🏯Bo Yeong Dang
In Yeong sedang merasa tak enak badan dan badannya sedikit demam. Bahkan ketika sarapan pun, In Yeong tak nafsu makan. Ketika akan menyuapkan makanan ke mulutnya, In Yeong tiba-tiba mual. Eun Yi panik melihat tuannya muntah-muntah. Raut wajah pucak In Yeong tiba-tiba menyunggingkan seulas senyum.
"Aku pasti hamil" gumam In Yeong
Tak lama kemudian, tabib istana dan para perawat memasuki kediaman In Yeong. Mereka langsung bergegas memeriksa kondisi In Yeong. In Yeong menyuruh tabib memeriksa apakah dirinya hamil atau tidak. Usai memeriksa, tabib pun menuturkan diagnosisnya.
"Maafkan hamba, Heebin Mama. Penyakit yang anda alami saat ini hanya demam biasa karena kurang menjaga pola makan. Dan untuk masalah kehamilan, hamba dengan sangat menyesal mengatakan bahwa anda tidak akan bisa hamil. Maafkan hamba" tutur sang tabib sambil menunduk hormat
"Apa katamu? Aku mandul?!" Teriak In Yeong tak percaya
Menteri Jang dan Nyonya Hong yang baru sampai disana juga sangat terkejut mendengarnya. In Yeong menangis meraung-raung meratapi kemalangan dirinya. Ia melempar semua barang-barang yang anda disana.
"Ayah,ibu, percuma aku melakukan semuanya untuk menyingkirkan Song Yi. Tapi nyatanya kehancuran itu dari diriku sendiri. Aku ingin mati saja!" Ucap In Yeong sambil menangis sesenggukan di pelukan ibunya
"Tidak, Mama. Anda tidak boleh mati. Saya akan pergi ke Qing untuk mencarikan obat untuk anda. Bahkan kita akan mencari obat hingga ke Weiguk. Anda tidak boleh menyerah, Mama" kata Menteri Jang menyemangati
"Tapi ayah, jika Jeonha mengetahui hal ini maka dia pasti akan langsung menurunkanku dan mengembalikan posisi Song Yi. Aku tidak mau wanita itu mendampingi Jeonha lagi." Kata In yeong sambil mengusap air matanya
"Itu tidak akan terjadi, Mama. Lagipula sekarang Pyebi (Song Yi) ada jauh di luar istana. Jeonha bahkan tidak pernah menemuinya sama sekali. Anda tenang saja, Mama. Setelah kita menemukan obat untuk anda maka semua akan baik-baik saja. Percayalah" kata Menteri Jang berusaha menenangkan In Yeong.
🏘Kediaman Pribadi Song Yi
Song Yi sedang memasak makan siang di dapur kecilnya. Tiba-tiba, dua buah tangan melingkar di perutnya. Ternyata Hwon! Hwon menyandarkan dagunya di pundak Song Yi.
"Apa yang sedang istriku lakukan? Hmm.. bau masakannya harum sekali..pasti enak" kata Hwon memuji Song Yi
"Jeonha, apakah anda sudah makan siang? Jika belum, ayo kita makan siang bersama. Aku memasak daging panggang hari ini" kata Song Yi sambil tersenyum pada Hwon.
"Tentu saja, aku kesini sengaja datang dengan perut kosong khusus untuk memakan makan siang buatan istriku" ucap Hwon sambil mencubit pipi Song Yi
Setelah selesai memasak, Song Yi menghidangkan makanannya di meja. Hwon nampak sudah menunggu dengan antusias. Mereka mulai makan. Acara makan siang mereka dipenuhi canda tawa.
"Istriku" panggil Hwon
"Hm?"
"Aku mencintaimu" kata Hwon dengan penuh makna
Tiba-tiba, wajah Song Yi memerah seperti kepiting rebus. Ia memang sudah sering mendengar kata-kata cinta dari Hwon, tapi entah kenapa ia menjadi gugup saat mendengarnya saat ini. Jantungnya berdebar tak karuan.
"Omo! Wajahmu memerah seperti kepiting rebus? Aigoo, kau masih saja seperti gadis remaja yang tersipu malu karena ungkapan cinta dari kekasihnya. Ingatlah, kita sudah menua" kata Hwon diiringi gelak tawa
"Jeonha! Anda senang sekali menggoda saya!" Kata Song Yi pura-pura merajuk
"Jangan merajuk, sayang. Cup cup cup" kata Hwon berusaha merayu Song Yi
"Tidak mau" jawab Song Yi
"Bagaimana jika kita pergi ke pasar malam ini? Kau bebas mau membeli apa saja yang kau inginkan?" Kata Hwon memberikan penawaran
"Kurang cukup" kata Song Yi
"Hmm, bagaimana jika aku bermalam lagi disini? Kebetulan masalah negara sedang tidak banyak. Apa itu cukup?" Tanya Hwon sambil tersenyum menggoda Song Yi
"Kurasa cukup" kata Song Yi
"Ternyata kau mulai nakal, istriku" kata Hwon sambil menggelitiki Song Yi
Malam pun tiba, Song Yi dan Hwon sudah bersiap-siap untuk pergi ke pasar. Song Yi nampak cantik dengan balutan jeogori biru muda dan chima merah muda. Song Yi dan Hwon berpamitan pada Nam Sanggung. Nam Sanggung sangat senang melihat kedua pasangan itu bersama. Sesampainya di pasar, mereka langsung menuju ke toko aksesoris. Hwon ingin membelikan Song Yi berbagai macam aksesoris.
"Ingat! Kali ini kau tidak boleh menolak apapun yang kubelikan! Jangan seperti waktu dulu kau selalu menolak semuanya dan hanya membeli satu-dua potong saja! Mengerti? Ini perintah kerajaan!" Kata Hwon mengancam Song Yi
"Anda selalu mengatakan perintah kerajaan disaat-saat seperti ini!" Kata Song Yi mengerucutkan bibirnya
"Tentu saja! Kau tidak tahu bagaimana rasanya ketika seorang pria sejati tidak bisa memberikan apapun untuk wanita yang dicintainya! Jadi kau tidak boleh menolak! Mengerti?" Kata Hwon
"Ya, saya mengerti, Jeonha" jawab Song Yi sambil tersenyum senang.
Mereka belanja aksesoris banyak sekali. Adapun daftar belanjaan mereka antara lain : 4 binyeo beraneka mode, 7 dwikkoji yang berbagai macam bentuk, dan 5 norigae yang pastinya beraneka warna. Setelah puas membeli aksesoris, Hwon mengajak Song Yi mampir ke toko pakaian. Hwon ingin membelikan Song Yi berbagai macam hanbok dan jang-ot. Song Yi awalnya menolak, tapi karena Hwon memelototinya akhirnya ia mengalah. Hwon membelikan 7 pasang hanbok beraneka warna untuk Song yi. Taklupa ia juga membeli 3 buah jang-ot berbeda warna untuk Song Yi. Hwon juga membelikan sekitar 5 hanbok untuk Nam Sanggung sebagai oleh-oleh. Setelah puas membeli pakaian, Hwon mengajak Song yi mampir ke kedai ramen. Hwon bilang ini makanan baru yang baru ada di Joseon jadi mereka harus mencobanya.
"Wahh ini enak sekali, Jeonha. Selera anda memang benar-benar tak perlu diragukan" puji Song Yi sambil menyeruput kuah ramennya
"Tentu. Makanan ini baru masuk ke Joseon. Entah darimana datangnya. Tapi ini sangat enak" kata Hwon
Usai makan, mereka kembali ke rumah Song Yi untuk beristirahat. Setelah membereskan barang-barang belanjaan, Hwon langsung menindih Song Yi. Song Yi agak terkejut. Tangan Song Yi mencengkeram kerah hanbok Hwon. Hwon perlahan mendaratkan ciumannya di bibir lembut Song Yi. Pelan namun pasti. Lama kelamaan ciuman itu menjadi buas. Hwon dan Song Yi sama-sama tak bisa menahan nafsu mereka lagi. Akhirnya hwon menghabiskan malamnya ditemani kehangatan dari Song Yi.
🏯Bo Yeong Dang
In Yeong dan ayahnya sedang mengobrol di gazebo. Mereka membicarakan alternatif lain karena semua obat kesuburan yang dikonsumsi In yeong tidak membawa hasil. Bahkan tabib pun menyerah karena kemandulan In Yeong memang tak bisa disembuhkan. Tiba-tiba, seorang nain datang menghampiri In Yeong.
"Ada apa?" Tanya In Yeong
"Maafkan hamba, Heebin Mama. Hamba ingin melaporkan bahwa ternyata Jusang Jeonha sering mengunjungi Pyebi dan bermalam disana. Hamba baru menemukan informasi ini ketika membuntuti Jusang Jeonha kemarin malam, Mama" lapor nain itu
"Apa katamu?! Jeonha mengunjungi Pyebi?" Kata In Yeong murka
"Iya, Mama" sahut nain itu sambil menunduk
"Baiklah, kau boleh pergi" kata In Yeong berusaha meredam emosinya
Setelah nain itu pergi, In Yeong berteriak frustasi karenanya. Selain karena masalah kemandulannya tak bisa disembuhkan, ia juga sangat benci kenyataan Hwon yang sering mengunjungi Song Yi. Menteri Jang berusaha menenangkan In Yeong.
"Mama, saya mohon tenanglah. Kita akan cari cara untuk menyingkirkan Pyebi" kata Menteri Jang
"Ayah! Aku perintahkan pada ayah untuk mengirim pembunuh bayaran untuk membunuh Pyebi malam ini juga! Jangan biarkan Pyebi hidup!" Kata In Yeong yang sudah gelap mata
Tanpa mereka sadari, Hyun sedari tadi ada di belakang gazebo sembari mendengarkan percakapan mereka. Hyun benar-benar geram dengan akal jahat In Yeong. Hyun lalu memutuskan untuk pergi ke kediaman Song yi dan memberi tahukan perihal ini pada Song Yi agar bisa menyelamatkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon and The Sun II [COMPLETED]
Historical FictionJanuary, 2018 "Maafkan aku, Song Yi-ah. Aku telah dibutakan selama ini oleh kegelapan. Sekali lagi, maafkan aku" ucap seorang pria dewasa berjubah kerajaan warna merah dengan sulaman naga emas di beberapa sisinya. "Jeonha...." lirih Song Yi sambil b...