu tak mendengar suara Nou. Tapi ia jelas tau bahwa gadis itu menyebut namanya, hanya dari gerakan bibir gadis itu saja.

Serentak, Nou dan Igun berdiri dari duduknya.

"Wah. Primadona-nya kalian berdua ketangkep basah having fun sama cowok lain."

Mendengar kalimat tajam Davinka, sontak empat pasang mata di sekitarnya juga menyorotnya tak kalah tajam.

Tapi Davinka tak peduli, ia malah bersedekap dan menyeringai sinis.

"Well, gue takjub sama kepinteran lo ngambil hati cowok-cowok. Sampe mereka rasanya rela-rela aja mati demi lo."

"Cukup, kak. Mending lo pulang sekarang." ujar Jev dingin.

Davinka menatap Jev dengan alis terangkat, "Loh, kenapa? Siapa tau gue ntar bisa diajarin tips dan trik ngegaet High Quality Men dari nih cewek?"

"Davinka, pulang sama saya sekarang. Ya?" tawar Igun kemudian.

Davinka pun mengalihkan tatapannya pada Igun. Seringai kecil muncul di sudut bibir gadis itu. "Gue nggak mau ngerusak acara seru kalian. Jadi maaf nih, gue nggak mau pulang sama lo."

"Lo pulang sama gue." Gerias kini bersuara, membuat Davinka terkekeh.

"Jangan harap." ucap Davinka singkat.

Gerias berdecak, lalu ia meraih lengan Davinka erat, bersiap untuk membawanya pergi dari tempat itu. Namun gerak refleks Davinka membuat pegangan pria itu terlepas.

"Wow! Lo berdua ngapain ngotot, sih? Gue nggak butuh kalian. Mendingan lo berdua cabut dari sini."

Gerias dan Igun pun kembali terdiam. Begitu pun dengan Jev dan Nou yang hanya bisa menghela napas berat melihat kelakuan wanita itu.

"Alright. Gue yang cabut dari sini."

Tatapan Davinka pun melayang pada Jev. "Kita pulang sekarang, Jev."

Jev menggeleng, "Nggak bisa. Gue mesti bicara sama Nou."

Mendengar penolakan Jev, Davinka membeliakkan matanya. Kemudian melempar pandangan sinis pada Nou.

"Sampe adek gue aja bisa tunduk banget sama lo. Bagi dong, rahasia lo ke gue? Siapa tau gue bisa ngikutin jejak lo jadi primadona jaman now."

"Harusnya kamu juga nggak bersikap kayak gini ke Nou, Davinka. Karena ini makin nunjukin kalo kamu iri dengan segala hal yang Nou dapatkan. Dan rasa iri kamu itu sekarang udah jadi boomerang bagi diri kamu sendiri. Ya, kayak sekarang." ucap Igun.

Detik berikutnya Davinka sudah menatap Igun nyalang. Ia merasa tertohok, tentu saja. Tapi sisi egoisnya mengelak perkataan Igun barusan. Sebab biar bagaimanapun, ia, seorang Davinka Kemilau, tak akan pernah mengakui bahwa ia tengah merasa iri pada gadis yang ia anggap sebagai pengacau hidupnya itu.

Melihat ketegangan yang menyelimuti mereka berlima, Nou menghela napas panjang. "Kak, Nou paham perasaan kakak sekarang. Nou juga maklum kalo emang begini lah cara kakak bertahan. Kakak perempuan yang kuat dan mandiri, dan Nou nggak ngeraguin itu sama sekali. Cuma kak, ada kalanya kita harus menurunkan emosi biar bisa melihat segalanya dengan baik. Being emotional won't help at all. Trust me."

Lagi-lagi, Davinka berdecak. "Tau apa lo soal perasaan gue? Dan lo nggak usah sok baik deh di depan gue. Gue bukan cowok bego yang gampang fall in love sama cewek kayak lo!"

DOCTOR FREAK ✅ (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang