🏯Kuil Jongmyo
Seluruh kawula istana sudah ada di Kuil Jongmyo untuk melakukan upacara pemakaman Ibu Suri Choi. Anggota keluarga kerajaan sudah siap dengan pakaian berkabungnya. Nampak In Yeong juga menghadiri acara ini. Di luar Jongmyo, banyak rakyat yang bersujud untuk mengungkapkan rasa duka mereka karena kehilangan Ratu yang sangat mereka kasihi. Tangisan penuh duka menyelimuti seisi negeri. Peti Ibu suri Choi disemayamkan di pelataran kuil Jongmyo. Hwon memimpin upacara pemakaman dengan khidmat.
"Eomma-Mama, selamat jalan. Semoga kau bahagia disana bersama Aba Mama. Doakan aku dan Jungjeon serta keluarga kecil kami agar selalu senantiasa bahagia dan terlindungi. Terimakasih atas kasih sayangmu selama ini. Aku pasti akan merindukanmu, Eomma-Mama" ujar Hwon ketika memberikan penghormatan terakhir untuk Ibu Suri Choi.
"Eomma-Mama, terimakasih telah menjadi sosok ibu yang sangat baik untukku di istana ini. Jika tidak ada Eomma-Mama, mungkin aku sudah tidak bisa melewati hal-hal buruk yang kualami dulu. Terimakasih telah memberikan cintamu untukku dan selalu mendukungku. Aku berdoa untuk kebahagiaan, Eomma-Mama. " ujar Song Yi dengan berlinang air mata ketika gilirannya memberikan penghormatan terakhir
Suasana pemakaman sangatlah mengharukan. Banyak orang yang memberikan doanya untuk Ibu Suri Choi. Jasa dan kelembutan Ibu Suri Choi akan selalu terkenang di hati rakyat dan siapapun yang mengenalnya. Selamat jalan, Ibu Suri Choi!
🏯Kantor Polisi Istana
Hwon mendatangi Kantor Polisi Istana. Ia ingin bertemu Perdana Menteri Cheon. Banyak hal yang ingin ia bicarakan dengan Perdana Menteri Cheon. Sebagian besar ruang di hatinya berkata bukan Perdana Menteri Cheon pelaku yang meracuni Ibu suri choi. Ketika mereka sudah berhadapan, suasana agak sedikit canggung. Akhirnya, Hwon membuka suara.
"Abeoji.." panggil Hwon lirih
"Ya, Jeonha?"
"Katakanlah apa yang ingin kau katakan padaku. Aku tahu bukan kau yang melakukan kejahatan meracuni ibuku" pinta Hwon dengan lembut
"Jika saya mengatakannya, apakah anda akan mempercayai saya, Jeonha?" Tanya Perdana Menteri Cheon dengan tatapan sedih
"Aku selalu mempercayaimu, Abeoji" jawab Hwon mantap
"Saya tidak melakukannya, Jeonha. Sungguh. Untuk apa saya berbuat seperti itu? Selama ini, hubungan saya dengan ibu anda sangatlah baik. Sangat konyol jika saya ingin membunuhnya. Lagipula, kekuasaan apa yang ingin saya raih sehingga saya sampai harus membunuh Daebi Mama? Putri saya sudah menjadi Jungjeon. Saya menjadi Perdana Menteri anda. Dan anak laki-laki saya, dulu menjadi Menteri anda. Apakah ada alasan lain yang masuk akal sehingga saya harus menyingkirkan Daebi Mama?" Kata-kata itu mengalir dari bibir Perdana Menteri Cheon diselingi dengan isak tangis.
"Aku juga tahu semua itu, Abeoji. Sungguh. Aku sudah berusaha menemukan bukti yang meringankanmu, tapi pencarianku tidak menemukan apa-apa. Perawat itu tetap bersikukuh mengatakan bahwa kau yang menyuapnya untuk menaruh racun di obat Eomma-Mama. Apalagi didukung dengan desakan Soron yang ingin menjatuhkan anda. Bahkan saat ini kondisi Jungjeon sedang lemah. Aku sangat bingung harus bagaimana, Abeoji" sahut Hwon sambil menitikkan air mata
"Jeonha, mohon anda jangan menangis. Cukul dengan anda menjaga baik-baik putri saya dan cucu saya, saya sudah sangat bahagia. Saya tahu jika sampai 2 hari lagi tidak ditemukan bukti untuk meringankan saya, saya akan dihukum mati. Anda percaya pada saya saja saya sudah bahagia. Suatu saat nanti, cepat atau lambat kebenaran akan terungkap. Dan ketika kebenaran itu terungkap, maka saat itulah saya akan benar-benar damai disana." Kata Perdana Menteri Cheon dengan nada menenangkan Hwon
"Abeoji, maafkan anakmu ini yang tidak berguna. Aku benci posisiku sebagai Raja yang harus bersifat adil sesuai hukum. Aku bahkan tidak bisa memihak untuk menolongmu. Maafkan anakmu ini, Abeoji" kata Hwon sambil menangis dan memeluk Perdana Menteri Cheon
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon and The Sun II [COMPLETED]
Historical FictionJanuary, 2018 "Maafkan aku, Song Yi-ah. Aku telah dibutakan selama ini oleh kegelapan. Sekali lagi, maafkan aku" ucap seorang pria dewasa berjubah kerajaan warna merah dengan sulaman naga emas di beberapa sisinya. "Jeonha...." lirih Song Yi sambil b...