🏯Kantor Polisi Istana
Akhirnya, waktu menunjukkan tepat pukul 2 siang. Waktu untuk eksekusi mati Perdana Menteri Cheon telah tiba. Tidak ada yang boleh melihat eksekusi mati seorang narapidana kecuali Raja, polisi dan para algojo. Ini semua agar orang-orang terdekat dari sang terpidana mati tidak mengalami luka batin yang mendalam karena harus melihat langsung orang yang mereka sayangi meregang nyawa. Song Yi diamankan di Gyotaejeon, sedangkan Nyonya Han telah lebih dulu dibawa ke pengasingan. Hae Min menunggu di luar gerbang kantor polisi istana bersama Nam Gil sambil menangis. Ia sangat sedih ayah mertuanya yang sangat ia hormati harus meninggal dengan cara yang mengenaskan. Setelah kepala polisi membacakan dakwaan, akhirnya Perdana Menteri Cheon diperintahkan untuk meminum racun sayaknya. Nampak air mata bergulir dari sudut mata Perdana Menteri Cheon. Ia menatap sejenak mangkuk yang berisi sayak yang akan merenggut nyawanya.
"Jika ini akhir dari hidupku, aku akan menerimanya. Tapi kumohon satu hal, biarkanlah istriku, anak-anakku, menantuku dan cucu-cucuku hidup dengan baik di dunia ini. Jika mereka dapat hidup dengan baik, maka aku percaya tuduhan palsu padaku ini akan segera dapat diungkap kebenarannya dan namaku akan bersih kembali walau aku sudah tiada. Ah, rasanya hari ini aku harus berbahagia. Jeonha (ayah dari Yi Hwon yang merupakan sahabat dekat Perdana Menteri Cheon sejak muda dulu), aku akan pergi ke tempatmu sekarang. Tunggu aku. Jika kita sudah bertemu nanti, aku percaya kita akan memulai kisah persahabatan kita lagi. Aku sungguh rindu padamu, Jeonha. Tunggu aku" batin Perdana Menteri Cheon dalam hati sambil perlahan-lahan meminum sayaknya.
Selang 5 detik kemudian, sayak tersebut mulai bereaksi di dalam tubuh Perdana Menteri Cheon. Tenggorokannya sangat sakit dan ia sangat sulit bernapas. Tak lama kemudian, Perdana Menteri Cheon memuntahkan darah. Dalam detik-detik terakhirnya, banyak potongan-potongan kenangannya semasa hidup terlintas. Mulai dari ia yang diangkat menjadi pejabat istana, menikah dengan Nyonya Han, memiliki Song Jo dan Song Yi, diangkat menjadi menteri, berada di pengasingan, persahabatannya sejak muda hingga menua bersama mendiang Raja Sujong (ayah Yi Hwon), dan yang terakhir yang ia ingat adalah air mata sang istri yang tentu akan sangat terluka karena kehilangannya. Perdana Menteri Cheon lalu menutup mata secara perlahan-lahan dalam damai. Ia resmi dinyatakan telah meninggal. Hwon yang menyaksikan hal itu dari kejauhan hanya bisa menangis dengan penuh sakit hati.
🏯Istana Ratu
Song Yi sedang berada di taman Gyotaejeon. Ia menatap kosong kedepan. Ia merasa sangat hampa karena ayahnya dieksekusi mati hari ini. Bahkan, air matanya sudah mengering sejak tadi. Tiba-tiba, Hwon datang dan berdiri di hadapannya. Pikiran Song Yi yang kosong membuatnya tak sadar kehadiran sang suami di hadapannya.
"Jungjeon..." panggil Hwon
Sedetik, dua detik tak ada jawaban dari Song Yi. Hwon memanggilnya kembali. Karena Song Yi hanya bengong, akhirnya Hwon mengguncang-guncangkan tubuh Song Yi. Song Yi tersentak kaget dan refleks memberontak dari cengkeraman Hwon di pundaknya. Mata Song Yi melebar menatap Hwon seakan-akan berusaha mengenali siapa orang yang ada di hadapannya.
"Ini aku" kata Hwon lirih
"Ah, anda mengagetkan saya saja, Jeonha" kata Song Yi berusaha memaksakan tawa
"Apakah kau terlalu sakit hati atas semua kejadian yang menimpa keluargamu sehingga kau terlihat seolah-olah hampa bahkan terlihat seperti jiwamu tidak bersama ragamu?" Batin Hwon dalam hati
Mereka berdua duduk di atas batu besar yang ada di taman itu. Nampak ada perasaan canggung diantara keduanya. Tak ada yang memulai pembicaraan. Mereka berdua sama-sama sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hwon sangat sedih dengan keadaan seperti ini. Ia merasa sangat jauh dengan wanita yang paling ia cintai.
"Apa kau marah padaku?" Tanya Hwon tiba-tiba
"Ya?"
"Kau marah padaku?" Tanya Hwon sekali lagi
"Ah, tidak Jeonha. Saya tidak marah pada anda" jawab Song Yi dengan singkat.
Kesunyian kembali menyelubungi atmosfer diantara keduanya. Tiba-tiba, Song Yi memegang perutnya. Ia merasakan sakit yang luar biasa di perutnya. Song Yi mengaduh kesakitan. Hwon panik melihat istrinya seperti itu. Tanpa sengaja, Hwon melihat ada darah mengalir deras di kaki Song Yi. Hwon shock dan segera berteriak memerintahkan para dayang memanggil tabib Istana. Hwon lalu mengambil inisiatif mengangkat Song Yi yang sedang kesakitan untuk dibawa masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian, tabib datang dan mulai memeriksa Song Yi.
"Jeonha, maafkan hamba, Jeonha" seru tabib itu dengan raut wajah sedih
"Ada apa, tabib? Apakah istriku baik-baik saja?" Tanya Hwon dengan gusar
"Maafkan hamba, Jeonha. Jungjeon Mama keguguran. Penyebabnya adalah karena Jungjeon Mama terlalu stress akhir-akhir ini sehingga berpengaruh pada kandungannya" jawab Tabib itu
"Apa katamu? Jungjeon keguguran? Tidak, ini tidak mungkin. Apa lagi ini. Apa tidak cukup aku kehilangan ibuku dan ayah mertua? Apakah anakku harus diambil juga?" Kata Hwon yang mulai terisak.
Song Yi yang mendengar hal itu tentu saja sangat shock. Ia menangis dalam diam sambil mengelus-elus perutnya. Hati Song Yi benar-benar hancur. Selain kehilangan sang ayah, ia juga harus kehilangan sang anak.
🏯Daejeon
Satu minggu berlalu setelah Song Yi dikabarkan keguguran. Dan selama satu minggu itu, Hwon dan Song Yi saling tidak bicara. Lebih tepatnya, perasaan Song Yi yang masih hancur menolak untuk menemui siapa saja. Ia hanya berdiam diri seharian di kamarnya. Hwon setiap hari berkunjung ke Gyotaejeon tapi selalu ditolak oleh Song Yi. Sebenarnya menolak kunjungan Raja adalah hal yang tidak boleh dilakukan, namun untuk masalah ini Song Yi mendapat pengecualian. Hwon mengerti hancurnya perasaan Song Yi, lagipula ia tak mau memaksa wanita yang dicintainya untuk pura-pura senyum kepadanya. Jadi, Hwon lebih memilih menunggu keadaan Song Yi pulih. Malam harinya, Hwon mabuk sendirian di kamar tidurnya. Ia benar-benar tertekan atas semua masalah yang menimpanya. Hwon minum sangat banyak sehingga kepalanya benar-benar pusing. Tiba-tiba, In Yeong masuk ke dalam. In Yeong duduk di hadapan Hwon. Tapi karena Hwon yang sedang tak terkendali karena mabuk berat, ia malah mengira In Yeong adalah Song Yi. Halusinasi membuat mata Hwon melihat wajah di depannya adalah wajah Song Yi. Sontak Hwon menyingkirkan minuman yang ada di hadapannya dan segera menarik In Yeong ke pelukannya. In Yeong terkejut namun sangat senang. Ia tak menyangka tujuannya untuk membicarakan masalah biro penyelidik malah mendapat rejeki besar seperti ini. Hwon lalu melucuti pakaian In Yeong. Hwon mencium In Yeong dengan penuh nafsu.
"Jeonha..." gumam In Yeong sambil membelai rambut Hwon ketika bibir Hwon menyusuri lehernya
"Aku sudah lama menantikan ini, Jungjeon. Sekarang aku akan mendapatkannya. Kau membuatku uring-uringan seminggu lebih" kata Hwon meracau
Akhirnya malam itu Hwon habiskan dengan bersama In Yeong. In Yeong benar-benar tak menyangka akan semudah ini membuat Hwon jatuh ke pelukannya. In Yeong menikmati malam itu dengan penuh senyum kemenangan. Sebentar lagi ia pasti akan mengandung dan melahirkan seorang pangeran yang akan ia gunakan untuk menyingkirkan Song Yi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon and The Sun II [COMPLETED]
Historical FictionJanuary, 2018 "Maafkan aku, Song Yi-ah. Aku telah dibutakan selama ini oleh kegelapan. Sekali lagi, maafkan aku" ucap seorang pria dewasa berjubah kerajaan warna merah dengan sulaman naga emas di beberapa sisinya. "Jeonha...." lirih Song Yi sambil b...