Bab 51

1.7K 65 13
                                    

🏯Aula Besar Istana

5 tahun kemudian...

Istana nampak sibuk mempersiapkan sebuah pesta. Ternyata utusan Qing akan datang ke Joseon. Song Yi sebagai Ratu sekaligus kepala istana dalam nampak sibuk merancang dan mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam pesta. Ia nampak lincah dan gesit kesana kemari untuk memastikan semua detail pesta ini sempurna. Nam Sanggung sedari tadi sudah lelah memberi tahu Song Yi untuk duduk dan cukup mengawasi saja, namun Song Yi tetap tak mau. Song Yi merasa dengan dirinya ikut serta bekerja mempersiapkan pesta ini, maka ia akan merasa lega dan tenang.

"Nain Jeong, bantu aku mengangkat pot bunga peony ini! Kita letakkan di meja itu!"

"Nain Ahn, bantu aku menggelar taplak meja ini!"

"Nam Sanggung, bantu aku memasang lampion-lampion ini!"

"Yeong Sanggung, bantu aku membawa lilin-lilin ini!"

Semua perkataan itu adalah perintah Song Yi untuk membantu dirinya dalam melakukan pekerjaannya. Inilah sifat Song Yi yang sangat disukai oleh para dayang istana. Mereka memiliki ratu yang berhati mulia dan sederhana serta mau membaur dengan kalangan bawah. Hari berganti hari, dan tibalah Utusan Qing di Joseon. Nampak Hwon dan Song Yi sudah siap menyambut mereka semua di pintu masuk aula. Ketika Utusan Qing masuk, mereka terpukau dengan dekorasi indah di dalam aula besar istana. Dekorasinya sangat menampilkan kesan megah namun tetap elegan. Mereka juga sangat menyukai makanan-makanan yang disajikan. Bahkan para penari dan pemusik yang menampilkan pertunjukkan pun berhasil menampilkan pertunjukkan yang spektakuler. Semua utusan Qing sangat puas dengan pesta penyambutan ini.

🏯Daejeon

Malam harinya, Song Yi berada di Daejeon untuk membantu Hwon membaca semua petisi yang masuk ke istana hari ini. Ini merupakan kegiatan sehari-hari Song Yi karena Song Yi tidak tega membiarkan suami tercintanya itu lembur hanya untuk membaca petisi-petisi itu. Sebenarnya Hwon sudah bersikeras menyuruh Song Yi untuk tidak membantunya agar waktu istirahat Song Yi tidak terganggu, tapi Song Yi juga bersikeras untuk selalu membantu Hwon. Kali ini, kegiatan mereka ditemani teh bunga krisan yang sangat harum dan kue jagung yang sangat lezat.

"Sepertinya daerah selatan akhir-akhir ini mengalami kemunduran. Banyak sekali petisi dari daerah selatan yang menyatakan bahwa mereka kekurangan bahan pangan disana. Padahal kita sudah menambah pasokan-pasokan beras kesana. Sungguh mencurigakan" kata Song Yi setelah membaca petisi-petisi itu

"Lalu menurutmu apa yang sebaiknya kita lakukan untuk mengatasi ini?" Tanya Hwon

"Tentu saja kita harus pergi kesana untuk melihat keadaan aslinya agar kita bisa mengambil langkah selanjutnya" sahut Song Yi

Hwon hanya mengangguk. Song Yi lalu memangku tangannya diatas meja sembari menopang dagunya dengan tangannya. Song Yi mengamati wajah Hwon dengan seksama. Bahkan ketika usia pernikahannya  hampir mencapai 20 tahun pun hati Song Yi masih selalu bergetar ketika melihat ataupun bersama Hwon. Dalam hatinya, Song Yi tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih karena Tuhan telah menciptakan Hwon untuknya.

"Aku tahu aku tampan. Tapi tolong tatapanmu dikondisikan" celetuk Hwon sambil mengambil petisi selanjutnya

"Anda memang tampan, Jeonha. Sungguh tampan. Bibir anda bahkan sangat sensual" kata Song Yi sambil memandangi Hwon

"Lalu, apa yang akan kau lakukan dengan ketampananku ini?" Tanya Hwon sambil menyingkirkan petisi-petisi di hadapannya

"Aku akan memberikan Jeonha hadiah malam ini" jawab Song Yi dengan tatapan menggoda

"Hadiah?" Hwon terperanjat

Tanpa pikir panjang lagi, Hwon segera mengangkat meja kecil yang berisi petisi-petisinya dan keluar dari Daejeon. Tak lupa ia mengucapkan selamat malam pada Song Yi dan meminta Song Yi kembali ke kediamannya. Song Yi agak sedikit terkejut dengam sikap Hwon, namun ia memutuskan untuk kembali saja ke Gyotaejeon.

The Moon and The Sun II [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang