16. Teman Lama

6.4K 459 68
                                    

Nou menarik napas panjang ketika merampungkan sesi packing di kamar Jev. Memang tidak banyak barang yang harus di packing, mengingat itu adalah milik Jev yang serba simpel, tapi sesi packing barang miliknya yang sebelumnya sudah ia kerjakan itu lah yang membuatnya cukup menguras banyak tenaga.

Tiga hari penuh telah mereka habiskan di Bandung dan sekitarnya. Berbagai tempat liburan yang sedang naik daun, pusat kuliner populer hingga pusat belanja pun tak luput dari daftar kunjungan mereka. Puas memang. Apalagi Nou harus membeli satu buah koper ukuran sedang untuk membawa segala macam jenis oleh-oleh seperti pakaian, sandal, sepatu, aksesoris, cenderamata hingga kuliner. Tentu saja, liburan ke Bandung tak akan lengkap jika tak membawa oleh-oleh bukan? Jev memaklumi itu. Bahkan Jev tak bisa protes saat Nou pindah dari satu tempat belanja ke tempat lainnya, dimana setiap tempat ia berlama-lama untuk memilih dan menawar harga, hingga menjadi orang yang ia andalkan untuk membawa hampir seluruh belanjaannya.

Jev tidak protes, atau pun menggerutu. Sebab ia tau hal menyebalkan seperti apa yang akan terjadi bila sekali saja Nou mendengar gerutuannya.

Cukup sekali, itupun mesti gue sogok pake trip ke Korea dulu. Gak lagi-lagi pokoknya.

"Nih, minum dulu"

Nou mendongak demi mendapati Jev yang tengah mengulurkan segelas orange squash favoritnya. Setelah mengucapkan terimakasih, Nou langsung meneguknya hingga tandas.

Jev mengambil beberapa lembar tisu di nakas lalu duduk di sebelah Nou yang masih tampak kelelahan dari aktivitasnya barusan. Ia menarik bahu Nou agar menghadap dirinya lalu mulai mengelap peluh yang ada di sekitar dahi, pelipis hingga leher gadis itu. Nou yang masih mengulum batu es di mulutnya itu hampir saja tersedak akibat perlakuan tiba-tiba Jev.

Kekasihnya yang penyayang tapi pencemburu itu memang sosok hangat sekaligus manis. Nou tak akan menampik bahwa kenyamanan yang ia rasakan saat bersama Jev benar-benar nyata. Tapi tentu saja Jev tidak sesempurna itu. Jev penyayang tapi pencemburu. Jev perhatian tapi over protective. Jev egois tapi bisa menekan ego demi dirinya. Itu adalah perpaduan sifat manusia yang wajar, bukan? Nou hanya perlu membiasakan diri, walau kadang rasa jengah muncul di benaknya.

"Yang..." panggil Nou pelan.

Jev yang telah selesai mengelap peluhnya itu menatap manik matanya. "Kenapa?"

"Soal kak Inka.. Itu.. Dia kenapa gak mau nikah?" tanya Nou. Sedikit keraguan terdengar, tapi ia berusaha meyakinkan dirinya bila ia memang perlu mengetahui alasan Davinka yang tidak ingin menikah.

Jev tidak langsung menjawab, sebab ia masih nyaman menatap wajah gadisnya itu yang bahkan masih terlihat cantik meski tanpa make-up, rambut yang dikuncir asal, serta titik titik peluh yang masih tersisa di puncak dahinya.

"Jev?" panggil Nou lagi.

Jev tersenyum tipis, "Kak Inka.. Dia punya kejadian buruk dengan mantan pacarnya lima tahun lalu. Sejak itu dia gak percaya lagi sama laki-laki."

Mata indah gadis itu melebar tak percaya, "Hah? Kejadian apa emangnya?"

Jev menarik napas, tampak agak kesulitan untuk menceritakan masa lalu kakaknya itu. "Kak Inka hampir diperkosa sama mantan pacarnya."

"Apa??"

"Aku nggak tau persis gimana bisa kak Inka ngalamin kejadian itu. Tapi kak Inka bilang, dia udah mau ngenalin pacar dia itu ke Mama sama Papa sekalian buat minta restu nikah tapi yah udah keduluan sama kejadian itu. Dia mutusin kontak sama pacarnya, trus pacarnya itu ngilang."

DOCTOR FREAK ✅ (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang