Nou tengah membaca berkas persiapan sidang untuk esok hari ketika Ardan, rekan kerjanya, menegurnya. Ia pun mengalihkan tatapannya pada pria itu dengan kerutan di dahi, "Kenapa?"
"Ada yang nyariin lo di luar."
Kerutan di dahi perempuan itu pun semakin dalam. "Siapa?"
Ardan memgendikkan bahunya, "Entah. Tapi dia bilang lo bakal nyesel kalo nggak nemuin dia sekarang."
Mendengar itu, Nou mau tak mau berjengit kaget. Siapa memangnya yang berani datang ke kantor pengacara sambil membawa ancaman receh seperti itu?
"Siapa, sih? Denger lo bilang kayak gitu gue jadi takut ketemu itu orang."
Ardan terkekeh. Lalu seutas seringai jail muncul di wajah pria itu. "Yang jelas dia cewek. Cantik dan elegan. Yah, walaupun dia keliatan agak garang."
"Dia beneran nyari gue, kan? Nggak salah kan lo?"
"Yaelah nih anak. Emangnya di kantor ini ada orang selain lo yang namanya Noushafarina Azla? Nggak, kan?"
Spontan, Nou mengangguk.
"Nah, makanya. Udah buruan. Ntar lo beneran nyesel nggak ketemu dia. Gue aja nyesel nggak sempet flirting-flirting ganteng ke dia tadi."
Mendengus, Nou pun menutup berkasnya kemudian berdiri. "Dasar playboy cap kadal."
Tanpa melihat reaksi Ardan pada kalimat terakhirnya, Nou bergegas keluar dari ruangan itu kemudian turun ke guest room kantornya dengan rasa penasaran yang cukup kuat.
Siapa perempuan itu? Tapi sejujurnya, mendengar ciri-ciri berikut kalimat ancaman tadi Nou menduga bahwa perempuan itu adalah Davinka. Memangnya, siapa lagi perempuan cantik, elegan dan berani datang ke kantor pengacara dengan membawa ancaman seperti itu selain dia? Dan kalaupun dugaannya benar, Nou penasaran ada masalah apa Davinka datang menemuinya. Di jam kantor pula.
Nou hanya berharap dugaannya salah sehingga ia tak perlu mempermalukan dirinya di hadapan rekan-rekan kantornya akibat ulah tak terduga perempuan itu.
"Palembang panas banget, ya."
Kalimat itu spontan keluar dari bibir perempuan cantik yang ia temukan duduk dengan anggun di single sofa yang ada di guest room.
Dan seperti dugaannya, perempuan itu adalah Davinka.
"Palembang emang panas. Nggak kayak di Bandung." sahut Nou. Ia tersenyum tipis lalu duduk di single sofa yang berseberangan dengan Davinka.
"Yeah, i know. Makanya gue selalu nggak betah lama-lama di sini."
Nou hanya mengomentari kalimat Davinka dengan senyuman canggung. Sementara perempuan itu, yang menyadari kecanggungan Nou, tetap bersikap santai dengan melepas kacamata hitam serta menyugar rambutnya yang bergelombang.
"Well, gue mau ngobrol sama lo. Tapi nggak di sini."
Nou mengangkat alisnya. "Ngobrol soal apa?"
"Everything. Bisa kita ngobrol sambil ngemil sesuatu di restoran sebelah? Gue dari bandara langsung ke sini soalnya. Nggak sempet sarapan dan belum makan siang."
"Oh, oke. Yuk."
Nou pun berdiri, yang langsung diikuti oleh Davinka. Keduanya berjalan menuju restoran Jepang yang ada di sebelah kantor Nou.
"Jadi, kakak dari Bandung langsung ke sini?" tanya Nou begitu mereka selesai memesan menu.
Davinka mengangguk. "Gue udah balik ke Bandung sekitar empat hari yang lalu. Trus balik lagi ke sini. Khusus buat nemuin lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
DOCTOR FREAK ✅ (Proses Penerbitan)
General FictionMemiliki kekasih seperti Jev yang seorang dokter spesialis, tampan dan dari keluarga terpandang membuat Nou tidak bisa untuk tidak berbangga hati. Apalagi jika ditambah dengan Jev yang begitu menyayangi dirinya, membuat Nou ingin selalu memamerkanny...