21. Emosi

7.8K 443 106
                                    

Plakkk!!!

Semua aktivitas di ruangan itu terhenti begitu suara tamparan keras terdengar. Waktu pun terasa membeku untuk beberapa detik, sebelum suara tangisan pilu terdengar sayup-sayup.

Nou menangis. Dan itu semua akibat ulah pria yang kini tengah membuang wajah ke sisi kanan tubuhnya dengan pipi kiri yang memerah.

Seakan baru tersadar, detik berikutnya pria itu mengerjapkan mata lalu memutar kepala untuk menatap Nou yang kini sudah tampak berantakan. Wajahnya merah dengan bulir-bulir airmata di pipi, matanya menyiratkan rasa kecewa luar biasa serta pakaiannya yang sudah tampak kusut meski beberapa kancing masih berada aman di tempatnya.

Perpaduan Nou yang diakibatkan olehnya itu tiba-tiba memunculkan ketakutan sekaligus penyesalan yang luar biasa di benak pria itu.

Jev berkata lirih dengan tatapan sendu, "Nou.. Aku..."

"Stop!!!" teriak Nou lantang.

Airmata gadis itu tak berhenti mengalir. Ia masih tak percaya dengan kejadian barusan, dimana hampir saja Jev melakukan hal yang sangat ia tidak inginkan, apalagi dalam keadaan emosi seperti tadi. Nou menggeleng, menepis segala kemungkinan buruk yang hampir saja terjadi beberapa menit yang lalu.

Sementara itu Jev masih berseteru dengan batinnya yang saat ini begitu runyam. Jelas kejadian barusan tak pernah ada dalam daftar keinginannya. Sebab walau ia ingin sekali membuat gadis itu menjadi miliknya sepenuhnya, ia tak pernah merencanakan bahwa dengan cara inilah ia bisa mendapatkannya. Tidak. Menyakiti Nou adalah hal terakhir yang ia inginkan di muka bumi ini.

Tapi lo barusan ngelakuinnya bego! Lo gila, hah?? Dimana otak lo? Cuman gara-gara cemburu lo sampe nyakitin dia? Lo sakit, Jev! Harusnya elo yang pergi ke psikiater!

Jev menggeleng. Tidak. Ia bukannya tidak waras, ia hanya tak bisa mengendalikan emosinya hingga sampai berbuat tak pantas seperti itu.

Tapi liat akibat perbuatan lo! Nou nangis, Jev! Pernah lo liat dia nangis segitu hebatnya kayak gini? Dan lo sukses bikin cewek lo ngerasa kecewa sama lo!

Pria itu kembali terdiam. Namun beberapa detik kemudian ia melangkah mundur, memberi jarak yang cukup luas bagi dirinya dan gadis itu meluapkan emosi masing-masing.

"Aku beneran nggak nyangka.. Kamu.. Kamu tega.."

Nou berusaha menahan isakannya, tapi dadanya sudah begitu sesak menahan rasa kecewanya pada pria itu. Pria yang begitu ia cintai dan ia percayai setelah ayah dan kakak laki-lakinya.

Sedangkan Jev masih tetap membatu di tempatnya, menghela napas berat berulang kali tapi tak satupun kelegaan merasuk ke dadanya. Ia ingin ikut menangis, tapi airmatanya terasa tak sanggup keluar.

Sebab dibandingkan sedih, ia lebih merasa sangat kecewa dengan dirinya sendiri. Kecewa karena ia gagal menjadi laki-laki yang baik untuk gadis itu. Entah apa yang akan terjadi apabila hal itu sungguh terjadi.

Mungkin gue bakal gila nanggung rasa bersalah seumur hidup gue.

DOCTOR FREAK ✅ (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang